| dc.description.abstract | Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan PMTAS di sekolah-sekolah yang terdapat di Desa Neglasari, Kecamatan Dramaga dan Desa Ciampea, Kecamatan Ciampea. Tujuan secara khusus adalah memantau jal31U1ya proses kegiatan PMT-AS, proporsi/persentase input dan proses yang dilaksanakan, membandingkan input dan jalrumya proses kegiatan di kedua des a, selta menganalisis faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan PMT-AS di masing-masing desa tersebut serta membandingkrumya diantara kedua desa contoh. Penelitian ini dilakukan di Desa Neglasari, Kecamatan Dramaga dan Desa Ciampea, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor selama dua bulan, yaitu pada bulan Oktober sampai dengan bulan November 1998. Unit contoh dalam penelitian ini adalah sekolah Dasar (SD) ysng berada di kedua desa tersebut beselta seluruh petugas pelaksana PMT-AS yang meliputi Kepala Sekolah, Guru, PKK, Bidan Desa, dan Tenaga Pelaksana Gizi (TPG) Puskesmas. Jenis data yang dikumpulkan meliputi data primer dan sekunder. Data primer meliputi seluruh input yang ada di kedua des a yang tercakup ke dalam Sekolah, PKK, Kesehatan, Peltanian, dan Tim Pelaksana desa. Data sekunder meliputi keadaan umum lokasi penelitian, keadaan sekolah, jumlah siswa, dan daftar guru. Kedua jenis data ini dikumpulkan melalui metode wawancara dengan menggunakan kuesioner dan pengamatan langsung. Data yang terkumpul ditabulasi dan diinterpretasikan secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa input PMT-AS yang ada di kedua desa contoh sebagian besar telah dimiliki. Persentase input sekolah di Desa N eglasari telah mencapai 85.18%. Input yang dimiliki meliputi adanya Tim Pelaksana PMT-As tingkat SD, tenaga guru terlatili PMT-AS, organisasi BP3, SK Bupati tentang PMTAS, buku pedoman umum PMT-AS, buku petunjuk teknis (Juknis) PMT-AS untuk guru, dan dana bahan makanan PMT-AS. Masing-masing sekolah memiliki sarana pendukung PMT-AS berupa sumber air bersili dan jamban sekolah. Sementara persentase input di Desa Ciampea untuk sekolah mencapai 77.78% ysng meliputi seluruh input yang sama dengan Desa Neglasari, kecuali bukupedoman umum PMTAS dan bukujuknis PMT-AS untuk gum. Hasil persentase input untuk PKK , di Desa Neglasari mencapai 81.3% yang meliputi adanya organisasi PKK, telah memiliki tenaga PKK terlatili untuk PMT-AS, telah memiliki buku juknis untuk PKK (kecuali SDN Neglas31'i V), telah memiliki buku juknis menu jajanan PMT-AS dan memiliki alat masak PMT-AS yang diperoleh dari Dati II berupa kompor minyak, panci, penggorengan besar, sodet, sinduk, baskom besar, dan panci serba guna. Selain itu juga mendapat alat masak tambahan dari dokter setempat berupa penggorengan kecil, serokan, dan baskom kecil. Persentase input yang dimiliki di Desa Ciampea telah mencapai skor 100%, artinya input yang dimiliki di desa ini telah lengkap untuk PKK. Basil skor input untuk kesehatan di Desa Neglasari mencapai nilai 71.43%, artinya belurn seluruh input untuk kesehatan dimiliki oleh desa ini. Input yang telah dimiliki berupa adanya bidan di desa ini yang menangani masalah PMT-AS, namun bidan ini masih baru dan belurn pemah mengikuti pelatihan PMT-AS, telah memiliki buku juknis PMT-AS untuk bidan desa, buku juknis PMT-AS untuk penyuluhan kesehatan, telah menerima obat cacing, dan telah menerima poster gizi dan kesehatan untuk sekolall. Namun ketiga SD contoh di Desa Neglasari ini belurn menerima lembar balik keamanan pangan. Sedangkan hasil skor input untuk kesehatan di Desa Ciampea telah mencapai 83.71 % yaitu meliputi seluruh input yang telah disebutkan di atas. Di desa ini bidan desa telah mengikuti pelatihan PMT-AS. Skor input untuk pertanian di Desa Neglasari adalah 0%, artinya di desa ini belurn memiliki input untuk sektor pertanian yang berupa belurn adanya petugas Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL), belum memiliki buku juknis PMT-AS, tidak adanya program P2RT, Program DPG, dan belurn menerima bibit dan pupuk dari Dinas Pelianian untuk kebun dan pekarangan. Sementara skor input pertanian di Desa Ciampea sebesar 16.67%. Berdasarkan hasil wawancara, temyata di desa ini hanya memiliki program P2RT sebagai input untuk pertanian. Skor input untuk Tim Pelaksana Desa telah mencapai 85.71 %. Proses pelaksanaan PMT-AS di kedua desa contoh, masih ada beberapa aktivitas yang belurn sesuai dengan buku juknis PMT -AS seperti beberapa kelas di satu SD belum melakukan pencucian tangan sebelum makan, tidak dilakukan do'a bersama, penyuluhan gizi belurn dilakukan, PKK mendapat bahan makanan tidak dari bahan lokal, penyuluhan kesehatan tidak dilakukan per bulan, PPL belurn berfungsi sebagaimana mestinya, rapat Tim PMT-AS Desa tidak rutin dilakukan satu bulan sekali, dan sebaginya. Artinya proporsi/persentase antara input dan proses yang dilaksanakan belurn seimbang. Bila dibandingkim kedua desa contoh tersebut, tidak terlalu banyak perbedaan, artinya input dan proses yang terjadi di kedua desa contoh relatif sama, namun dapat dikatakan bahwa Desa Ciampea lebih baik dibandingkan Desa N eglasari. Faktor pendukung dalam pelaksanaan PMT-AS di kedua desa contoh terletak di daerah yang tanahnya subur untuk pertanian dan memungkinkan untuk ditanami bahan makanan yang dibutuhkan untuk pembuatan makanan kudapan PMT-AS, sebagian besar mata pencallarian penduduknya adalah bertani, bertemak, dan berkebun. sarana dan prasarana sekolah yang mendukung jalannya PMT-AS telah tersedia seperti jamban sekolah dan sumber air bersih, dan telall memiliki tenaga pelaksana PMT-AS. Faktor penghambat dalam pelaksanaan PMT-AS di desa contoh ini adalah masih rendahnya pengetahuan dan pemahaman tim pengelola dan pelaksana PMT-AS akan pentingnya arti PMT-AS, masih terdapat beberapa kekurangan input PMT-AS. | id |
