Show simple item record

dc.contributor.advisorSalamah, Ella
dc.contributor.advisorSetyaningsih, Iriani
dc.contributor.authorKosasih, Yunny
dc.date.accessioned2012-03-22T01:07:50Z
dc.date.available2012-03-22T01:07:50Z
dc.date.issued2011
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/53891
dc.description.abstractMasalah kesehatan sering terjadi akibat lingkungan yang kotor dan makanan yang tercemar mikroorganisme yang umumnya adalah golongan bakteri. Hal ini dapat diatasi dengan penggunaan senyawa antibakteri yang aman. Antibakteri yang umum beredar adalah antibakteri sintetik dimana senyawa sintetik berpotensi menimbulkan efek negatif yang dapat mengganggu kesehatan sehingga membutuhkan pencarian alternatif antibakteri alami yang aman. Porphyridium cruentum adalah mikroalga merah bersel satu yang memiliki potensi antibakteri. Media Becker sebagai media pertumbuhan yang umum digunakan dalam kultivasi P. cruentum dinilai cukup mahal sehingga perlu dilakukan pencarian alternatif media pertumbuhan. Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah modifikasi media Becker (tanpa penambahan trace element) dan media pupuk. Penelitian ini meliputi tiga tahap yaitu: 1) kultivasi dan pemanenan P. cruentum dalam modifikasi media Becker dan media pupuk, 2) ekstraksi komponen antibakteri P. cruentum, dan 3) analisis aktivitas antibakteri P. cruentum terhadap bakteri Gram-positif Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, Bacillus subtilis, Bacillus cereus, dan bakteri Gram-negatif yakni Escherichia coli. Kultivasi P. cruentum dilakukan pada intensitas cahaya 1900-2400 lux, suhu 25-27 °C, dan salinitas air laut sebesar 3% dengan pH sebesar 7,9. Kultur dalam modifikasi media Becker memiliki pH 7,5 dan salinitas 7,4%, sedangkan dalam media pupuk memiliki pH sebesar 7,6 dan salinitas sebesar 4%. Kultur P. cruentum dalam modifikasi media Becker tidak teramati fase adaptasi yang terjadi, namun mengalami fase logaritmik hingga hari ke-6 kemudian memasuki fase stasioner. Kultur P. cruentum dalam media pupuk mengalami fase adaptasi pada awal kultivasi hingga hari ke-1, dan memasuki fase logaritmik hingga hari ke-4 kemudian memasuki fase stasioner. Fase stasioner berlangsung hingga hari ke-7 dan dilanjutkan fase kematian. Pemanenan biomassa dilakukan pada fase stasioner, yaitu kultur dalam modifikasi media Becker dipanen pada umur 7 hari, sedangkan kultur dalam media pupuk dipanen pada umur 4 hari. Ekstraksi dilakukan melalui ekstraksi bertingkat menggunakan etanol 96%, diklorometan/akuades, dan diklorometan/NaOH. Rendemen ekstrak akhir dari kultur dalam modifikasi media Becker, yaitu sebesar 1%. Pengujian aktivitas antibakteri menggunakan teknik difusi sumur agar (agar well diffusion). Jumlah ekstrak P. cruentum yang digunakan tiap sumur sebanyak 400 μg, 600 μg, 800 μg, dengan kontrol positif kloramfenikol (10 μg) dan kontrol negatif diklorometan (20 μL). Diameter zona hambat terbesar berasal dari ekstrak 800 μg pada S. epidermidis yaitu sebesar 4 mm. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak menghasilkan zona hambat yang semakin besar. Potensi antibakteri dari P. cruentum dalam modifikasi media Becker termasuk kategori antibakteri dengan daya hambat lemah.en
dc.subjectBogor Agricultural University (IPB)en
dc.titleAktivitas komponen antibakteri mikroalga porphyridium cruentum terhadap berbagai jenis bakteri patogenen


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record