Strategi Pengelolaan Kawasan Pesisir Terujung Untuk Pengembangan Budidaya Rumput Laut di Desa Labuhan Aji, Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat
Date
2025Author
Firda, Hasdinar
Widigdo, Bambang
Zairion
Yulianto, Gatot
Metadata
Show full item recordAbstract
Pesisir Terujung merupakan salah satu sentra budidaya rumput laut yang berkontribusi besar terhadap perekonomian masyarakat pesisir setempat. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, produksi rumput laut di kawasan pesisir Terujung cenderung berfluktuasi akibat tekanan pemanfaatan ruang yang melampaui kapasitas daya dukung perairan, sehingga berdampak pada ketidakstabilan produktivitas dan pendapatan pembudidaya. Kondisi ini mengindikasikan perlunya dasar ilmiah yang kuat dalam pengelolaan budidaya rumput laut agar pemanfaatan ruang dan lingkungan perairan dapat dilakukan secara optimal dan berkelanjutan. Fluktuasi produksi yang berlangsung secara terus-menerus berpotensi menurunkan keberlanjutan usaha serta stabilitas ekonomi pembudidaya. Kajian ini difokuskan pada analisis tingkat kesesuaian perairan dan kapasitas daya dukung lingkungan budidaya rumput laut, penilaian kelayakan finansial kegiatan budidaya rumput laut, serta penyusunan strategi pengelolaan kawasan budidaya rumput laut yang tepat untuk mendukung keberlanjutan budidaya rumput laut di Pesisir Terujung. Metode penelitian dilakukan dengan empat pendekatan utama yang saling terintegrasi. Pertama, analisis kesesuaian kawasan secara spasial menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) dengan mempertimbangkan berbagai parameter lingkungan. Kedua, analisis daya dukung ekologis dilakukan untuk menentukan batas pemanfaatan lahan budidaya secara aman bagi lingkungan, berdasarkan kapasitas perairan menampung unit budidaya tanpa merusak ekosistem. Ketiga, analisis aspek kelayakan finansial guna menggambarkan keberlanjutan ekonomi dari kegiatan budidaya yang sedang berlangsung. Keempat, penyusunan strategi pengelolaan kawasan dilakukan menggunakan metode Analytical Hierarchy
Process (AHP).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah pesisir Terujung memenuhi kriteria untuk budidaya rumput laut, meskipun terdapat area yang perlu dikendalikan. Kapasitas daya dukung optimal kawasan budidaya rumput laut mencapai 595 unit longline. Analisis finansial menunjukkan bahwa kegiatan budidaya layak secara ekonomi, namun pendapatan yang diperoleh masyarakat perlu ditingkatkan melalui pengelolaan biaya, optimalisasi produksi, dan akses pasar. Strategi pengelolaan yang dihasilkan menekankan pada pengembangan kawasan budidaya berdasarkan kesesuaian dan daya dukung, peningkatan efisiensi usaha, penguatan pemasaran, serta partisipasi masyarakat untuk menjaga produktivitas sekaligus kelestarian ekosistem pesisir. Pendekatan tersebut bukan hanya untuk pemulihan produksi, tetapi juga mengatur pengelolaan ruang budidaya yang mendukung kelestarian lingkungan dan peningkatan ekonomi masyarakat secara berkelanjutan. The Terujung Coast is a seaweed cultivation center that contributes significantly to the economy of the local coastal community. However, in recent years, seaweed production in the Terujung Coast area has tended to fluctuate due to pressure from land use that exceeds the carrying capacity of the waters, impacting the instability of productivity and income of farmers. This condition indicates the need for a strong scientific basis in seaweed cultivation management to ensure optimal and sustainable use of space and the aquatic environment. Continuous production fluctuations have the potential to reduce business sustainability and the economic stability of farmers. This study focuses on analyzing the suitability of the waters and the carrying capacity of the seaweed cultivation environment, assessing the financial feasibility of seaweed cultivation activities, and developing appropriate seaweed cultivation area management strategies to support sustainable seaweed cultivation in the Terujung Coast. The research method was conducted using four main approaches that were integrated with one another. First, spatial analysis of area suitability was carried out using a Geographic Information System (GIS), taking into account various environmental parameters. Second, ecological carrying capacity analysis was conducted to determine the limits of safe cultivation land use for the environment, based on the capacity of the water to accommodate cultivation units without damaging the ecosystem. Third, financial feasibility analysis was conducted to describe the economic sustainability of ongoing cultivation activities. Fourth, area management strategies were developed using the Analytical Hierarchy Process (AHP) method.
The research results show that most of the coastal areas of Terujung meet the criteria for seaweed cultivation, although there are areas that require management. The optimal carrying capacity of the seaweed cultivation area is 595 longlines. Financial analysis indicates that cultivation activities are economically feasible, but community income needs to be increased through cost management, production optimization, and market access. The resulting management strategy emphasizes developing cultivation areas based on suitability and carrying capacity, increasing business efficiency, strengthening marketing, and community participation to maintain productivity and preserve coastal ecosystems. This approach not only aims to restore production but also regulates the management of cultivation areas that support environmental sustainability and sustainable community economic growth.
Collections
- MT - Fisheries [3199]
