| dc.description.abstract | Susu merupakan sumber protein hewani berkualitas tinggi
yang berperan strategis dalam peningkatan gizi masyarakat.
Namun, produktivitas susu di Indonesia masih rendah,
dengan konsumsi nasional hanya 16,5 liter/kapita/tahun (BPS
2024), jauh tertinggal dari negara tetangga. Kesenjangan
ini mencerminkan ketergantungan tinggi pada impor dan
rendahnya produktivitas sapi perah dalam negeri. Tantangan
utama meningkatkan produksi melalui peningkatan
produktivitas per ekor, bukan sekadar populasi.
Upaya peningkatan produksi yang hanya bertumpu pada
penambahan populasi sapi perah adalah strategi tidak
berkelanjutan. Oleh karena itu, peningkatan produktivitas per
ekor melalui optimalisasi nutrisi menjadi keharusan strategis.
Dalam konteks ini, protein memegang posisi penting, tidak
hanya karena perannya sebagai prekursor utama sintesis susu,
tetapi juga karena menjadi komponen pakan berbiaya tertinggi.
Masalah spesifik pada pakan tropis adalah tingginya fraksi
protein terdegradasi di rumen (RDP) yang tanpa sinkronisasi
pasokan energi fermentabel akan menyebabkan nitrogen
terbuang, menambah beban metabolik ternak, dan menurunkan
efisiensi sintesis protein mikroba.
Paradigma pemberian pakan yang hanya berorientasi pada
pemenuhan kadar protein kasar (PK) tidak lagi memadai.
Orasi ini menekankan manajemen fraksi protein presisi,
termasuk pengaturan laju degradasi melalui rekayasa protein
pakan. Pendekatan ini adalah inti konsep nutrisi presisi,
yaitu menyesuaikan pasokan nutrien sesuai kebutuhan aktual
ternak, meminimalkan pemborosan, dan mengurangi dampak
lingkungan.
Pemahaman fisiologi rumen sebagai fermentor biologis adalah
prasyarat. Di dalam rumen, mikroba mengolah pakan menjadi
energi (VFA) dan protein mikroba berkualitas tinggi. Kunci
efisiensi terletak pada keseimbangan antara RDP untuk mikroba
dan protein lolos cerna (RUP) untuk ternak, yang didukung
sinkronisasi energi-protein dan kondisi rumen optimal.
Rekayasa protein pakan lokal bukan hanya soal teknis, tetapi
juga hal strategis ketahanan pangan dan kemandirian industri
susu nasional. Dengan mengolah pakan lokal seperti leguminosa
dan hasil samping agroindustri melalui proteksi (pemanasan,
secara kimia, atau perlakuan tanin), ketergantungan pada
bahan impor dapat ditekan.
Hasil penelitian menunjukkan teknologi proteksi protein
mampu meningkatkan RUP, memperbaiki profil asam amino
di usus, dan meningkatkan produksi serta kualitas susu.
Dampak ekonominya berupa efisiensi biaya pakan, sedangkan
lingkungan diuntungkan dari berkurangnya ekskresi nitrogen.
Dengan demikian, rekayasa protein pakan lokal dalam strategi
nutrisi presisi menawarkan solusi ilmiah berkelanjutan.
Tantangan ke depan adalah membangun ekosistem pendukung
kuat agar inovasi dapat diterapkan konsisten, sehingga citacita swasembada susu nasional terwujud tanpa mengorbankan
kelestarian sumber daya alam. | id |