dc.description.abstract | Remaja wanita merupakan kelompok yang berisiko tinggi terhadap anemia dengan prevalensi 20–30%. Remaja yang sedang aktif di sekolah, jika menderita anemia akan menurunkan kemampuan fisik dan prestasi akademik. Hasil evaluasi Program Pencegahan dan Penanggulangan Anemia Gizi Besi (PPAGB) kepada anak sekolah dengan pemberian suplementasi zat besi masih belum maksimal, di antaranya karena rendahnya kepatuhan minum suplemen akibat minimnya pengetahuan anemia. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji status besi anak sekolah berusia remaja, status menstruasi, pengetahuan dan sikap tentang anemia. Penelitian ini merupakan data dasar dari studi eksperimental model penanggulangan anemia untuk peningkatan prestasi akademik siswi SMA. Penelitian dilakukan di Kabupaten Bogor, yaitu SMAN 1 Cibungbulang dan SMAN 1 Ciampea. Umur siswi berkisar antara 11–18 tahun, dengan uang jajan sebagian besar siswi (80,6%) Rp 6000–17.000 per hari. Status gizi anthropometri (IMT/U) sebagian besar siswi baik (94%). Meskipun demikian, masih dijumpai sebanyak 5% siswi mengalami gizi kurang. Sebagian besar siswi menarche pada usia 12 tahun (30,0%) dan 13 tahun (36,6%). Rata-rata usia menstruasi pertama 12,9 ± 1,0 tahun. Siklus menstruasi pada 56,3% siswi adalah selama 26–30 hari, dengan lama menstruasi 6,7 ± 1,5 hari. Sebanyak 29,4% siswi menstruasi kurang dari 7 (tujuh) hari, dan 61,9% siswi antara 7–14 hari. Selama menstruasi kebanyakan siswi (89%) tidak biasa mengonsumsi suplemen besi. Rata-rata kadar hemoglobin (Hb) siswi 12,4 ± 1,4 g/dL, sedangkan kadar feritin 28,7 ± 30,7 ug/L. Prevalensi anemia siswi 35,6%, dan deplesi simpanan besi 45,5%. Namun, perbedaan prevalensi antara kedua SMA tidak nyata (p>0.05). Rata-rata skor pengetahuan tentang anemia siswi adalah 57 (skala 0–100). Tidak terdapat siswi yang memiliki pengetahuan gizi dengan kategori baik, 49,4% kurang dan 50,6% sedang. Pertanyaan tentang fungsi zat besi, tanda-tanda anemia, efek mengonsumsi suplemen besi, vitamin yang membantu penyerapan zat besi, serta sumber pangan kaya zat besi hanya dijawab dengan benar oleh kurang dari 30% siswi. Adapun pertanyaan tentang jenis makanan yang lebih sehat, akibat remaja putri jika terlalu kurus, serta kelompok yang paling berisiko anemia dapat dijawab oleh sebagian besar siswi (90%). Siswi dengan kategori sikap yang negatif masih cukup besar, yaitu 60%. Terdapat 10% siswi yang mempunyai sikap positif bahwa penyakit infeksi seperti malaria dan demam berdarah dapat menimbulkan anemia, serta kurang darah tidak ada hubungannya dengan tekanan darah. Masih terdapat 13% siswi yang berpendapat bahwa tablet penambah darah dapat menyebabkan kegemukan. Pendapat ini yang diduga dapat berakibat sedikitnya siswi yang bersedia minum tablet besi. Siswi masih tidak yakin bahwa kebutuhan zat besi pada remaja perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki. Persepsi tersebut juga dapat menjelaskan masih sebagian kecilnya siswi (25%) yang berpendapat pentingnya minum suplemen besi saat menstruasi. | en |