Kontaminasi Tembaga pada Tiga Transek Lahan Pertanian di Kawasan Urban-Industri Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat

View/Open
Date
2014Author
Ramadhoni, Alfin Asri
Sudadi, Untung
Hartono, Arief
Metadata
Show full item recordAbstract
Logam berat umumnya sudah berbahaya dan beracun bagi makhluk hidup pada kadar yang rendah. Kadarnya dalam tanah dapat meningkat karena proses pedogenik dan antropogenik. Logam berat seperti tembaga (Cu) juga merupakan hara esensial mikro bagi tumbuhan sehingga kadar yang kurang atau lebih menyebabkan defisiensi atau fitotoksisitas. Lahan pertanian di kawasan urban-industri rentan terhadap kontaminasi logam berat. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi pengaruh faktor posisi transek, kedalaman, pH, kadar klei, kadar bahan organik dan waktu terhadap kadar total-Cu tanah serta mengeksplorasi tingkat kontaminasi/pencemaran Cu pada lahan pertanian di kawasan urban-industri Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Contoh tanah komposit diambil pada kedalaman 0-10, 10-20 dan 20-30 cm pada musim hujan November 2013 di 15 titik yang terdiri atas lima titik untuk setiap transek A-hulu, B-tengah dan C-hilir dari wilayah yang termasuk sub-sub-DAS Cileungsi Tengah. Analisis tanah dilakukan terhadap kadar total-Cu (Aqua Regia, HClp:HNO3p = 3:1, CuAR), pH (H2O 1:1), C-organik (Walkley & Black) dan tekstur (Pipet). Tingkat kontaminasi/pencemaran Cu ditetapkan berdasarkan nilai indeks c/p menurut prosedur Lacatusu (1998). Jika kisaran kadar Cu tanah belum berdampak negatif terhadap komponen lingkungan maka dikategorikan kontaminasi (c/p<1); Jika kisaran kadar Cu tanah telah berdampak negatif terhadap komponen lingkungan disebut telah terjadi pencemaran (c/p >1). Rataan kadar CuAR (36.97 mg/kg) dan nilai indeks c/p Cu (0.96, dengan kisaran 0.28-2.40, terkontaminasi sedang hingga tercemar ringan) pada musim hujan 2013 lebih rendah daripada musim hujan tahun 2006. Pada bagian hulu, tengah dan hilir, kadar CuAR masing-masing berkurang 65.35%, 49.57% dan 39.25%. Dengan demikian, dalam kurun waktu tujuh tahun terakhir telah terjadi penurunan kadar CuAR dan tingkat kontaminasinya. Peningkatan nilai pH cenderung diikuti penurunan kadar CuAR, sedangkan peningkatan kadar bahan organik dan klei masing-masing cenderung dan nyata meningkatkan kadar CuAR. Rataan kadar CuAR tertinggi terukur pada kedalaman 0-10 cm dan terendah pada kedalaman 20-30 cm yang menunjukkan bahwa sumber Cu berasal dari faktor antropogenik. Rataan kadar CuAR di transek hulu < tengah < hilir. Namun, nilai indeks c/p Cu di transek tengah > hulu > hilir. Hal ini karena kadar bahan organik dan klei tanah di bagian hilir lebih tinggi sehingga berkapasitas lebih tinggi dalam meretensi Cu.