Produktivitas dan Pemanfaatan Tumbuhan Rawa Di Kalimantan Selatan sebagai Hijauan Pakan Berkelanjutan
View/ Open
Date
2014Author
Rostini, Tintin
Abdullah, Luki
G Wiryawan, Komang
Dewi, Panca
Metadata
Show full item recordAbstract
Hijauan pakan merupakan bahan pakan yang mutlak diperlukan baik secara kuantitatif atau kualitatif sepanjang tahun dalam sistem produksi ternak ruminansia. Kandungan nutrisi pada hijauan sangat penting untuk dipertimbangkan sebagai sumber pakan. Hijauan rawa merupakan hijauan pakan yang tumbuh di daerah rawa yang berpotensi sebagai pakan ternak ruminansia seperti kerbau rawa (Kerbau Kalang), sapi, dan kambing. Hijauan rawa yang tumbuh di rawa terdiri dari rumput dan leguminosae. Hijauan ini memiliki produktivitas dan kandungan protein yang cukup tinggi, namun ketersediannya fluktuatif. Ketersediaan hijauan pakan menjadi faktor utama dalam pengembangan ternak dan teknologi preservasi merupakan salah satu usaha untuk menjamin ketersedian hijauan pakan sepanjang musim. Penelitian ini terdiri dari tiga kajian yang dilakukan secara bertahap. Kajian pertama untuk mengevaluasi potensi jenis spesies, produktivitas, kapasitas tampung dan kualitas nutrisi hijauan rawa Kalimantan Selatan, menggunakan metode survey. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tumbuhan rawa di Kalimantan Selatan memiliki 18 jenis, dengan 4 jenis spesies dominan berdasarkan skoring yang memiliki produksi cukup tinggi dan kualitas nutrisi yang baik pada musim pasang. Keempat jenis rumput tersebut adalah Hymeneche amplexicaulis Haes, produksinya sebesar 1032.60 kg BK ha-1panen-1 kandungan PK 10.88%, SK 16.37% dengan kapasitas tampung 2.98 ST. Ischaemum polystachyum. J. Presl produksinya 989.16 kg BK ha-1panen-1 kandungan PK 14.3%,SK 17.35%, kapasitas tampung sebanyak 2.85 ST. Ludwigia hyssopifolia produksinya sebesar 851.67 kg BK ha-1panen-1, kandungan PK 15.96%, SK 25.23%, kapasitas tampung 2.56. ST dan Polygonum barbatum L produksinya sebesar 889.71 kg BK ha-1panen-1, kandungan PK 16.45% dan SK 16.27%, dengan kapasitas tampung 2.45 ST. Kajian kedua bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh preservasi hijauan rawa dengan metode (silase, hay, dan haylage) terhadap kualitas nutrisi dan kecernaan in vitro. Metode yang digunakan untuk pembuatan silase dan haylage adalah ensilase hijauan rawa dengan bakteri L. Plantarum 1BL-2 selama 21 hari. Hasil yang diperoleh dari silase hijauan rawa adalah penurunan kandungan serat kasar dan peningkatan kadar protein. Komposisi kimia silase hijauan rawa adalah PK 14.02% dan SK 13.89%, kecernaan bahan kering (KBK) 59.23 - 63.21% dan kecernaan bahan organik sebesar (KBO) 56.25 - 62.32%. Kandungan nutrisi haylage adalah PK 14.25% dan SK 14.52%, KBK 54.25- 57.25% dan KBO 53.21-56.48%. Pengawetan hijauan rawa menjadi hay adalah PK 13.52% dan SK 16.11%, dengan KBK 52.91-55.86% dan KBO 46.24-50.12%. Kajian ketiga bertujuan untuk mengevaluasi potensi penggunaan hijauan rawa sebagai pakan ternak ditinjau dari kecernaan dan performa ternak kambing. Ternak yang digunakan adalah 24 ekor kambing kacang jantan umur 10-12 bulan yang dialokasikan ke dalam 4 kelompok dengan 6 perlakuan. Perlakuan penelitian terdiri dari : 60% rumput dan 40% leguminosa (HL), 60% hijauan rawa dan 40% konsentrat (HRD), 100% hijauan rawa segar (HRS), 100% hay hijauan rawa (HRK), 100% silase hijauan rawa (HRL), 100% haylage hijauan rawa (HRH). Hasil penelitian ini menunjukkan perbedaan nyata (P<0.05) antar perlakuan hijauan rawa yang diawetkan. Perlakuan dengan metode silase (HRL) mampu meningkatkan konsumsi dan kecernaaan pakan, yaitu meningkatkan protein kasar dari 13.72 menjadi 14.02%, konsumsi protein (74.62g d-1), konsumsi bahan kering (532.11 g ekor-1hari-1), konsumsi Bet-N ( 257.39 g ekor-1hari-1) mampu meningkatkan bobot badan total (3.5 kg) dalam 8 minggu dengan pertambahan berat badan harian (62.60 g hari-1ekor-1). Silase hijauan rawa berpotensi untuk digunakan sebagai pengganti hijauan lapangan bagi ternak kambing pada saat musim surut.
Collections
- DT - Animal Science [346]