BRT-46, Alat Pengasin Telur Bebek Tanpa Media Pembungkus
View/ Open
Date
2013Author
Dwisulistyarso S
An Syahrul
Hairunnisa
Anggoro, Anggun Puspita
Metadata
Show full item recordAbstract
Telur asin merupakan makanan ringan yang cukup digemari berbagai kalangan. Telur ini dapat diperoleh di warung makan, pasar tradisional, pasar swalayan, dan penjual asongan. Namun, kualitas telur asin yang beredar di pasar saat ini umumnya sangat memprihatinkan. Diperkirakan hanya sekitar 10% dari telur asin yang berada di pasar saat ini kualitasnya baik. Telur asin matang yang dikemas tiga butir dan dijual di gerai pasar swalayan termahal ada yang sudah tidak layak makan, putih telurnya sudah rusak. Sementara telur asin yang dijual di warung-warung makan, putih telurnya berwarna kecokelatan karena menggunakan bahan pengawet sendawa (kalium nitrat (KNO3)). Telur asin yang kualitasnya baik saat ini sangat langka di pasaran. Seorang pengusaha telur asin yang tetap mempertahankan kualitas, biasanya selalu kesulitan melayani pesanan karena kemampuan produksinya terbatas. Proses pengasinan telur memakan waktu sekitar dua minggu (15 hari). Waktu tersebut tergolong cukup lama untuk dapat memenuhi kebutuhan. Bahan untuk mengasinkan telur cukup banyak jumlah dan syaratnya untuk menghasilkan telur asin yang berkualitas baik. Dari permasalahan-permasalahan tersebut, munculah ide untuk membuat suatu alat yang bisa mengasinkan telur bebek dengan waktu yang lebih cepat dari cara konvensional, menghasilkan telur asin yang berkualitas baik tanpa ada bahan pengawet, dan dapat menimalisir bahan yang digunakan untuk proses pengasinan telur. Harapannya dengan terciptanya alat yang disebut “BRT-46” atau alat pengasin telur bebek tanpa media pembungkus ini bisa meningkatkan efektivitas produksi pengusaha telur asin. Tentu dalam perancangan alat ini diperlukan survei lapang dan berbagai uji laboratorium terutama pada besarnya tekanan hidrostatik alat. Dengan pertimbangan sifak fisik cangkang telur yang mudah pecah, maka diperlukan pengukuran kemampuan cangkang telur menerima tekanan. Setelah proses perancangan gambar teknik selesai, proses pabrikasi dilakukan di bengkel sampai alat bisa di uji coba. Berdasarkan pengujian kemampuan maksimum cangkang telur saat menerima tekanan, maka dapat ditentukan tekanan hidrostatik optimum alat yang diberikan saat pengasinan telur. Hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa alat dapat bekerja mengasinkan telur tanpa menyebebkann telur pecah dan dapat melakukan proses pengasinan yang lebih cepat.