Show simple item record

dc.contributor.advisorMarimin
dc.contributor.advisorYani, Mohamad
dc.contributor.advisorPurwanto, M. Yanuar J.
dc.contributor.advisorSumaryanto
dc.contributor.authorFahrizal
dc.date.accessioned2015-05-20T02:42:04Z
dc.date.available2015-05-20T02:42:04Z
dc.date.issued2015
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/75183
dc.description.abstractKinerja agroindustri gula tebu di Indonesia dapat diketahui dari luas areal tebu, tingkat produktivitas tebu, rendemen serta produktivitas gula yang dihasilkan. Ditinjau dari indikator rendemen gula, kinerja agroindustri gula tebu di Indonesia berada di bawah dibandingkan dengan negara penghasil gula lainnya, seperti Thailand, China, Australia, dan Brazil. Rendahnya rendemen gula di Indonesia merupakan salah satu faktor penyebab rendahnya produksi gula. Oleh karena itu salah satu strategi untuk peningkatan produksi gula nasional adalah penerapan good agricultural practice pada kegiatan budidaya tebu, good manufacturing practice pada proses pengolahan tebu menjadi gula, serta perluasan areal tanaman tebu disertai pembangunan pabrik gula baru pada wilayah di Indonesia, terutama di KawasanTimur Indonesia (KTI) yang secara agroklimat memungkinkan diperoleh rendemen tebu lebih tinggi. Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan salah satu bagian dari KTI memiliki keunggulan komparatif untuk pengembangan perkebunan tebu. Berdasarkan peta Zona Agroekologi skala 1:250 000, diketahui luas areal lahan yang sesuai untuk tanaman pangan semusim (termasuk tebu) sebesar 439 203 ha yang tersebar di Pulau Sumba, Flores dan Pulau Timor. Hasil percobaan penanaman tebu dengan berbagai varietas diperoleh rendemen rata-rata 12.73%. Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan model perencanaan agroindustri tebu lahan kering berkelanjutan di NTT. Untuk mencapai tujuan ini dirumuskan beberapa sub model, yaitu sub model pemilihan lokasi agroindustri, sub model optimasi jumlah ratoon, sub model strukturisasi sistem kemitraan tebu rakyat, sub model analisis kelayakan finansial, dan sub model analisis keberlanjutan. Penelitian ini menggunakan beberapa teknik atau metode untuk mencapai tujuan tersebut. Sub model pemilihan lokasi agroindustri dianalisis menggunakan metode Analytical Hierarchy Process, Geographycal Information System, dan Location Quotient. Selanjutnya sub model optimasi ratoon dianalisis menggunakan pendekatan optimasi multiobyektif dengan metode Multiple Objective Linear Programming dan Goal Programming. Sub model strukturisasi sistem kemitraan tebu rakyat dikaji menggunakan pendekatan Interpretive Structural Modelling. Sub model analisis kelayakan finansial dianalisis menggunakan metode analisis kelayakan finansial fuzzy, sedangkan sub model keberlanjutan dianalisis menggunakan Multiple Dimensional Scaling, Analisis Leverage, dan Analisis Monte Carlo. Hasil penelitian diperoleh bahwa urutan prioritas lokasi untuk pengembangan agroindustri gula tebu di NTT adalah Kabupaten Belu, Kabupaten Sumba Barat Daya, Kabupaten Sumba Barat, Kabupaten Sumba Tengah dan Kabupaten Sumba Timur. Sementara itu, untuk penentuan lokasi agroindustri di Kabupaten Belu, prioritas pertama berada di Kecamatan Weliman. Jumlah ratoon optimal yang diperoleh dan digunakan dalam perhitungan analisis kelayakan finansial adalah 3. Elemen-elemen yang dikaji dalam strukturisasi sistem pengembangan kemitraan tebu rakyat adalah tujuan sistem kemitraan tebu rakyat, kebutuhan sistem kemitraan tebu rakyat, kendala utama sistem kemitraan, tolok ukur keberhasilan sistem kemitraan, lembaga pelaku utama, sektor masyarakat yang terpengaruh, dan perubahan yang diinginkan, serta elemen aktivitas yang dibutuhkan. Hasil analisis kelayakan finansial fuzzy diperoleh bahwa pada kriteria rendah, sedang dan tinggi diperoleh keputusan masing-masing tidak layak, cukup layak, dan sangat layak. Pada analisis keberlanjutan diperoleh hasil bahwa pada dimensi sumberdaya dengan status cukup berkelanjutan (62.69%), dimensi ekonomi cukup berkelanjutan (70.85%), dimensi sosial cukup berkelanjutan (67.18%), dan dimensi lingkungan cukup berkelanjutan (55.89%). Indeks keberlanjutan multidimensi diperoleh sebesar 65.41, berarti pengembangan agroindustri tebu lahan kering di NTT secara umum cukup berkelanjutan. Dari 24 atribut yang dianalisis, terdapat 4 faktor atau atribut (ketersediaan tenaga kerja pertanian, rendemen tebu, dampak industri terhadap kesehatan masyarakat di sekitarnya, serta pemanfaatan limbah padat dan industri) yang paling sensitif terhadap indeks dan status keberlanjutan, sehingga perlu dilakukan upaya perbaikan atau intervensi terhadap atribut-atribut tersebut untuk meningkatkan keberlanjutan agroindustri.en
dc.language.isoid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)
dc.subject.ddcAgricultureen
dc.subject.ddcDry farmingen
dc.subject.ddcKupang-NTTen
dc.titleModel Perencanaan Agroindustri Gula Tebu Lahan Kering Berkelanjutan Di Provinsi Nusa Tenggara Timur.en
dc.subject.keywordagroindustri gula tebuen
dc.subject.keywordmodel optimasi ratoonen
dc.subject.keywordlahan keringen
dc.subject.keywordmultiobyektifen
dc.subject.keywordanalisis kelayakan finansial fuzzyen
dc.subject.keywordindeks keberlanjutanen


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record