| dc.contributor.advisor | Wisudo, Sugeng Hari | |
| dc.contributor.advisor | Riyanto, Mochammad | |
| dc.contributor.advisor | Nurani, Tri Wiji | |
| dc.contributor.author | Cahyani, Chika Nurtasya | |
| dc.date.accessioned | 2025-09-22T08:39:08Z | |
| dc.date.available | 2025-09-22T08:39:08Z | |
| dc.date.issued | 2025 | |
| dc.identifier.uri | http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/171152 | |
| dc.description.abstract | Gurita, khususnya jenis Octopus cyanea, merupakan komoditas ekspor dengan nilai ekonomi tinggi yang menjadi sumber mata pencaharian penting di perairan Ende, Nusa Tenggara Timur. Meskipun potensi perikanan gurita besar, pengelolaannya masih kurang optimal akibat keterbatasan data, praktik penangkapan yang tidak ramah lingkungan, serta minimnya regulasi khusus perikanan gurita. Nelayan di Ende masih menggunakan alat tangkap sederhana dan menghadapi masalah penurunan ukuran tangkapan serta kerusakan habitat terumbu karang. Pengelolaan perikanan gurita saat ini mengadopsi pendekatan Community-
Based Fisheries Management yang melibatkan masyarakat lokal.
Pendekatan ekosistem melalui Ecosystem Approach to Fisheries Management (EAFM) dinilai sebagai solusi pengelolaan yang lebih holistik dan berkelanjutan, mengintegrasikan aspek sumber daya, teknik penangkapan, sosial, ekonomi, dan kelembagaan. Penelitian ini bertujuan menilai tingkat keberlanjutan perikanan gurita di Ende secara komprehensif menggunakan pendekatan EAFM. Penilaian tersebut menjadi dasar strategi pengelolaan yang optimal demi menjaga kelestarian sumber daya dan kesejahteraan nelayan. Kemudian dilakukan analisis kerangka logis atau Logical Framework Analysis (LFA) yang digunakan untuk merekomendasikan strategi pada indikator EAFM yang memiliki nilai buruk.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa penilaian sumber daya ikan dinilai sedang dengan skor 2,5; habitat dan ekosistem dinilai sedang dengan skor 2,45; teknik penangkapan ikan dinilai baik dengan skor 2,65; sosial dinilai baik dengan skor 2,55; ekonomi dinilai sedang dengan skor 2,05; dan kelembagaan dinilai sedang dengan skor 2,55. Secara keseluruhan, penilaian pengelolaan perikanan gurita menggunakan pendekatan ini dinilai sedang dengan skor 2,41. Meskipun secara keseluruhan kondisi perikanan gurita menunjukkan
nilai yang baik, terdapat tiga indikator yang masih berstatus buruk. Indikator tersebut meliputi: status tutupan terumbu karang pada domain habitat dan ekosistem, kesesuaian fungsi dan ukuran kapal penangkapan ikan dengan dokumen legal pada domain teknik penangkapan, serta rasio tabungan pada domain ekonomi. Ketiga domain ini merupakan aspek yang sangat krusial dalam menjaga keberlanjutan perikanan gurita. Oleh karena itu, pengelolaan yang berkelanjutan perlu difokuskan dengan memprioritaskan aspek-aspek atau domain yang memiliki pengaruh terbesar agar status keberlanjutan dapat ditingkatkan secara menyeluruh.
Hasil LFA menunjukkan bahwa pelestarian terumbu karang sangat bergantung pada sumber daya manusia yang kompeten, anggaran memadai, dan kolaborasi lintas sektor antara nelayan, ahli lingkungan, dan organisasi konservasi untuk mempercepat pemulihan ekosistem. Registrasi kapal perikanan dapat memudahkan pengawasan dan mengurangi praktik ilegal, sekaligus menjadi syarat penting sertifikasi produk hasil perikanan untuk ekspor yang menjamin legalitas dan traceability. Selain itu, pelatihan dan edukasi keuangan, penyebaran materi edukatif, pembentukan kelompok diskusi, akses ke layanan keuangan formal, dan pendampingan personal berkelanjutan berperan signifikan dalam meningkatkan kemampuan nelayan mengelola keuangan, mengurangi ketergantungan pada pinjaman rentenir, dan meningkatkan kesejahteraan ekonomi nelayan gurita secara menyeluruh. | |
| dc.description.abstract | Octopus, particularly the species Octopus cyanea, constitutes a high-value export commodity and a vital livelihood source in the waters of Ende, East Nusa Tenggara. Despite the substantial potential of the octopus fishery, its management remains suboptimal due to limited data availability, environmentally unfriendly fishing practices, and inadequate regulatory frameworks. Fishermen in Ende primarily rely on rudimentary fishing gear and encounter challenges such as declining catch sizes and coral reef habitat degradation. The current octopus fishery management adopts a Community-Based Fisheries Management (CBFM) approach that actively involves local communities.
The Ecosystem Approach to Fisheries Management (EAFM) is regarded as a more holistic and sustainable strategy, integrating resource, fishing techniques, social, economic, and institutional dimensions. This study aims to comprehensively assess the sustainability status of the octopus fishery in Ende using the EAFM framework, providing a foundation for optimal management strategies to preserve resource sustainability and fishers’ welfare. Subsequently, a Logical Framework Analysis (LFA) was conducted to recommend strategic interventions targeting EAFM indicators with poor performance. The study results revealed moderate scores for fishery resources (2.35), habitat and ecosystem (2.45), good scores for fishing techniques (2.65) and social aspects (2.55), and moderate scores for economic conditions (2.05) and institutional arrangements (2.55). Overall, the fishery management via this approach was rated moderate with a composite score of 2.41. Although the overall status indicates a positive outlook, three indicators remain classified as poor: coral reef cover status within the habitat and ecosystem
domain, conformity of fishing vessel function and size with legal documentation in the fishing techniques domain, and the savings ratio within the economic domain. These domains are pivotal in safeguarding the fishery's sustainability; thus, management efforts should prioritise these critical aspects to enhance the overall sustainability status.
The LFA findings underscore that coral reef conservation heavily depends on skilled human resources, sufficient financial support, and multisectoral collaboration involving fishers, environmental experts, and conservation organisations to accelerate ecosystem recovery. Additionally, formal registration of fishing vessels facilitates effective monitoring, curtails illegal practices, and serves as a prerequisite for export product certification, ensuring legality and traceability. Moreover, financial literacy training, dissemination of educational materials, establishment of discussion groups, access to formal financial services, and continuous personalised mentoring play significant roles in strengthening fishers financial management capabilities, reducing reliance on informal lenders, and ultimately improving the economic welfare of octopus fishers. | |
| dc.description.sponsorship | Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi melalui beasiswa Pendidikan Magister menuju Doktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU) | |
| dc.language.iso | id | |
| dc.publisher | IPB University | id |
| dc.title | Keberlanjutan Perikanan Gurita Berdasarkan Ecosystem Approach to Fisheries Management (EAFM) di Perairan Ende, Nusa Tenggara Timur | id |
| dc.title.alternative | Sustainability of Octopus Fisheries Based on Ecosystem Approach to Fisheries Management in Ende, Nusa Tenggara Timur | |
| dc.type | Tesis | |
| dc.subject.keyword | gurita | id |
| dc.subject.keyword | Ecosystem Approach to Fisheries Management | id |
| dc.subject.keyword | Ende | id |
| dc.subject.keyword | Logical Framework Analysis | id |