Pemetaan Profil Topografi Dasar Perairan Dangkal Menggunakan Citra Satelit Resolusi Tinggi
View/ Open
Date
2015Author
Setyawan, Iwan Erik
Siregar, Vincentius P.
Pramono, Gatot H.
Metadata
Show full item recordAbstract
Perairan laut dangkal merupakan salah satu wilayah yang mempunyai dinamika tinggi dan peranan penting secara ekonomi maupun ekologi. Teknologi penginderaan jauh selama ini dianggap mampu menjawab kebutuhan informasi perairan laut dangkal sehingga tersedia data terkini yang menggambarkan kenyataan di lapangan. Namun, pada umumnya hasil identifikasi dan luasan suatu habitat perairan disajikan secara horizontal (planimetri). Padahal, tidak semua topografi perairan laut dangkal berupa rataan, banyak yang berbentuk lereng atau bahkan dinding terjal. Perhitungan luasan secara planimetri menyebabkan kurang akuratnya perhitungan. Informasi luasan yang tepat sangat diperlukan terutama pada penyajian informasi spasial skala besar, misalnya pemetaan pulau kecil. Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan alternatif metode pemetaan perhitungan luas habitat bentik secara lebih akurat dengan mempertimbangkan topografi dasar perairan. Citra satelit multispektral Worldview-2 mampu memberikan informasi habitat dan batimetri perairan dangkal. Hasil identifikasi dan luasan digabung dengan nilai batimetri akan memberikan gambaran 3 dimensi pada permukaan dasar perairan. Perhitungan luasan dan gambaran yang mendekati kondisi aslinya diharapkan mampu memberikan perhitungan luas yang lebih akurat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa citra satelit saluran multispektral Worldview-2 di perairan Pulau Panggang, Kabupaten Kepulauan Seribu DKI Jakarta mampu menghasilkan 7 kelas habitat dasar perairan. Persentase luas pada masing-masing kelas yang dihasilkan yaitu karang 2,21%, karang bercampur DCA 7,45%, lamun rapat 14,32%, lamun sedang 17,55%, pasir 18,57%, pasir bercampur lamun 27,22%, dan pasir bercampur pecahan karang (rubble) 12,67% dengan akurasi total 65,35%. Pengukuran luas pada masing-masing kelas dilakukan secara planimetri dan tiga dimensi berdasarkan bentuk permukaan dasar perairan. Berdasarkan perhitungan luas dengan mempertimbangkan faktor topografi permukaan maka diperoleh perbaikan hasil luasan pada kelas karang sebesar 2,85%, kelas karang bercampur DCA 1,08%, lamun rapat 0,38%, lamun sedang 0,12%, pasir 0,11%, pasir bercampur lamun 0,06%, dan pasir bercampur pecahan karang (rubble) 0,06%. Metode pemetaan untuk memperoleh luas habitat perairan dangkal dengan mempertimbangkan topografi dasar perairan menunjukkan hasil estimasi luas yang lebih besar dibandingkan jika dilakukan pengukuran secara planimetri. Perbedaan hasil yang lebih besar merepresentasikan kenyataan lapangan sehingga lebih akurat. Semakin besar tingkat kelerengan akan menghasilkan perbedaan yang signifikan. Sedangkan hasil pengukuran luas pada daerah yang datar (topografi seragam) memberikan hasil yang sama.
Collections
- MT - Fisheries [3019]