View Item 
      •   IPB Repository
      • Dissertations and Theses
      • Dissertations
      • DT - Mathematics and Natural Science
      • View Item
      •   IPB Repository
      • Dissertations and Theses
      • Dissertations
      • DT - Mathematics and Natural Science
      • View Item
      JavaScript is disabled for your browser. Some features of this site may not work without it.

      Kekayaan Spesies, Distribusi dan Karakteristik Sarang Lebah Tanpa Sengat di Taman Nasional Ujung Kulon.

      Thumbnail
      View/Open
      Cover (570.4Kb)
      Fulltext (3.217Mb)
      Date
      2025
      Author
      Miharja, Jajang
      Atmowidi, Tri
      Priawandiputra, Windra
      Perwitasari, Raden Roro Dyah
      Kahono, Sih
      Metadata
      Show full item record
      Abstract
      Lebah tanpa sengat (Hymenoptera: Meliponinae) merupakan lebah eusosial penyerbuk yang sangat penting di lahan pertanian dan hutan. Persebaran lebah tanpa sengat di Indonesia cukup luas dengan jumlah spesies yang beragam, meliputi Pulau Sumatra, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, kepulauan Maluku dan Papua. Lebah tanpa sengat menghasilkan produk bernilai ekonomi seperti madu, propolis, dan resin, yang dimanfaatkan oleh masyarakat adat untuk berbagai kebutuhan, baik sebagai sumber ekonomi dengan memanfaatkan madunya maupun untuk keperluan kegiatan keagamaan dengan memanfaatkan sarang luarnya sebagai kemenyan. Penurunan koloni lebah tanpa sengat secara alami dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain meningkatnya perburuan sarang lebah, degradasi dan fragmentasi habitat hutan yang terus berlangsung. Selain itu, aktivitas masyarakat di dalam kawasan konservasi, seperti penebangan pohon yang menjadi tempat bersarang, serta perburuan lebah tanpa sengat untuk tujuan perdagangan maupun keperluan ritual berdasarkan kepercayaan lokal, turut menjadi ancaman serius terhadap keanekaragaman hayati spesies ini. Konservasi lebah tanpa sengat dan habitatnya perlu dilakukan untuk melindungi keanekaragaman hayati Indonesia, tidak terkecuali di kawasan Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK). TNUK adalah salah satu kawasan konservasi di Indonesia yang terletak di bagian barat Pulau Jawa, dan pada tahun 1992 ditetapkan sebagai The Natural Word Heritage Site. TNUK memiliki total luas wilayah sekitar 120.551 hektar, yang terbagi ke dalam empat bagian utama: Semenanjung, Pulau Panaitan, Pulau Peucang, dan kawasan Pegunungan Honje. TNUK memiliki kelembapan udara dan suhu rata-rata bulanan yang berfluktuasi, dengan suhu berkisar antara 26,5°C hingga 28,9°C dan kelembapan udara antara 85% hingga 90%. Kondisi iklim ini dianggap sangat sesuai untuk mendukung keberlangsungan hidup lebah tanpa sengat. Variasi kondisi lingkungan dan cakupan wilayah yang luas di TNUK menciptakan heterogenitas habitat yang tinggi. Perbedaan karakteristik ekologi di tiap lokasi tersebut berkontribusi terhadap variasi kekayaan spesies, perbedaan struktur dan lokasi sarang, tingkat kesesuaian habitat, pola distribusi, ukuran tubuh, serta jenis vegetasi yang dimanfaatkan sebagai tempat bersarang lebah tanpa sengat. Penelitian mengenai distribusi dan kesuaian habitat dan morfometrik lebah tanpa sengat di TNUK masih sangat terbatas. Penelitian ini untuk pertama kalinya menyajikan analisis mengenai kekayaan spesies dalam mengungkapkan keanekaragaman lebah tanpa sengat, struktur sarang, distribusi dan kesuaian habitat serta morfometriknya. Koleksi sempel dilakukan dari daerah semenanjung ujung kulon yang meliputi; gunung Honje, Taman Jaya, Ujung Jaya, Kalajetan, Legon Pakis, Karangranjang, Cigenter, Cikelang, Nyawaan dan Cidaon, selanjutnya pulau Peucang dan pulau Panaitan. Metode penelitian menggunakan metode jelajah dan penentuan lokasi penelitian menggunakan purposive sempling. Sampel lebah yang didapatkan di awetkan dan di analisis morfologi dan morfometriknya. Metode identifikasi morfologi merupakan cara yang paling banyak digunakan dalam membedakan jenis antar spesies lebah tanpa sengat. Penelitian ini mengungkapkan karakteristik tubuh, struktur sarang, jenis pohon sarang, serta variasi bentuk pintu masuk sarang pada lima spesies lebah tanpa sengat, yaitu Tetragonula fuscobalteata, Tetragonula laeviceps, Lepidotrigona terminata, Heterotrigona itama, dan Tetrigona apicalis. Penelitian kekayaan spesies ini melaporkan bahwa terdapat 164 koloni lebah tanpa sengat yang ditemukan dari lima spesies, yaitu T. laeviceps, T. fuscobalteata, H. itama, L. terminata dan Tetrigona apicalis. Berdasarkan jumlah koloni, L. terminata paling dominan (44%), diikuti oleh T. laeviceps (41%), T. fuscobalteata (12%), dan H. itama (3%) serta T. apicalis (1%). Karakteristik sarang serta tempat sarang yang didapatkan cukup beragam dimana spesies T. laeviceps dapat beradaptasi dengan baik dan menempati hampir semua tempat sarang pada tumbuhan. Penggunaan tumbuhan secara keseluruhan oleh lebah tanpa sengat diantaranya L. terminata menggunakan 9 spesies tumbuhan, H. itama menggunakan 2 spesies tumbuhan, T. laeviceps menggunakan 18 spesies tumbuhan dan T. fuscobalteta menggunakan 6 spesies tumbuhan serta T. apicalis menggunakan 1 tumbuhan. Hasil analisis karakteristik habitat dianalisis melalui variabel lingkungan dengan pendekatan pemodelan Maximum Entropy (MaxEnt). Pendekatan ini dianggap tepat dalam menggambarkan kemungkinan distribusi spesies di suatu area. Temuan menggambarkan bahwa habitat pada T. laeviceps tersebar di seluruh kawasan TNUK dan L. terminata hanya berada di daerah semenanjung dan pulau Peucang. Model kesesuian habitat mengindikasikan bahwa sekitar 28,13% wilayah TNUK sesuai untuk spesies L. terminata dan 64,83% cocok untuk T. laeviceps. Lingkungan fisik memberikan pengaruh yang berbeda terhadap masing-masing spesies lebah tanpa sengat di TNUK. Bagi spesies lebah T.laeviceps, faktor paling berpengaruh adalah jarak dari daerah tepi hutan, sedangkan tutupan lahan memiliki pengaruh paling rendah. Sementara itu, pada spesies L. terminata, jarak dari tepi juga menjadi faktor dominan, dengan kemiringan lereng memberikan dampak yang paling kecil. Selain itu, terdapat 43 spesies tumbuhan yang berhasil diidentifikasi sebagai sumber pakan bagi lebah tanpa sengat di kawasan ini. Penelitian ini melaporkan catatan distribusi baru untuk Tetrigona apicalis di TNUK untuk yang pertama kalinya. Penelitian ini untuk pertama kalinya menemukan pemanfaatan secara lokal, lebah ini dikenal dengan sebutan "Teuwel meunyan", merujuk pada pembakar dupa tradisional, mengingat aroma khas yang diasosiasikan dengan penggunaannya dalam praktik keagamaan. Penelitian ini juga mengarakterisasi 400 individu dari 4 koloni lebah tanpa sengat dan diukur 25 karakter tubuh secara morfometrik. Hasil penelitian menunjukkan adanya variasi karakteristik morfologi, morfometrik, yang sangat beragam. Pada spesies L. terminata di daerah semenanjung memiliki panjang tubuh yakni 4.08-6.504 ± 0,52 mm, dan pada pulau Peucang memiliki panjang tubuh 4. 86–6.15 ± 0,45 mm. Panjang tubuh T. fuscobalteata yakni 3.03-3.46 ± 0,51 mm daerah semenanjung, pulau Peucang yakni 3.18-3.89 ± 0,23 mm dan pulau Panaitan 3.79-4.05 ± 0,11 mm. Panjang tubuh pada T. laeviceps 3.04-4.82 ± 0,41 mm di daerah semenanjung, sedangkan di pulau Peucang 3.28-5.24 ± 0,50 mm dan pulau Panaitan 3.20-4.69 ±0,36 mm. Spesies H. itama memiliki panjang tubuh 4.08-7.05 ± 0,72 mm yang ditemukan di daerah semenanjung dan merupakan spesies lebah yang memiliki ukuran dan panjang terbesar di bandingkan empat spesies lainnya. Secara keseluruhan spesies lebah tanpa sengat di TNUK memiliki potensi yang cukup besar untuk konservasi dan budidaya yang dapat meningkatkan perekonomian masyarakat lokal kawasan. Penelitian ini menemukan temuan baru new record distribution spesies Tetrigona apicalis yang di dapatkan di gunung Honje’ TNUK. Bentuk pintu masuk sarang tidak beraturan dengan diameter memanjang 3,2 cm dan diameter vertikal 5,7 cm, berwarna cokelat muda. Analisi morfometrik menunjukkan rata-rata panjang tubuh 6,85 ± 0,050 mm. Lebar kepala dan panjang mandibula sebesar 2,87 ± 0,59 mm dan 1,95 ± 0,19 mm. Lebar dan panjang propodeum adalah 1,51 ± 0,42 mm dan 1,44 ± 0,34 mm, panjang sayap depan mencapai 6,20 ± 0,57 mm dengan lebar 2,59 ± 0,28 mm, sedangkan panjang dan lebar sayap belakang berturut-turut adalah 5,13 ± 0,18 mm dan 1,39 ± 0,04 mm. Jumlah hamuli yang teramati pada sayap belakang berjumlah tujuh buah. Selain itu, panjang femur belakang tercatat sebesar 2,21 ± 0,25 mm dan panjang basitarus belakang 1,38 ± 0,28 mm.
      URI
      http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/171615
      Collections
      • DT - Mathematics and Natural Science [473]

      Copyright © 2020 Library of IPB University
      All rights reserved
      Contact Us | Send Feedback
      Indonesia DSpace Group 
      IPB University Scientific Repository
      UIN Syarif Hidayatullah Institutional Repository
      Universitas Jember Digital Repository
        

       

      Browse

      All of IPB RepositoryCollectionsBy Issue DateAuthorsTitlesSubjectsThis CollectionBy Issue DateAuthorsTitlesSubjects

      My Account

      Login

      Application

      google store

      Copyright © 2020 Library of IPB University
      All rights reserved
      Contact Us | Send Feedback
      Indonesia DSpace Group 
      IPB University Scientific Repository
      UIN Syarif Hidayatullah Institutional Repository
      Universitas Jember Digital Repository