Pemanfaatan Bungkil Sacha Inchi Plukenetia volubilis sebagai Pengganti Bungkil Kedelai terhadap Kinerja Pertumbuhan Ikan Lele
Date
2025Author
Rini, Endah Setyo
Setiawati, Mia
Suprayudi, Muhammad Agus
Fauzi, Ichsan Achmad
Metadata
Show full item recordAbstract
Ikan lele (Clarias gariepinus) merupakan komoditas unggulan perikanan budidaya air tawar dengan jumlah produksi Indonesia pada Tahun 2020 mencapai 993 ribu ton dan mengalami kenaikan sebesar 14,37% pada tahun 2023 sebesar 1,14 juta ton. Berkembangnya usaha budidaya perikanan menyebabkan meningkatnya permintaan pakan, bahan baku dan harga pakan. Hampir 65-75% dari bobot kering tubuh ikan adalah protein, oleh karena itu ikan membutuhkan protein untuk pertumbuhannya yang hanya dapat disuplai lewat pakan. Produksi pakan ikan didominasi penggunaan bungkil kedelai (SBM), namun pemenuhan SBM masih mengandalkan impor mencapai 5,33 juta ton sehingga dipengaruhi oleh nilai tukar dolar yang mengakibatkan harga pakan menjadi lebih tinggi. Oleh karena itu, perlu dicari alternatif pengganti SBM, salah satunya adalah bungkil sacha inchi/SIM (Plukenetia volubilis). SIM merupakan hasil samping pengolahan minyak sacha inchi yang mengandung protein tinggi (53-57%) sehingga potensial sebagai pengganti SBM dalam pakan ikan. Masa tanam dan metode pengolahan yang mudah dapat meningkatkan penyebaran sacha inchi di masa depan sehingga diantisipasi meningkatkan dan menstabilkan pasokan SIM. SIM telah diteliti sebagai bahan baku sumber protein pada pakan ikan rainbow trout (Oncorhynchus mykiss), nila (Oreochromis niloticus), udang vaname (Renteria et al. 2022). Studi terbaru menunjukkan bahwa SIM yang diekstruksi dapat dimasukkan dalam pakan ikan menggantikan SBM pada ikan nila hibrida merah (Oreochromis niloticus × O. mossambicus) dan ikan mas (Cyprinus carpio) dengan pertumbuhan yang baik. Pemanfaatan SIM pada komoditas ikan lele belum pernah dilakukan, oleh karena itu perlu diuji pemanfaatan SIM terhadap pertumbuhan ikan lele (Clarias gariepinus).
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pemakaian sacha inchi meal sebagai sumber protein nabati pada pakan ikan lele, pengaruhnya terhadap kinerja pertumbuhan, biokimia darah, dan histologi organ pada ikan lele. Penelitian dilakukan selama bulan Desember 2024 – Maret 2025. Penelitian ini dilakukan secara eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan pakan dan 3 ulangan setiap perlakuan. Lima formula dibuat secara isonitrogen (30%) yang terdiri atas pakan kontrol (SIM 0) yang diformulasikan menggunakan bungkil kedelai (SBM) sebagai sumber protein (276 g kg-1), dan empat pakan lainnya diformulasikan masing-masing menggantikan 25% (SIM 25), 50% (SIM 50), 75% (SIM 75) dan 100% (SIM 100) SBM dalam formulasi pakan dengan SIM.
Parameter uji yang diukur meliputi kecernaan total, kecernaan protein, biokimia darah ikan (total protein plasma, glukosa, trigliserida, high density lipoprotein /HDL dan low density lipoprotein/LDL), kinerja pertumbuhan (tingkat kelangsungan hidup, bobot akhir, tingkat konsumsi pakan, rasio konversi pakan, retensi protein, retensi lemak, dan nilai biologis (BV).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai kecernaan total dan protein pakan dengan SIM lebih tinggi dibandingkan pakan kontrol, kecuali pada nilai kecernaan total dan protein pada SIM>50%. Nilai trigliserida dan LDL menurun dengan meningkatnya penggantian SBM dengan SIM dalam pakan. Di sisi lain, HDL menunjukkan kecenderungan sebaliknya, yaitu nilai tertinggi tercatat pada perlakuan SIM50. Penggantian SBM hingga SIM50 dapat meningkatkan protein plasma, kemudian menurun kembali setelah penambahan dosis. Pemberian SIM meningkatkan bobot akhir, JKP, RP, RL, REP, LPS, BV, dan menurunkan RKP hingga pemberian SIM50 (P<0,05). Hasil penelitian menunjukkan indek hepatosomatik (IHS) tidak dipengaruhi oleh inklusi SIM. Selain itu, perlakuan SIM50 memberikan nilai luas area penyerapan usus ikan lele yang lebih baik. Kesimpulan yang diperolah, SIM dapat menggantikan pemakaian SBM 50% pada pakan untuk ikan lele tanpa memberikan efek negatif terhadap pertumbuhan dan kesehatan ikan. Catfish (Clarias gariepinus) is a leading commodity in freshwater aquaculture, with Indonesia’s production reaching 993 thousand tons in 2020 and increasing by 14.37% to 1.14 million tons in 2023. The development of aquaculture has led to a rising demand for feed, raw materials, and feed prices. Approximately 65–75% of a fish's dry body weight consists of protein, making dietary protein essential for fish growth. Currently, fish feed production heavily relies on soybean meal (SBM), the supply of which still depends on imports, reaching 5.33 million tons, and is thus influenced by the US dollar exchange rate, which contributes to the high cost of feed. Therefore, alternative protein sources are needed to replace SBM; one promising option is sacha inchi meal (SIM), derived from Plukenetia volubilis. SIM is a byproduct of oil extraction from sacha inchi seeds and still contains a high protein content (53–57%), making it a potential substitute for SBM in fish feed. Its relatively short cultivation period and simple processing methods support the future expansion of sacha inchi cultivation, which may improve and stabilize SIM supply. SIM has been studied as a protein source in feed for rainbow trout (Oncorhynchus mykiss), tilapia (Oreochromis niloticus), and whiteleg shrimp (Litopenaeus vannamei) (Renteria et al., 2022). Recent studies also indicate that extruded SIM can effectively replace SBM in hybrid red tilapia (Oreochromis niloticus × O. mossambicus) and common carp (Cyprinus carpio), resulting in good growth performance. However, the use of SIM in catfish feed has not been explored, making it necessary to evaluate its effects on catfish (Clarias gariepinus) growth.
This study aims to evaluate the use of SIM as a plant-based protein source in catfish feed and its effects on growth performance, blood biochemistry, and organ histology. The research was conducted from December 2024 to March 2025 using an experimental design with a Completely Randomized Design (CRD), featuring 5 feed treatments and 3 replications per treatment. The five isonitrogenous diets (30% crude protein) included a control diet (SIM0) formulated with SBM as the protein source (276 g/kg), and four other diets replacing 25% (SIM25), 50% (SIM50), 75% (SIM75), and 100% (SIM100) of the SBM content with SIM.
Parameters measured included apparent digestibility (total and protein), blood biochemistry (plasma total protein, glucose, triglycerides, high-density lipoprotein/HDL, and low-density lipoprotein/LDL), and growth performance indicators (survival rate, final body weight, feed intake, feed conversion ratio, protein retention, lipid and energy retention, and biological value /BV).
The results showed that total and protein digestibility values of SIM-based feeds were higher than the control diet, except in treatments where SIM replacement exceeded 50%. Triglyceride and LDL levels decreased as SBM was increasingly replaced with SIM, while HDL levels increased, with the highest value recorded at the SIM50 treatment. Plasma protein levels increased up to the SIM50 treatment and then declined at higher inclusion levels. Feeding SIM improved final body weight, feed conversion ratio, protein retention (PR), lipid retention (LR), energy retention (ER), survival rate, and biological value, and reduced feed intake up to the SIM50 level (P<0.05). The hepatosomatic index (HSI) was not significantly affected by SIM inclusion. Additionally, the SIM50 treatment resulted in a larger intestinal absorption area in catfish. In conclusion, SIM can effectively replace up to 50% of SBM in catfish feed without negative effects on growth or health.
Collections
- MT - Fisheries [3193]
