dc.contributor.advisor | Muljono, Pudji | |
dc.contributor.author | Yuritsa, Dhimas Cesar Atma | |
dc.date.accessioned | 2011-07-07T02:03:14Z | |
dc.date.available | 2011-07-07T02:03:14Z | |
dc.date.issued | 2011 | |
dc.identifier.uri | http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/47342 | |
dc.description.abstract | Banyaknya stasiun televisi swasta yang hadir di Indonesia menyebabkan persaingan di antara stasiun televisi semakin tinggi, sehingga mereka berusaha mengikuti selera pasar dengan menyajikan acara yang menarik dan berlomba-lomba untuk mendapatkan rating yang tinggi. Tingginya rating pada suatu acara tertentu dapat meningkatkan laba yang diperoleh. Salah satu caranya ialah dengan menayangkan sinema elektronik, atau yang lebih dikenal dengan istilah sinetron, yang sangat digemari oleh berbagai macam lapisan masyarakat pada umumnya, dengan berbagai macam isi cerita. Jumlah sinetron dengan rating yang tinggi menimbulkan kekhawatiran banyak pihak mengenai dampak yang akan dialami oleh remaja, karena di dalam sinetron banyak terkandung muatan negatif dan sering menampilkan adegan-adegan anti-sosial. Sinetron menyebabkan makna sekolah bagi remaja bukan lagi tempat untuk belajar, melainkan tempat untuk pacaran, mengembangkan intrik dan berkelahi. Hal ini dikarenakan hampir semua sinetron menampilkan adegan tersebut. Karena itu, apabila sinetron-sinetron semacam ini dibiarkan menampilkan gambaran tentang sekolah atau kampus yang demikian, sangat potensial membentuk persepsi di benak remaja bahwa sekolah menjadi tempat kegiatan remaja yang tidak produktif, bahkan cenderung negatif. | en |
dc.publisher | IPB (Bogor Agricultural University) | |
dc.title | Persepsi remaja terhadap unsur kekerasan dalam sinetron di televisi: studi kasus Remaja Karang Taruna "ANTASARI" di Komplek Perumahan Taman Cimanggu, Kelurahan Kedung Waringin, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor | en |