Reduksi Gangguan Kebauan Hidrogen Sulfida dan Amonia dari Limbah Padat Perkotaan dengan Pseudomonas putida dan Bacillus subtilis
Abstract
Salah satu masalah lingkungan yang timbul akibat proses dekomposisi fraksi organik pada limbah padat perkotaan tercampur yaitu masalah kebauan. Penelitian ini bertujuan mengurangi gangguan kebauan yang ditimbulkan oleh limbah padat perkotaan tercampur dari aspek penilaian kesan bau tak sedap dan konsentrasi emisi gas H2S dan NH3 menggunakan larutan pengurang bau berisi Pseudomonas putida dan Bacillus subtilis dan menganalisis pengaruh rasio larutan bakteri serta menentukan rasio larutan yang optimum. Penelitian ini dilakukan dengan menguji limbah padat perkotaan tercampur yang diberi larutan pengurang bau berdasarkan skala hedonisme kebauan dan konsentrasi emisi gas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya larutan pengurang bau dengan rasio larutan bakteri 1:1 (v/v) yang berhasil mereduksi kesan bau tak sedap sebesar 45,5% dan konsentrasi emisi H2S sebesar 38,1% selama 24 jam setelah perlakuan. Aplikasi larutan pengurang bau dengan rasio larutan bakteri 1:1 (v/v) mengindikasikan efek samping yang lebih minim dibandingkan dengan rasio lainnya, sehingga dianggap sebagai rasio yang optimum. One of the environmental problems that arises from the decomposition process of organic fractions in municipal solid waste is the issue of odor. This study aims to reduce the odor nuisance caused by comingled municipal solid waste from the aspects of odor impression and the concentration of H2S and NH3 gas emissions using a deodorant solution containing Pseudomonas putida and Bacillus subtilis, and analyzes the effect of the bacterial solution ratio and determines the optimum solution ratio. This study was conducted by assessing the effect of deodorant solutions on comingled municipal solid waste using the odor hedonism scale and measuring the concentration of gas emissions. The results showed that only the deodorant solution with a bacterial solution ratio of 1:1 (v/v) was successful in reducing the impression of unpleasant odor by 45.5% and the concentration of H2S emissions by 38.1% for 24 hours after treatment. The application of the deodorant solution with a bacterial solution ratio of 1:1 (v/v) resulted in minimal side effects compared to the other ratios, making it the optimum ratio.
