Show simple item record

dc.contributor.advisorSuwanto, Antonius
dc.contributor.advisorSajuthi, Dondin
dc.contributor.advisorRusmana, Iman
dc.contributor.authorSoka, Susan
dc.date.accessioned2015-01-07T02:40:32Z
dc.date.available2015-01-07T02:40:32Z
dc.date.issued2014
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/73057
dc.description.abstractPenelitian nutrigenomika saat ini telah menunjukkan bahwa interaksi gen dan makanan mempunyai peranan penting dalam menjaga kesehatan yang optimal. Selain itu, studi nutrigenomika juga telah menunjukkan bahwa triliunan bakteri yang ada pada saluran pencernaan manusia, atau yang lebih dikenal dengan mikrobiota usus, dapat mempengaruhi penyerapan nutrisi dan regulasi energi. Hal ini menunjukkan pentingnya peranan mikrobiota usus pada kesehatan manusia dalam perkembangan sistem kekebalan tubuh dan penggunaan energi. Tempe merupakan makanan fermentasi tradisional Indonesia yang terbuat dari kacang kedelai (Glycine max) dan telah menjadi makanan yang populer di dunia terutama bagi kelompok vegetarian. Tempe dihasilkan melalui proses fermentasi kacang kedelai yang melibatkan sejumlah mikroorganisme seperti cendawan, khamir, bakteri asam laktat dan juga beberapa kelompok bakteri Gram negatif. Selama proses fermentasi, terjadi biosintesis vitamin, senyawa fitokimia dan komponen bioaktif lainnya yang dapat berpengaruh terhadap kesehatan. Selain itu, pada tempe masih dapat ditemukan komponen oligosakarida dan polisakarida yang bernilai positif terhadap kesehatan. Mikroorganisme yang ada di dalam tempe akan turut masuk ke dalam saluran pencernaan jika tempe dimakan. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa aktivitas probiotik dari mikroorganisme mati seringkali menunjukkan pengaruh yang sama dibandingkan dengan mikroorganisme hidup. Kandungan mikroorganisme yang ada di dalam tempe dapat menjadi salah satu alternatif suplemen diet yang mengandung probiotik dan memicu stimulan kekebalan tubuh pada manusia. Imunoglobulin A (IgA) merupakan imunoglobulin utama yang terdapat di saluran pencernaan dan mempunyai peranan dalam melindungi tubuh dari komponen dan juga mikrob asing. Penelitian ini bertujuan menentukan dinamika populasi mikrobiota dan IgA dalam usus tikus Sprague-Dawley (SD). Sebanyak 30 ekor tikus SD betina diberi suplementasi pakan standar yang ditambah dengan kedelai yang belum diberi laru atau tempe (mentah atau masak) selama 28 hari. Teknik real-time polymerase chain reaction (RT-PCR) dengan primer spesifik terhadap sekuens gen penyandi 16S rRNA digunakan untuk mengkuantifikasi kelompok bakteri spesifik dari sampel feses tikus. Analisis ekspresi gen IgA dilakukan menggunakan metode quantitative RT-PCR, sedangkan protein IgA dianalisis dengan metode enzyme-linked immunosorbent assay dan pewarnaan imunohistokimia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tempe dapat memodulasi komposisi mikrobiota usus, namun jenis tempe yang berbeda dapat memberikan perubahan komposisi yang berbeda pula. Hal ini disebabkan oleh keberadaan mikroorganisme yang unik pada setiap tempe. Mikroorganisme yang mati pada tempe masak dan mikroorganisme yang hidup pada tempe mentah terbukti dapat meningkatkan ekspresi gen IgA dan menstimulasi sekresi protein IgA. Proses pemasakan tempe sangat dianjurkan dengan tujuan untuk menginaktivasi mikroorganisme patogen yang tidak diinginkan selama proses fermentasi.en
dc.language.isoid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)
dc.subjectBogor Agricultural University (IPB)
dc.titleEffect of Tempeh Supplementation on Gut Microbiota and Immunoglobulin A Profiles in Sprague Dawley Ratsen
dc.subject.keywordtempeen
dc.subject.keywordmikrobiota ususen
dc.subject.keywordimunitas mucosalen
dc.subject.keywordimmunoglobulin Aen


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record