dc.description.abstract | Kualitas konsumsi pangan masyarakat di Kabupaten Lombok Timur masih rendah yang ditunjukkan oleh rendahnya capaian PPH (73.3 persen) pada tahun 2010. Hal ini dikarenakan tingginya potensi perempuan tani dalam mencapai ketahanan pangan rumah tangga belum didukung oleh kemampuan perempuan tani yang memadai, partisipasi perempuan tani yang optimal pada setiap tahapannya, serta perempuan tani menghadapi sejumlah kendala dalam menguatkan kemampuannya dan meningkatkan partisipasinya untuk mencapai ketahanan pangan rumah tangga. Penelitian ini bertujuan menganalisis tingkat kemampuan perempuan tani, tingkat partisipasi perempuan tani dan status ketahanan pangan rumah tangga, serta menyiapkan bahan rumusan strategi penyuluhan untuk peningkatan partisipasi perempuan tani agar dapat mencapai ketahanan pangan rumah tangga. Penelitian dilakukan di dua kecamatan yang memiliki rumah tangga tani terbanyak (Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan/BP4K, Kabupaten Lombok Timur 2011), dan tergolong rawan pangan di Kabupaten Lombok Timur yaitu Kecamatan Aikmel dan Kecamatan Terara, serta empat desa yaitu Desa Aikmel dan Desa Lenek Pasiraman untuk Kecamatan Aikmel, Desa Terara dan Desa Rarang Selatan untuk Kecamatan Terara (Peta ketahanan dan Kerentanan Pangan Nusa Tenggara Barat 2010). Penelitian lapang berlangsung sejak bulan Juni hingga November 2013. Jumlah sampel penelitian diambil sebanyak 300 rumah tangga, dengan rincian Kecamatan Terara sebanyak 160 rumah tangga, dan Kecamatan Aikmel sebanyak 140 rumah tangga. Data mengenai karakteristik pribadi perempuan, sosial ekonomi rumah tangga, dukungan lingkungan sosial budaya masyarakat, akses terhadap sumber daya, dukungan penyelenggaraan penyuluhan, kemampuan perempuan tani, partisipasi perempuan tani, status pangan (indeks ketahanan pangan) dianalisis secara statistik deskriptif. Analisis statistik inferensial korelasi Pearson digunakan untuk menganalisis hubungan antara peubah. Analisis Food Processor untuk mendapatkan tingkat konsumsi energi yaitu rasio antara konsumsi energi dengan angka kecukupan energi/zat gizi yang dianjurkan. Analisis statistik inferensial yaitu Model Persamaan Struktural (structural equation modeling/SEM) digunakan untuk menganalisis faktor dominan yang memengaruhi kemampuan perempuan tani, partisipasi perempuan tani, status ketahanan pangan rumah tangga, serta melihat kecocokan model empirik penelitian. Karakteristik pribadi perempuan tani dicirikan dengan usia perempuan tani tergolong usia dewasa awal yang berkisar 18-40 tahun dengan rata-rata 38 tahun, memiliki motivasi yang cukup tinggi untuk memenuhi kebutuhan pangan rumah tangga, dan mempunyai peranan yang penting untuk mengambil keputusan dalam rumah tangga. Perempuan tani memperoleh dukungan yang rendah dari keluarga, kelompok yang ada, tokoh masyarakat dalam hal memberikan bantuan, bimbingan dan arahan terkait dengan pelaksanaan kegiatan ketahanan pangan rumah tangga; adanya hubungan yang baik antara tokoh masyarakat dengan perempuan tani namun belum mendukung perempuan tani untuk mencapai ketahanan pangan rumah tangga; nilai budaya yang berlaku tidak menghambat perempuan tani melaksanakan kegiatan ketahanan pangan rumah tangga, tetapi terdapat persoalan ketidakadilan gender yang berlaku di masyarakat; perempuan tani memperoleh akses yang rendah terhadap sumber daya; dan perempuan tani memiliki pandangan terhadap dukungan penyelenggaraan penyuluhan yang sedang pada aspek kompetensi penyuluh tetapi rendah pada aspek materi, metode dan media, waktu dan tempat, sikap penyuluh terhadap perempuan tani. Perempuan tani memiliki kemampuan teknis yang relatif lebih baik dari kemampuan manajerial dan kemampuan sosial. Analisis korelasi Pearson menjelaskan faktor-faktor yang berhubungan positif dan nyata dengan kemampuan perempuan tani adalah: karakteristik pribadi perempuan tani (pendidikan non formal, motivasi, tanggungan keluarga), sosial ekonomi rumah tangga (luas lahan dan pengambilan keputusan dalam rumah tangga), lingkungan sosial budaya masyarakat (dukungan keluarga, nilai budaya dan keadilan jender), akses terhadap sumber daya (lahan, teknologi, informasi, dan pasar), dukungan penyelenggaraan penyuluhan (kesesuaian materi, metode dan media, waktu dan tempat penyuluhan, sikap penyuluh yang positif, intensitas penyuluhan dan kompetensi penyuluh). Tingkat partisipasi perempuan tani dalam mencapai ketahanan pangan rumah tangga, pada semua tahap di komponen ketersediaan pangan, akses pangan, dan pemanfaatan pangan belum berkembang optimal untuk mencapai ketahanan pangan rumah tangga. Partisipasi perempuan tani di setiap tahap adalah lebih tinggi pada komponen akses pangan dan perolehan manfaat karena terkait dengan pembagian kerja berdasarkan jender dalam rumah tangga. Analisis terhadap status ketahanan pangan rumah tangga, status pangan rumah tangga tergolong kurang tahan pangan (82.3 persen), yang dicirikan oleh selalu tercukupi makan makanan pokok (nasi) setiap kali makan, tetapi tidak selalu mengkonsumsi protein hewani (daging, ayam, ikan atau telur) setiap hari dalam seminggunya. Kondisi ini didukung oleh status energi rumah tangga yang tergolong defisit tingkat berat (sangat rawan pangan) sebanyak 42.7 persen hingga defisit tingkat sedang dan ringan (golongan rawan pangan) sebanyak 39.0 persen. Analisis korelasi Pearson menjelaskan secara simultan tingkat kemampuan perempuan tani berhubungan positif dan sangat nyata pada α=0.01 dengan tingkat partisipasi perempuan tani dan indeks ketahanan pangan rumah tangga, dan berhubungan positif dan nyata pada α=0.05 dengan TKE rumah tangga. Tingkat partisipasi perempuan tani berhubungan positif dan nyata pada α=0.05 hanya dengan indeks ketahanan pangan, tidak dengan TKE rumah tangga. Analisis SEM menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhi tingkat kemampuan perempuan tani adalah dukungan penyelenggaraan penyuluhan (metode dan media, sikap penyuluh, kompetensi penyuluh), akses terhadap sumber daya (akses informasi), dan dukungan lingkungan sosial budaya masyarakat (dukungan keluarga); yang memengaruhi tingkat partisipasi perempuan tani adalah sosial ekonomi rumah tangga (pengambilan keputusan dalam rumah tangga), akses terhadap sumber daya (akses informasi), kemampuan perempuan tani (kemampuan manajerial dan sosial), dan karakteristik pribadi perempuan (usia dan pengalaman usaha); yang memengaruhi status ketahanan pangan rumah tangga adalah karakteristik pribadi perempuan (usia dan pengalaman usaha), kemampuan perempuan tani (kemampuan manajerial dan sosial), dan akses terhadap sumber daya (akses informasi). Strategi penyuluhan untuk peningkatan partisipasi perempuan tani akan dilakukan melalui serangkaian sosialisasi kesadaran akan pentingnya makanan yang berkualitas kepada perempuan tani, suami dan masyarakat luas; kegiatan penyuluhan dan pelatihan untuk menguatkan kemampuan perempuan tani dan meningkatkan partisipasi perempuan tani; kegiatan pendampingan kepada perempuan tani untuk menjamin keberlanjutan program. Kegiatan pembelajaran menggunakan pendekatan penyuluhan partisipatif yang mengacu pada teori pembelajaran Paulo Freire. Sebelum penyuluhan atau pelatihan diberikan kepada perempuan tani, terlebih dahulu dilakukan peningkatan kompetensi penyuluh, dan peningkatan kemampuan kelayan strategis sebagai mitra penyuluh dan sebagai sumber informasi. Kemampuan kelayan strategis dibutuhkan untuk mendukung peranannya dalam melakukan kegiatan sosialisasi kesadaran akan pentingnya makanan yang berkualitas kepada perempuan tani, suami dan masyarakat luas, serta melakukan pendampingan kepada perempuan tani baik secara individu maupun kelompok. Pelaksanaan rangkaian kegiatan tersebut didukung oleh tersedianya sumber informasi yang sesuai dan mudah di akses oleh perempuan tani, baik itu media cetak maupun elektronik. | en |