Mekanisme kontrol tata kelola sumber-sumber agraria : membangun kelembagaan kolektif lokal yang demokratis
Abstract
Bertambah besarnya otonomi daerah, termasuk desa dalam beberapa aspek tidak serta merta berdampak pada penguatan kelembagaan lokal. Dengan latar belakang berbeda, dapat diobservasi melemahnya kelembagaan lokal yang relevan untuk penghidupan desa di Aceh dan Bali. Di Aceh surutnya pengaruh kelembagaan lokal terutama disebabkan oleh keadaan perang. Salah satu kelembagaan desa yang hampir lenyap adalah Keujruen Blang, yaitu suatu kelembagaan pengatur irigasi tidak terlalu berbeda dari subak di Bali. Perang dan gangguan keamanan di Aceh mengakibatkan banyak jaringan irigasi yang sering kali lintas batas desa menjadi kacau karena tidak dimanfaatkan. Di Bali, kelembagaan subak yang terkena termasuk kelembagaan lokal yang mulai goyah. Subak di daerah desa yang berbatasan dengan kota atau jalan-jalan besar antar kabupaten tidak dapat menahan perkembangan ekonomi yang berdampak pada konversi lahan-lahan pertanian/sawah menjadi lokasi kegiatan non-pertanian. Subak menjadi lemah juga oleh intervensi jawatan pemerintah yang mengelola pekerjaan dan fasilitas umum, seperti jawatan pekerjaan umum (PU).