Analisis Bahaya Kekeringan Dampak Perubahan Iklim Menggunakan Indeks Iklim Ekstrem terhadap Sumber Daya Air di Wilayah Indonesia
Abstract
Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki kerentanan tinggi terhadap dampak perubahan iklim, terutama dalam sektor sumber daya air yang rawan kekeringan dan penurunan ketersediaan air. Untuk mengatasi tantangan ini, pendekatan Climate Risk and Vulnerability Assessment (CRVA) dari IPCC AR5 diperlukan guna mengidentifikasi bahaya kekeringan secara menyeluruh dan mendukung upaya adaptasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan memetakan bahaya kekeringan terhadap sumber daya air di wilayah Indonesia menggunakan indeks iklim ekstrem sebagai dampak perubahan iklim. Penilaian bahaya kekeringan dihitung melalui agregasi nilai indeks iklim ekstrem dengan data curah hujan dan suhu udara maksimum harian dari sumber data referensi (CHIRPS dan ERA5) serta keluaran model iklim CMIP6. Hasil analisis bahaya kekeringan menunjukkan adanya perbedaan tingkat bahaya kekeringan untuk seluruh wilayah Indonesia, baik pada periode historis (tahun 1985-2014) maupun periode proyeksi (tahun 2025-2045). Wilayah pada bagian selatan Indonesia, seperti Jawa dan Nusa Tenggara cenderung memiliki bahaya kekeringan yang lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah pada bagian utara. Skenario SSP5.0-8.5 secara umum menghasilkan peningkatan bahaya kekeringan yang lebih luas dan intens dibandingkan SSP2.0-4.5, akibat tingginya pemaksaan radiasi dan pertumbuhan emisi yang terus meningkat. Kondisi ini menunjukkan pentingnya perencanaan adaptasi dan pengelolaan sumber daya air yang tanggap terhadap risiko perubahan iklim, terutama bagi wilayah-wilayah yang paling rentan di Indonesia. As an archipelagic country, Indonesia is highly vulnerable to the impacts of climate change, particularly in the water resources sector, which is prone to drought and declining water availability. To address these challenges, the Climate Risk and Vulnerability Assessment (CRVA) approach from the IPCC AR5 is essential for comprehensively identifying drought hazards and supporting adaptation efforts. This study aims to identify and map drought hazards affecting water resources in Indonesia using extreme climate indices as indicators of climate change impacts. The drought hazard assessment is calculated by aggregating the values of extreme climate indices with daily precipitation and maximum air temperature data from reference sources (CHIRPS and ERA5) as well as outputs from CMIP6 climate models. The results of the drought hazard analysis indicate spatial variation in drought hazard levels across Indonesia, both in the historical period (1985-2014) and the projection period (2025-2045). Southern regions of Indonesia, such as Java and Nusa Tenggara, tend to experience higher drought hazards compared to northern regions. The SSP5-8.5 scenario generally produces a broader and more intense increase in drought hazard compared to SSP2-4.5, due to stronger radiative forcing and continued emissions growth. These conditions highlight the importance of adaptive planning and water resource management that are responsive to climate change risks, particularly in the most vulnerable regions of Indonesia.
