Identifikasi dan Kuantifikasi Bahan Baku Pembuatan Arang Kayu : Studi Kasus di Kecamatan Leuwiliang, Cigudeg, dan Leuwisadeng
Abstract
Kebutuhan energi berbanding lurus dengan pertumbuhan penduduk. Total penduduk Indonesia yang saat ini sekitar 231 juta jiwa menyebabkan kebutuhan energi diperkirakan akan meningkat. Sebagian besar energi yang digunakan oleh masyarakat di Indonesia umumnya berasal dari energi fosil. Penggunaan energi fosil secara terus-menerus tanpa upaya pelestarian akan mengakibatkan kelangkaan energi dimasa depan, sehingga perlu adanya energi alternatif untuk tetap menunjang kehidupan manusia. Energi alternatif yang potensial untuk dikembangkan adalah energi biomassa, salah satunya adalah arang kayu. Kelangsungan produksi arang kayu dipengaruhi oleh ketersediaan bahan baku. Bahan baku arang kayu biasanya berasal dari limbah kayu, baik logging waste maupun processing wood. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis bahan baku dan menghitung kebutuhan bahan baku berupa kayu yang digunakan pada pembuatan arang di Kecamatan Leuwiliang, Cigudeg dan Leuwisadeng. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode identifikasi dan metode kuantifikasi, dengan menggali informasi secara langsung di lokasi penelitian. Hasil identifikasi jenis bahan baku pada produsen I dan II yang menggunakan kayu rakyat, yaitu Nephelium lappaceum (rambutan) , Maesopsis emenii (afrika), Pinus sp (pinus), Parkia Speciosa (petai), Sandoricum koetjape (kecapi) dan Durio zibethinus (durian). Produsen III menggunakan limbah penggergajian, sehingga kayu yang digunakan sangat tergantung pada jenis yang ada di industri penggergajian dan jenis kayu buah-buahan seperti nangka, rambutan, durian. Jenis kayu yang banyak digunakan oleh produsen I dan II di Kecamatan Leuwiliang dan Leuwisadeng adalah jenis tanaman MPTS (Multi Purpose Tree Species). Sedangkan jenis kayu yang digunakan oleh produsen III sangat tergantung oleh jenis kayu yang diolah di industri penggergajian. Rata-rata panjang kayu yang digunakan berturut-turut untuk produsen I, II dan III adalah 94,35 cm, 96,76 cm, dan 67,32 cm. Jenis limbah kayu yang banyak digunakan sebagai bahan baku arang kayu pada produsen I dan II adalah ranting dengan diameter dibawah 10 cm., sedangkan produsen III sepenuhnya menggunakan sebetan sebagai bahan baku. Rata-rata kebutuhan bahan baku per periode pada ketiga produsen berturut-turut, yaitu 1,3 sm/periode, 1,86 sm/periode, dan 1,52 sm/periode. Hasil produksi per periode pada ketiga produsen berturut-turut, yaitu 119,25 kg/periode, 204,875 kg/periode dan 121,5 kg/periode. Perkiraan kebutuhan bahan baku per tahun berturut-turut pada produsen I sebesar 55,9 sm/tahun, produsen II sebesar 89,28 sm/tahun, dan produsen III sebesar 56,24 sm/tahun.
Collections
- UT - Forest Management [3062]