Adaptasi padi gogo terhadap cekaman ganda di lahan kering
Upland rice adaptation to multiple stress in upland area.
Date
2012Author
Supijatno
Sopandie, Didy
Chozin, Muhamad Achmad
Trikoesoemaningtyas
Metadata
Show full item recordAbstract
Utilization of upland with low light intensity for harvesting area and production increment will have some constrains such as low pH high Al, low soil fertility, drought, low light intensity and high erodibility. Appropriate genotype for such condition is not available due to lack of genetic material. As preliminary step, identification and study of upland rice adaptation mechanism to such condition is urgently required. The study for upland rice adaptation to multiple stress in dry land consist of three step : (1) evaluation of upland rice adaptability to multiple stress, (2) adaptation mechanism of upland rice to multiple stress and (3) rice water use efficiency. In the experiment 1 and 2, rice was performed under stress condition by low pH high Al, drought and 25% and 50% shading intensity. In experiment 3, rice genotypes were evaluated for water use efficiency. Genotypes responsed variedly to multiple stress. The shading intensity increased plant height and reduced yield and yield component. Jalihuhur genotype showed shading tolerant trait consistently, while B-850 E3-TB and Gajah Mungkur genotype were considered to be moderate tolerant. Jatiluhur and B850E3-TB reveal tolerance to multiple stress as indicated by better growth, higher yield and yield component, higher root length and root weight, lower klorofil a/b ratio. Water consumption among varieties was significantly different, ranged from 15.93 l plant-1 for IR64 to 24.13 l plant-1 for Jatiluhur, or equal with 3 639 to 4 827 m3 ha-1. Jatiluhur was the most efficient variety in using water, each liter of water could produced 0.997 gram grain. This higher efficiency was associated with thicker leave and lower stomatal number Pemanfaatan lahan kering untuk meningkatkan luas panen dan produksi padi gogo akan menghadapi kendala-kendala seperti reaksi tanah yang masam, tingkat kesuburan tanah yang rendah, kekeringan dan intensitas cahaya yang rendah. Pada saat ini genotipe yang toleran terhadap cekaman tersebut belum tersedia karena belum adanya material genetik untuk keperluan tersebut. Sebagai langkah awal perlu diidentifikasi dan dipelajari mekanisme adaptasi genotipe-genotipe yang kemungkinan memiliki sifat toleran terhadap multi cekaman tersebut. Penelitian ini bertujuan : (1) mengevaluasi adaptasi genotipe-genotipe padi gogo terhadap cekaman ganda di lahan kering di bawah naungan, (2) memperoleh informasi karakter dan mekanisme toleransi ganda (multitoleran) genotipe terpilih terhadap berbagai cekaman di lahan kering di bawah naungan dan (3) mempelajari efisiensi penggunaan air pada beberapa genotipe padi. Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan percobaan dalam tiga tahap. Pada percobaan 1 dan 2, cekaman diberikan berupa cekaman pH rendah Al tinggi, kekeringan dan intensitas naungan 25% dan 50%, menggunakan rancangan petak terbagi dengan tiga ulangan. Pada percobaan 3 dilakukan pengamatan terhadap tingkat efisiensi penggunaan air pada padi yang ditanam di dalam kontainer, menggunakan rancangan acak kelompok dengan tiga ulangan. Genotipe-genotipe yang diuji memberikan respon yang berbeda terhadap cekaman ganda yang diberikan. Pada kondisi cekaman ganda, peningkatan intensitas naungan menyebabkan peningkatan tinggi tanaman serta menekan hasil dan komponen hasil secara nyata. Genotipe Jatiluhur memiliki sifat toleran terhadap cekaman ganda, sedangkan genotipe B-850 E3-TB dan Gajah Mungkur memiliki sifat moderat toleran. Sifat toleran genotipe Jatiluhur dan B850E3-TB terhadap cekaman ganda ditunjukkan oleh pertumbuhan, komponen hasil dan hasil yang baik, akar yang lebih panjang dan bobot akar yang lebih tinggi serta rasio klorofil a/b yang lebih kecil. Terdapat variasi konsumsi air yang nyata antar genotipe yang diuji yaitu berkisar dari 15.93 liter tanaman-1 pada varietas IR 64 sampai dengan 24.13 liter tanaman-1 pada Jatiluhur. Jatiluhur merupakan varietas yang paling efisien menggunakan air yaitu setiap liter air yang dikonsumsi mampu menghasilkan 0.997 gram gabah kering. Efisiensi penggunaan air yang tinggi ini didukung oleh daun yang lebih tebal dan jumlah stomata yang sedikit.
Collections
- DT - Agriculture [752]