| dc.description.abstract | Kelapa sawit merupakan komoditas strategis bagi Indonesia. Kontribusi
kelapa sawit sangat besar dalam ekspor, penciptaan lapangan kerja, serta
mendukung program energi terbarukan melalui biodiesel. Produk utama dari
tanaman ini yaitu minyak kelapa sawit Crude Palm Oil (CPO) di pasar
internasional masih memiliki daya saing yang lebih baik dibandingkan dengan
minyak nabati lainnya seperti minyak kelapa, minyak zaitun, dan minyak atsiri.
Salah satu masalah utama dalam rantai pasok kelapa sawit adalah penundaan
antara panen dan pengolahan. Buah kelapa sawit yang telah dipanen akan
mengalami berbagai perubahan fisikokimia yang dapat mempengaruhi kualitas
minyak yang dihasilkan. Perubahan ini mencakup peningkatan kadar asam lemak
bebas dan penurunan sifat fisik buah seperti kekerasan, dan warna.
Penentuan perubahan sifat fisikokimia buah kelapa sawit biasanya dilakukan
dengan metode konvensional yaitu secara visual berdasarkan jumlah buah yang
lepas dari tandan yang cenderung bersifat subjektif sehingga hasilnya kurang
akurat. Salah satu teknik nondestruktif yang berpotensi untuk mendeteksi
perubahan sifat fisikokimia buah kelapa sawit setelah pemanenan adalah dengan
menggunakan spektroskopi impedansi listrik atau Electrical Impedance
Spectroscopy (EIS). Penelitian tentang sifat listrik produk buah kelapa sawit
sudah banyak dilakukan tetapi penelitian ini dilakukan pada buah kelapa sawit
dengan beberapa tingkat umur panen sehingga tidak dapat langsung diterapkan
pada pemantauan buah kelapa sawit setelah pemanenan dan penundaan, karena
perbedaan karakteristik fisik dan kimia setelah panen yang belum terakomodasi
dalam model kalibrasi.
Tujuan penelitian ini adalah untuk memprediksi perubahan sifat fisikokimia
buah kelapa sawit setelah pemanenan secara nondestruktif menggunakan
electrical impedance spectroscopy (EIS) dengan metode PCR dan PLS. Penelitian
ini dilaksanakan di laboratorium biofisika, laboratorium teknik pengolahan
pangan dan hasil pertanian, laboratorium pengujian, dan kebun percobaan
cikabayan. Alat yang digunakan untuk mengukur sifat listrik yaitu LCR meter
Hitester 3532-50 Hioki, dan untuk mengukur sifat fisikokimia menggunakan
chromameter CR400 Konica Minolta, rheometer CR 500-DX Sun Scientific,
oven, buret, neraca analitik, pipet tetes, cawan, erlenmeyer, serta dua cold storage.
Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah kelapa sawit umur
iii
iv
5 bulan 2 minggu. Pengolahan data dilakukan dengan software diantaranya
Microsoft Excel dan The Unscrambler X 10.4.
Buah kelapa sawit dengan umur panen optimal diambil sebanyak 81 sampel
buah kelapa sawit digunakan dalam penelitian ini, yang diperoleh dari 9 kali
pengukuran selama periode penyimpanan 60 jam dengan interval waktu masing masing 6 jam, 6 jam, dan 12 jam. Sampel tersebut dibagi ke dalam tiga kelompok
suhu penundaan, yaitu 5?°C, 10?°C, dan suhu ruang, dengan masing-masing
kelompok suhu terdiri atas tiga kali ulangan. Pengukuran sifat listrik dilakukan
pada frekuensi 50 Hz - 1 MHz. Kandungan fisikokimia berupa kadar asam lemak
bebas, kadar air, kekerasan, dan warna (chroma) ditentukan secara destruktif.
Prediksi model dilakukan dengan metode Partial Least Squares (PLS) dan
Principal Component Regression (PCR). Hasil persamaan kalibrasi dan validasi
PCR dan PLS dievaluasi berdasarkan nilai koefisien korelasi (r), Standard Error
Calibration (SEC), Standard Error Prediction (SEP), CV, RPD, dan konsistensi.
Pengolahan data sifat listrik impedansi menggunakan pretreatment Normalisasi
(N), Standard Normal Variate (SNV), Multiplicative Scatter Correction (MSC),
dan Baseline.
Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa prediksi terbaik kadar asam lemak
bebas menggunakan pretreatment Standard Normal Variate (SNV) faktor 7
diperoleh nilai r = 0,87; SEC = 2,75%; SEP = 2,82%; CV = 23,81%; RPD = 1,94
dan konsistensi 97,51%. Prediksi terbaik kadar air menggunakan pretreatment
Baseline faktor 15 diperoleh nilai r = 0,88; SEC = 1,95%; SEP = 2,15%; CV =
8,96%; RPD = 1,91 dan konsistensi 90,42%. Prediksi terbaik untuk kekerasan
menggunakan pretreatment Baseline faktor 11 diperoleh nilai r = 0,91; SEC =
0,90 N; SEP = 0,91 N; CV = 10,06 %; RPD = 2,26 dan konsistensi 98,90%.
Sementara prediksi terbaik warna (chroma) menggunakan pretreatment Baseline
faktor 13 diperoleh nilai r = 0,86; SEC = 1,97; SEP =2,32; CV = 9,22 %; RPD =
1,64 dan konsistensi 84,91%. Penelitian ini menunjukkan bahwa monitoring
perubahan mutu kelapa sawit dapat dilakukan menggunakan metode EIS, kalibrasi
PLS dan pretreatment yang sesuai. Penerapan Electrical Impedance Spectroscopy
(EIS) untuk memprediksi sifat fisikokimia buah kelapa sawit selama penundaan
telah menunjukkan potensi besar dalam industri. Metode ini menawarkan solusi
nondestruktif yang efisien untuk menentukan kualitas buah, sebuah proses yang
secara konvensional memerlukan analisis manual dan memakan waktu | |