dc.description.abstract | Dalam dua dekade terakhir, dunia dilanda rangkaian krisis ekonomi dan keuangan yang cukup hebat. Krisis diawali dengan terdevaluasinya mata uang Baht Thailand sehingga menyebabkan krisis ekonomi Asia pada tahun 1997/1998. Kemudian, terjadi perlambatan ekonomi dunia tahun 2001 yang diperburuk oleh tragedi World Trade Centerdi New York, 11 September 2001, sehingga berpengaruh luas terhadap pasar modal di berbagai negara. Pada 2008, krisis kredit perumahan (subprime mortgage) yang melanda Amerika Serikat dengan cepat berubah menjadi krisis keuangan global. Tidak berhenti sampai di sana, krisis keuangan kembali terjadi pada tahun 2011, yang dipicu karena persoalan utang negara di kawasan Eropa. Sebagai negara small-open economy, Indonesia tidak bisa terlepas dari dampak berbagai krisis tersebut. Sebagai contoh, data tahun 2008 mencatat kejatuhan Indeks BEI (Bursa Saham Indonesia) sebesar -43,3 % serta depresiasi Rupiah sebesar -16,88 % akibat krisis keuangan Amerika Serikat. Ekspor Indonesia juga mengalami penurunan yang diakibatkan oleh penurunan permintaan di negara tujuan. Pelemahan Rupiah serta penurunan ekspor pada akhirnya memicu penurunan cadangan devisa Indonesia. Kondisi yang sama dan bahkan lebih buruk dialami pula oleh semua negara di Asia, tak terkecuali Jepang, China, Korea, Singapura maupun India. | en |