Show simple item record

dc.contributor.authorHanifah Nuryani Lioe
dc.contributor.authorYane Regiana
dc.contributor.authorRangga Bayuharda Pratama
dc.date.accessioned2013-04-18T06:20:12Z
dc.date.available2013-04-18T06:20:12Z
dc.date.issued2011
dc.identifier.isbn978-602-8853-14-9
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/62504
dc.description.abstractPolisiklik aromatik hidrokarbon telah diketahui luas sebagai komponen yang bersifat karsinogenik, diantaranya benzo(a)piren (BAP) dan dibenzo(a,h)antrasen (DBA) dikenal sebagai komponen yang paling toksik. Komponen ini dapat terbentuk melalui pembakaran yang tidak sempurna dari kayu, arang dan senyawa organik selama pembakaran daging dan ikan. Tujuan penelitian adalah menentukan proses pembakaran (jarak dan lama pemanasan) dan jumlah bumbu yang optimum untuk mereduksi kandungan PAH dalam daging ikan dan ayam bakar. Komponen PAH diekstrak dengan menggunakan tehnik tandem solid phase extraction (tandem SPE) dan HPLC-UV (dengan kolom C18, fase gerak 80% asetonitril dan detektor MWD). Metoda optimasi yang digunakan adalah response suiface methodology (RSM) berdasarkan desain Box Behnken menggunakan software Design Expert® 7. Linearitas dengan adisi standar dalam sampel, limit deteksi, limit kuantitasi, kesesuaian sistem, akurasi dengan uji rekoveri, dan presisi dari metoda analisis PAH, masing-masing adalah 0,96-0,97, 0,03-0,04 μg/mL, 0,09-0,11 μg/mL larutan uji, 0,57-1,59% (< 2%), 123-126%, and 12-15% . Metoda yang telah divalidasi digunakan dalam penentuan komponen PAH (BAP dan DBA) dalam makanan bakar yang telah mengalami perlakuan sesuai dengan desain RSM. Total PAH dalam daging ikan bakar tanpa bumbu dapat mencapai 193 ng/g, sedangkan dalam ayam bakar tanpa bumbu meneapai 226 ng/g. Dengan menggunakan RSM, diketahui perlakuan optimum untuk mendapatkan tingkat PAH total yang tidak terdeteksi dalam ikan bakar adalah pada jarak pembakaran 7,3 cm, lama pemanasan 31,5 min dan jumlah bumbu 7,40 % dari berat ikan, sedangkan hal yang sama pada ayam bakar dieapai pada jarak pembakaran 6,8 cm, lama pemanasan 28,0 min dan jumlah bumbu 8.69 %. Bumbu yang dipakai adalah bumbu kuning yang terdiri dari bawang putih, bawang merah, lengkuas, jahe, kunyit, kemiri, merica dan garam dengan komposisi yang biasa dipakai oleh pedagang lokal. Warna ikan bakar yang dihasilkan pada kondisi optimum tersebut mempunyai nilai L, a, b dan Hue masing-masing 48,03; 4,2; 19,88; dan 77,96. Warna ayam bakar pada kondisi perlakuan optimum memiliki nilai L, a, b dan Hue berturut-turut 31,65; 9,29; 18,15; dan 62,21. Dengan demikian penggunaan bumbu pada kisaran konsentrasi 7 sampai 9% dari berat ikan/ayam, jarak pembakaran 7 cm, dan lama pemanasan 28,0 sampai 31,5 min dapat mereduksi secara signifikan kandungan PAH dalam ikan dan ayam bakaren
dc.publisherProsiding Seminar Hasil-hasil Penelitian IPB 2011
dc.subjectPolisiklik aromatik hidrokarbonen
dc.subjectoptimasi pembakaran dagingen
dc.subjectSPEen
dc.subjectHPLCUVen
dc.subjectresponse suiface methodologyen
dc.titleOptimasi Reduksi Polisiklik Aromatik Hidrokarbon Dalam Makanan Bakar Khas Indonesia Dengan Memanfaatkan Bumbu Lokal serta Pengaturan Jarak dan Lama Pemanasan Menggunakan Response Surface Methodologyen
dc.typeArticleen


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

  • Proceedings [2790]
    Proceedings of Bogor Agricultural University's seminars

Show simple item record