Profil Alergenisitas Protein Kacang dan Polong Akibat Proses Pengolahan, serta Karakterisasi Penanda Alergen Mayor Kacang Bogor (Vigna subterranea)
Date
2023Author
Astuti, Rizki Maryam
Palupi, Nurheni Sri
Suhartono, Maggy T.
Lioe, Hanifah Nuryani
Kusumaningtyas, Eni
Metadata
Show full item recordAbstract
Tujuan penelitian dicapai melalui tahapan sebagai berikut: 1) metaanalisis
mengenai pengaruh proses pengolahan terhadap alergenisitas protein kacang dan
polong; 2) karakterisasi fisiko-kimia biji dan kulit ari kacang bogor, serta penerapan
proses pengolahan hasil metaanalisis terpilih pada tepung biji kacang bogor; 3)
ekstraksi protein, dan pencernaan in vitro (hidrolisis dengan pepsin dan pankreatin)
pada ekstrak protein tepung kacang bogor mentah dan tepung yang diolah untuk
penentuan peptide penanda; 4) analisis profil protein dan profil alergen; dan 5)
identifikasi alergen mayor dan peptida penanda secara proteomik, serta penentuan
epitop-epitop dan uji homologi sekuen peptida penanda secara in silico.
Adapun metode yang digunakan dalam setiap tahap dijelaskan sebagai
berikut. Dalam metaanalisis yang dilakukan pada tahap pertama, luaran utama yang
vi
digunakan dibatasi hanya pada pengujian yang menggunakan metode ELISA
dengan antibodi IgE atau IgG. Setiap data yang diolah menghasilkan luaran efek
dengan satuan standardized mean difference (SMD) pada interval kepercayaan
95%, kemudian digabungkan menggunakan random-effect model dan analisis
dilakukan menggunakan software Cochrane Collaboration Review Manager versi
5.4. Pada tahap kedua, karakterisasi fisiko-kimia dilakukan melalui analisis kadar
proksimat dan daya cerna protein pada biji kacang bogor, serta total antosianin, total
fenolik, aktivitas antioksidan, kadar asam fitat, dan tanin pada kulit ari biji kacang
bogor. Biji maupun kulit ari kacang bogor dikeringkan di bawah sinar matahari,
kemudian diolah menjadi tepung. Jenis pengolahan hasil metaanalisis terpilih yang
diterapkan pada tepung biji kacang bogor adalah ekstrusi (menggunakan twin-screw
extruder dengan kecepatan 200 rpm/menit dan suhu die 140 °C). Pada tahap ketiga,
protein diekstraksi dari sampel tepung mentah maupun tepung hasil ekstrusi.
Perubahan alergenisitas protein kacang bogor akibat ekstrusi dianalisis dengan
metode ELISA. Masing-masing sampel protein tersebut kemudian dihidrolisis
dengan enzim pencernaan (pepsin dan pankreatin) secara in vitro. Proses hidrolisis
ini merupakan metode untuk mengamati ketahanan protein alergen terhadap proses
pencernaan. Analisis profil protein dan profil alergen dilakukan dengan metode
SDS-PAGE dan immunoblotting serta ELISA, baik terhadap sampel ekstrak protein
tepung mentah (dengan dan tanpa hidrolisis enzim) maupun terhadap ekstrak
protein tepung hasil ekstrusi (dengan dan tanpa hidrolisis enzim), dengan
menggunakan sepuluh serum penderita alergi kacang (tahap keempat). Pada tahap
kelima, identifikasi alergen mayor dan peptida penanda alergen kacang bogor
dilakukan melalui analisis LC-MS/MS; epitop-epitop pada peptida penanda yang
dikenali oleh sel B ditentukan melalui analisis bioinformatik; dan uji homologi
dilakukan pada database Basic Local Alignment Tool (BLAST) dan Structural
Database of Allergenic Proteins (SDAP).
