dc.description.abstract | Untuk membangun kembali populasi rusa timor di Pulau Panaitan dilakukan reintroduksi dari Pulau Peucang. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan teori sindrom pulau melalui perbandingan habitat, ukuran tubuh, ukuran dan kepadatan populasi, wilayah jelajah dan alokasi waktu. Penelitian ini dilakukan dari bulan September 2012 hingga Desember 2013. Komponen habitat yang diukur meliputi vegetasi, sumber air dan ketinggian. Analisis vegetasi dilakukan dengan metode kuadrat, keanekagaraman tumbuhan dihitung menggunakan indeks Shanon-Wiener, sumber air diidentifikasi langsung di lapangan dan ketinggian menggunakan DEM yang diklasifikasi menggunakan ekstensi spasial analisis pada ArcGIS 10.1. Pengamatan jenis pakan dilakukan langsung di lapangan. Daya dukung dihitung berdasarkan ketersediaan pakan. Ukuran tubuh rusa diukur menggunakan pita meter dan timbangan, penangkapan menggunakan bius yang ditembakkan menggunakan sumpit dan dilakukan oleh dokter hewan dan paramedis. Uji beda menggunakan Mann Whitney U. Ukuran dan kepadatan populasi rusa timor di Pulau Peucang menggunakan data Sudibyo (2012) dan di Pulau Panaitan dilakukan inventarisasi menggunakan metode strip transek. Pengamatan wilayah jelajah menggunakan metoda focal animal sampling, estimasi wilayah jelajah menggunakan minimum convex polygon menggunakan ekstensi hawth tool dan Xtool pro 11 pada ArcGIS 10.1. Pengamatan alokasi waktu menggunakan metode focal animal samling dan Mann Whitney U digunakan untuk mengukur potensi perbedaannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan dalam ukuran tubuh, ukuran populasi beserta kepadatannya, dan alokasi waktu antara rusa timor di Pulau Peucang dan Pulau Panaitan. Hal ini membuktikan bahwa manifestasi sindrom pulau dapat ditemukan pada kedua pulau tersebut. Meskipun luas wilayah jelajah rusa timor di kedua pulau tidak berbeda nyata, tetapi wilayah jelajah individu rusa timor di Pulau Peucang yang lebih menetap dibanding di Pulau Panaitan turut membuktikan manivestasi sindrom pulau. Pulau yang berukuran lebih besar dan mempunyai keanekaragaman hayati yang tinggi dapat dijadikan sebagai alternatif tujuan introduksi satwa liar. | en |