Keanekaragaman Konduktivitas Hidrolik Pembuluh Xilem pada Tumbuhan Lahan Gambut Guna Menentukan Spesies yang Sesuai untuk Restorasi
Date
2025Author
Atsarissajad
Triadiati
Sulistijorini
Muttaqin, Mafrikhul
Metadata
Show full item recordAbstract
Kondisi jenuh air pada ekosistem gambut menciptakan lingkungan
anaerobik dengan kadar oksigen (O2) yang rendah, yang dapat menyebabkan
cekaman pada tumbuhan serta memengaruhi persebaran spesies di hutan gambut.
Program restorasi Hutan Gambut Sumatra Selatan menghadapi hambatan, salah
satunya karena kondisi jenuh air yang mengganggu pertumbuhan tanaman,
sehingga dibutuhkan spesies tumbuhan yang dapat beraklimatisasi pada kondisi
tersebut. Salah satu faktor penting dalam respons tumbuhan terhadap cekaman
jenuh air adalah karakter pembuluh xilem serta konduktivitas hidrolik xilem (Kh).
Namun, studi mengenai Kh pada tumbuhan lahan gambut masih terbatas. Oleh
karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pola keanekaragaman Kh
antar spesies sebagai dasar pemilihan tanaman yang sesuai untuk mendukung
program restorasi hutan gambut.
Penelitian ini dilaksanakan pada September 2023 hingga November 2024 di
lanskap kawasan konsesi Hutan Tanaman Industri (HTI) Tri Pupa Jaya (TPJ),
Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatra Selatan, dan Laboratorium Fisiologi dan
Genetika Tumbuhan, Departemen Biologi FMIPA IPB. Pengambilan sampel
dilakukan dengan metode eksplorasi sampling di Hutan Gambut dalam plot
berukuran 1 ha. Sampel yang diambil meliputi organ akar, batang, dan ranting
tumbuhan berkayu, yang dipilih berdasarkan perbedaan spesies. Sebanyak 157
spesies tumbuhan diperoleh untuk dilakukan sayatan melintang anatomi dengan
mikrotom geser, kemudian diwarnai dengan campuran pewarna Alcian blue 0,65%
dan Safranin 0,35% (w/v). Gambar anatomi yang diperoleh kemudian diolah dan
dianalisis menggunakan perangkat lunak Adobe Photoshop dan Image J.
Pengukuran Kh dilakukan dengan menggunakan persamaan Hagen-Poiseuille untuk
mengetahui kemampuan transportasi air pada pembuluh xilem. Analisis data
dilakukan menggunakan R-studio dan Orange Data Mining.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa keanekaragaman Kh pada 157 spesies
tumbuhan lahan gambut terbagi dalam empat kategori: rendah (17 spesies),
menengah (66 spesies), tinggi (62 spesies), dan sangat tinggi (11 spesies). Karakter
xilem pada tumbuhan lahan gambut menunjukkan hasil yang berbeda dengan
paradigma umum yang menyatakan penurunan nilai Kh dari akar menuju tajuk.
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa nilai Kh pada batang lebih besar
dibandingkan dengan akar dan ranting yang merupakan respons toleransi tumbuhan
gambut terhadap kondisi jenuh air. Berdasarkan data distribusi dan analisis klaster
heatmap dari nilai Kh pada ketiga organ, ditemukan 14 spesies dengan nilai Kh yang
konsisten menengah, yang berpotensi sebagai tanaman untuk restorasi hutan
gambut. Spesies potensial tersebut antara lain Cratoxylum arborescens, Dialium
kunstleri, Rubroshorea uliginosa, Aglaia rubiginosa, Dillenia pulchella, Litsea
gracilipes, Garcinia cuspidata, Cryptocarya impressa, Drepananthus biovulatus,
Pometia ridleyi, Durio carinatus, Litsea firma, Diospyros maingayi, dan
Calophyllum aureum. Hubungan antara karakter xilem dan Kh secara konsisten menunjukkan korelasi positif, terutama pada parameter diameter hidrolik xilem (dh)
yang teramati pada akar dan batang dari 157 spesies, termasuk 14 spesies potensial. Water-saturated conditions in peatlands create an anaerobic environment
with low oxygen (O2) levels, leading to plant stress and influencing species
distribution in peat forests. The peatland restoration program in South Sumatra
faces challenges due to water saturation that inhibits plant growth, thus requires
plant species that can acclimatize to such conditions. One critical factor influencing
plant response to water saturation is the characteristics of the xylem vessels and
xylem hydraulic conductivity (Kh). However, studies on Kh in peatland plants are
still limited. Therefore, this study aims to analyze the variation in Kh across species
as a basis of plans species selection that can support peatland restoration.
This research was conducted from September 2023 to November 2024 in
the Tri Pupa Jaya (TPJ) Landscape, Musi Banyuasin District, South Sumatra, and
in the Physiology and Plant Genetics Laboratory at the Department of Biology,
Faculty of Mathematics and Natural Sciences, IPB University. Samples were
collected using an exploration sampling method over a 7-week period in a primary
peat forest plot of 1 ha. The collected samples included roots, stems, and branches
of woody plants, chosen based on morphological differences. A total of 157 plant
species were identified, and anatomical preparations were made using a sliding
microtome, followed by staining with a mixture of 0.65% Alcian Blue and 0.35%
Safranin (w/v). Anatomical images were analyzed using Adobe Photoshop and
Image J software. Xylem hydraulic conductivity (Kh) was measured using the
Hagen-Poiseuille equation to assess the water transport capacity of the xylem tissue.
Data analysis was conducted using R-studio and Orange Data Mining software.
The results of this study showed a wide variation in xylem hydraulic
conductivity (Kh) across the 157 plant species, categorized as low (17 species),
medium (66 species), high (62 species), and very high (11 species). The xylem
characteristics of peatland plants revealed that the Kh value in stems was greater
than in roots and branches, which contrasts with the general paradigm that Kh and
vessel diameter decrease from root to shoot. Based on the distribution graphs and
heatmap clustering analysis of Kh values in the three organs, 14 species with
consistently medium Kh values were identified as potential candidates for
restoration. These potential species include Cratoxylum arborescens, Dialium
kunstleri, Rubroshorea uliginosa, Aglaia rubiginosa, Dillenia pulchella, Litsea
gracilipes, Garcinia cuspidata, Cryptocarya impressa, Drepananthus biovulatus,
Pometia ridleyi, Durio carinatus, Litsea firma, Diospyros maingayi, and
Calophyllum aureum. The relationship between xylem characteristics and Kh
consistently showed a positive correlation, particularly for the observed hydarulic
diameter (dh) in the roots and stems of the 157 species, including the 14 potential
species.
