Fruit maturity uniformity and extractable oil yield of jatropha (Jatropha curcas Linn)

Abstract

The primary objective of this study was to determine the physiological occurrences during the life of the fruit on and off the jatropha tree. The work began with determining the reproductive characteristics followed by determining the fruits’ physicochemical characteristics during maturation, ripening and senescence on the tree. The effort was continued with determining the effect of selected postharvest handling practices on increase oil extraction yield, followed by determination of harvesting indicators and finally a study on ripening treatments for harvested mature green jatropha fruits. The study on reproductive characteristics showed wide variation among observed variables during the months of observation. The crop showed indeterminate reproductive characteristics and therefore it was expected that it would be difficult to schedule harvesting which could lead to high harvesting costs being incurred. To reduce the expected harvesting problems required, understanding the harvest characters and therefore monitoring changes in selected physicochemical characteristics during the life of jatropha fruit was performed.

Panen yang buruk telah menjadi faktor utama terbatasnya komersialisasi tanaman ini, dan hal ini telah dikemukakan dalam berbagai publikasi (ERIA 2010, Biswas et al. 2006 dan. Heller 1996). Buah jatropha yang matang secara heterogen menjadi suatu pekerjaan yang melelahkan dan memakan waktu karena pemanen buah jatropha harus memilih hanya buah-buahan yang telah matang dan tepat untuk diproses. Selanjutnya buah tersebut harus dipanen secara manual pada periode tertentu. Sivapragasam dan Puteh (2008) melaporkan bahwa jumlah buah jarak pagar yang dipanen hanya sekitar 100 g.minute-1 atau sekitar 6-kg.hr 1. Selanjutnya, mereka menyimpulkan bahwa 80% (delapan puluh persen) dari pengeluaran biaya untuk produksi bibit adalah untuk panen dan penanganan pascapanen. Teknik pemanenan secara mekanis untuk jenis tanaman ini tidak dimungkinkan karena sifat tanaman yang tidak teratur cara berbunga serta pertumbuhannya. Sampai sekarang, buah jatropha hasil perkebunan skala kecil maupun besar masih dipanen dengan tangan. Biji buah jatropha hasil tanaman yang ada perkebunan seluas 8.000.000 ha. (delapan juta hektar) di Myanmar dilaporkan membusuk karena teknologi panen yang buruk (Jim 2009).