Rataan Kadar Protein Susu Preiode Awal Laktasi Dan Perbandingan Hasil Pengukuran Uji Protein Susu (Average Milk Protein Level At Early Lactation Period And Compared Measurement Result Milk Protein Test).
Abstract
Ada satu bahan makanan yang dikenal mengandung semua komponen yang diperlukan oleh tubuh yaitu susu. Susu memiliki peranan yang penting dalam diet manusia dikarenakan dua unsur yang mendasar yaitu protein dan kalsium. Protein berperan dalam pergantian sel dan jaringan yang rusak atau pembentukan sel baru pada individu dalam masa pertumbuhan, sedangkan dalam pengolahan industri susu penting dalam pembuatan keju. Oleh karena pentingnya peranan protein maka perlu diketahui kadar protein susu sebelum diolah lebih lanjut menjadi produk-produk susu. Menurut Surat Dirjenak susu sebelum diolah lebih lanjut haruslah diketahui terhadap komposisi susu termasuk kadar proteinnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui rataan kadar protein susu periode awal laktasi (3-8 minggu setelah partus) dan membandingkan hasil pengukuran antara metode Kjeldahl dan Titrasi Formol. Susu sebanyak 250-350 ml berasal dari sapi Friesian Holstein berumur 2-7 tahun. Pemerahan dilakukan dengan mesin perah pada pemerahan sore hari (13.00 WIB). Contoh yang diambil merupakan contoh individu. Pengukuran kadar protein dilakukan dengan metode Kjeldahl dan Titrasi Formol. Dalam membandingkan hasil pengukuran metode Kjeldahl dan Titrasi Formol, contoh susu berasal dari sapi-sapi bebas mastitis (baik mastitis klinis maupun subklinis) dan dilakukan 61pengamatan. Rataan kadar protein susu periode awal laktasi (3-8 minggu setelah partus) diukur menggunakan rumus (F/2 + 1.4) dari 43 ekor sapi. Hasil pengukuran terhadap rataan kadar protein pada periode awal laktasi (3-8 minggu setelah partus) adalah 2.94 %. Angka ini masih dibawah Angka minimal kodeks susu dan Standar Nasional Indonesia (SNI No.45/TANI1997) yaitu 3.0 %. Terjadi perbedaan yang sangat nyata antara metode Kjeldahl dan Titrasi Formol (P < 0.01).