Show simple item record

Effectiveness of Various Antioxidant Supplements on Reducing Oxidative Status (Level of Plasma Malondialdehid (MDA)) among Extension Students of Bogor Agriculture University.

dc.contributor.advisorAmalia, Leily
dc.contributor.advisorEkayanti, Ikeu
dc.contributor.authorRamatina
dc.date.accessioned2012-02-23T00:51:45Z
dc.date.available2012-02-23T00:51:45Z
dc.date.issued2011
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/53497
dc.description.abstractThe objective of this study was to analyze the effectiveness of vitamin C, vitamin E and multivitamin-mineral supplements on level of plasma malondialdehyde (MDA) among extension students of Bogor Agricultural University. The samples were 24 students and divided into 4 groups, namely 1) control group, 2) vitamin C group (given supplement of vitamin C 500 mg), 3) vitamin E group (given supplement of vitamin E 200 IU), 4) multivitamin-mineral group (given supplement consist of vitamin C 500 mg, vitamin E 30 mg, zinc 15 mg and copper 1,5 mg). The interventions of supplements were given for 7 days. In term of intake an adequate level of energy, protein, vitamin and mineral samples. From food, they were no significantly differences among groups. Before the intervention, blood samples were taken for the analysis of early plasma level of MDA. Examination was repeated at the end of treatment. From the results of statistical analysis known that there are significant differences (p <0.05) between plasma MDA levels before and after intervention. There was no significant difference (p> 0.05) between the average reduction in level of MDA plasma in group of vitamin C, vitamin E and multivitamins, but there are significant differences (p <0.05) between the control group of intervention with vitamin C, vitamin E and multivitamin-mineral. Based on this study, it can be concluded that by consuming vitamin C, vitamin E or a multivitamin-mineral supplement every day had relatively similar effects in reducing level of MDA plasma among healthy young women.en
dc.description.abstractStress oksidatif pada manusia, terutama di perkotaan, cenderung meningkat. Stress oksidatif disebabkan oleh paparan yang berasal dari radiasi, rokok, polusi udara, logam berat, pestisida dan food additive (Miharja 2005). Keadaan stress oksidatif biasanya terjadi bila jumlah radikal bebas lebih tinggi dibandingkan jumlah antioksidan dalam tubuh. Untuk mengukur stress oksidatif tubuh dapat ditentukan dengan salah satu parameternya, yaitu malondialdehid (MDA). Semakin tinggi kadar MDA plasma maka semakin tinggi stress oksidatif yang terjadi dalam sel-sel tubuh (Valko 2006). Tujuan umum penelitian adalah untuk mengetahui efektivitas pemberian suplemen vitamin C, vitamin E dan multivitamin-mineral penurunan status oksidatif dengan parameter kadar malondialdehid (MDA) plasma mahasiswi alih jenis Institut Pertanian Bogor (IPB). Tujuan khusus penelitian ini adalah 1) Mengetahui karakteristik individu sampel, 2) Menganalisis konsumsi pangan sumber vitamin C, vitamin E, seng dan tembaga sampel, 3) Menganalisis asupan dan tingkat kecukupan energi dan zat gizi rata-rata sampel per hari, 4) Menganalisis kadar MDA plasma sampel sebelum dan setelah pemberian suplemen, 5) Mengetahui perbedaan penurunan kadar MDA plasma sampel antar kelompok yang diberi suplemen vitamin C, vitamin E dan Multivitamin-mineral. Penelitian ini merupakan jenis penelitian quasi eksperimental dengan pre-post test with control design (Bhisma 2003), karena analisis dilakukan sebelum dan setelah intervensi. Terhadap sampel kelompok vitamin E, vitamin C dan multivitamin-mineral diberikan suplemen dalam bentuk 1 kapsul/tablet dalam perhari selama 7 hari. Adapun kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan apapun. Lokasi penelitian yaitu lingkungan Institut Pertanian Bogor. Analisis kadar malondialdehid (MDA) plasma dilakukan di Laboratorium Biokimia Departemen Gizi Masyarakat Institut Pertanian Bogor (IPB). Penelitian dilakukan dari bulan Mei hingga September 2011. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang meliputi data identitas sampel, data konsumsi pangan dan data kadar MDA plasma. Data identitas sampel meliputi nama, umur, program studi, dan penyakit melalui teknik wawancara, sedangkan data tinggi badan dan berat badan dilakukan dengan penimbangan dan pengukuran. Data konsumsi pangan sehari sampel selama 7 hari didapatkan dengan metode food record, sedangkan data frekuensi konsumsi makanan sumber antioksidan selama seminggu dikumpulkan dengan metode food frequency. Data pengukuran radikal bebas didapatkan dengan mengukur kadar MDA (Malondialdehid) plasma, dilakukan sebelum dan setelah 7 hari intervensi secara duplo. Data yang telah terkumpul diolah dan dianalisis secara deskriptif dan inferensial menggunakan Microsoft Excel 2007 dan program SPSS versi 16.0 for Windows. Untuk menganalisis perbedaan sebelum dan setelah intervensi pada setiap kelompok perlakuan dilakukan uji T. Sedangkan untuk melihat perbedaan perubahan kadar MDA plasma (antara setelah dan sebelum intervensi) antar kelompok perlakuan dilakukan uji beda ANOVA. Jika terdapat indikasi perbedaan yang signifikan, maka dilanjutkan dengan uji Beda Duncan dan Least Significant Different (LSD) untuk mengetahui kelompok mana yang sesungguhnya berbeda. Secara keseluruhan umur sampel berkisar antara 22-24 tahun (62,5%) dan persentase terendah pada rentang umur >24 tahun yaitu (8,3%). Berdasarkan uji statistik tidak ada perbedaan yang signifikan umur sampel antar kelompok perlakuan. Program studi sampel paling banyak berasal dari Gizi Masyarakat (75%). Status gizi sampel secara keseluruhan berada pada status gizi normal (75%), dan secara statistik tidak terdapat perbedaan yang signifikan antar kelompok perlakuan. Jenis penyakit yang paling banyak diderita mahasiswa adalah maag (54,2%). Pangan sumber vitamin C sampel yang paling sering dikonsumsi yaitu pisang, jeruk dan nenas, dengan frekuensi masing-masing 2-3 kali, 1-2 kali dan 1-3 kali per minggu. Frekuensi konsumsi pangan sumber vitamin E sampel yang sering dikonsumsi berasal dari bahan pangan daging ayam, susu dan telur dengan frekuensi masing-masing 3-5 kali, 2-5 kali, dan 3-4 kali per minggu. Frekuensi konsumsi pangan sumber seng yang sering dikonsumsi sampel adalah berasal dari bahan pangan ikan dan susu dengan frekuensi secara berurutan adalah 4-5 kali dan 2-5 kali per minggu. Sedangkan pangan sumber tembaga yang paling sering dikonsumsi adalah udang dengan frekuensi 0-2 kali per minggu. Berdasarkan uji statistik terhadap frekuensi pangan sumber vitamin C, vitamin E, seng dan tembaga tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>0,05) antar kelompok perlakuan. Secara keseluruhan tidak ada perbedaan yang signifikan (p>0,05) rata-rata asupan energi dan zat gizi sampel yang berasal dari makanan sebelum dan stelah intervensi antar kelompok perlakuan. Rata-rata asupan energi pada tiap kelompok perlakuan selama intervensi hampir sama, yaitu berkisar antara 1412 dan 1651 kkal, dan secara statistik tidak ada perbedaan yang signifikan (p>0,05) asupan antar kelompok. Rata-rata asupan vitamin dan mineral sampel tiap kelompok perlakuan juga tidak menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan (p>0,05). Tingkat kecukupan energi sampel antar kelompok perlakuan tersebar pada kategori defisit, kurang dan sedang dengan persentase masing-masing 29,2%, 29,2%, dan 25%, sedangkan untuk protein sebagian besar sampel berada pada kategori baik yaitu 54,1%. Tingkat kecukupan vitamin C, vitamin E, Seng dan Tembaga sampel antar kelompok berada dalam kategori kurang dengan persentase masing-masing 83%, 100% dan 87,5%. Hasil analisis kadar MDA plasma sebelum intervensi menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>0,05) antar kelompok perlakuan, sehingga dapat disimpulkan bahwa kondisi awal MDA plasma sampel sebelum intervensi adalah homogen. Setelah intervensi selama 7 hari, secara umum kadar MDA plasma kelompok vitamin C, vitamin E dan multivitamin-mineral mengalami penurunan yaitu masing-masing 12,08 nmol/mL (dari 26,50 nmol/mL menjadi 14,42 nmol/mL), 13,92 nmol/mL (dari 25,25 nmol/mL menjadi 11,33 nmol/mL) dan 10,67 nmol/mL (22,75 nmol/mL menjadi 12,08 nmol/mL). Sebaliknya, rata-rata kadar MDA plasma kelompok kontrol meningkat dari 23,00 nmol/mL menjadi 24,08 nmol/mL. Hasil uji T menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan (p<0,05) antara kadar MDA plasma sebelum dan setelah intervensi pada semua kelompok perlakuan. Berdasarkan uji ANOVA terdapat perbedaan yang signifikan (p<0,05) perubahan kadar MDA plasma antar kelompok perlakuan. Uji lanjut Duncan menunjukkan terdapat perbedaan perubahan kadar MDA plasma antara kelompok kontrol dengan kelompok vitamin C, vitamin E dan multivitamin-mineral, sedangkan perubahan kadar MDA plasma sebelum dan setelah intervensi antar kelompok vitamin C, vitamin E dan multivitamin-mineral tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Dengan demikian, dapat disimpulkan ketiga suplemen antioksidan (vitamin C, vitamin E dan multivitamin-mineral) ini memiliki efektivitas yang hampir sama selama 7 hari intervensi.
dc.subjectBogor Agricultural University (IPB)en
dc.subjectmalondialdehydeen
dc.subjectantioxidant supplementen
dc.titleEfektivitas Berbagai Suplemen Antioksidan terhadap Penurunan Status Oksidatif (Malondialdehid (MDA) Plasma) pada Mahasiswi Alih Jenis IPBen
dc.titleEffectiveness of Various Antioxidant Supplements on Reducing Oxidative Status (Level of Plasma Malondialdehid (MDA)) among Extension Students of Bogor Agriculture University.


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record