Rekayasa Genetik Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.) Kultivar IPB CP2 dengan Gen OsGERLP.
Abstract
Tanaman kentang merupakan salah satu komoditas pangan utama sumber
karbohidrat keempat setelah padi, gandum dan jagung di dunia. Kebutuan akan
umbi kentang semakin meningkat dengan bertambahnya penduduk dan sebakin
baiknya kualitas hidup manusia. Area penanaman kentang di Indonesia terutama
terdapat di dataran tinggi dengan lahan yang semakin terbatas karena bersaing
dengan komiditas hortikultura lainnya. Salah satu alternatif pemecahan masalah
tersebut adalah perluasan area tanam ke lahan marginal seperti lahan konversi
perkebunan teh. Namun lahan tersebut bersifat masam dan memiliki kandungan
aluminum (Al) terlarut yang tinggi dan toksik bagi tanaman. Produktivitas umbi
kentang sangat dipengaruhi langsung oleh sifat tanah, termasuk keasaman tanah
dan keracunan Al. Salah satu upaya untuk mengatasi masalah tersebut adalah
dengan memanfaatkan kultivar toleran tanah masam dan cakaman Al.
Rekayasa genetik menjadi pendekatan alternatif untuk memperbaiki karakter
tanaman dengan mengintroduksikan gen ke dalam sel tanaman melalui mediasi
bakteri Agrobacterium tumefaciens yang telah membawa gen yang diinginkan.
Penelitian sebelumnya telah menemukan Oryza sativa Gene Encoding Ribosomal
like L32 Protein (OsGERLP) berasal dari padi lokal Hawara Bunar sebagai
pengatur gen toleransi Al dan berpotensi untuk pengembangan tanaman toleran Al.
Gen tersebut telah diuji pada tanaman padi dan tembakau yang menghasilkan
tanaman transgenik yang tumbuh lebih baik dan toleran terhadap tanah masam dan
cekaman Al.
Kentang kultivar IPB CP2 adalah salah satu ultivar kentang industri (french
fries) yang dikembangkan oleh Pusat Bioteknologi IPB. Kentang ini belum
diketahui toleransinya terhadap cekaman Al, sehingga perlu dilakukan peningkatan
kemampuan toleransi kultivar IPB CP2 terhadap cekaman Al melalui rekayasa
genetik dengan gen OsGERLP. Diharapkan tanaman transgenik yang dihasilkan
akan dapat digunakan dalam pengembangan kultivar baru tanaman kentang yang
bisa beradaptasi terhadap lahan-lahan marginal seperti tanah masam berkadar Al
tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan rekayasa genetik tanaman kentang
kultivar IPB CP2 yang diintroduksi gen OsGERLP melalui bantuan bakteri A.
tumefaciens.
Tahapan dari penelitian ini meliputi 1) multiplikasi tanaman kentang secara
in vitro, 2) kultur bakteri A. tumefaciens, 3) transformasi genetik yang dimediasi
oleh A. tumefaciens, 4) analisis integritas DNA genom dan integrasi gen OsGERLP,
5) seleksi, regenerasi, dan perbanyakan tunas, 6) pengujian toleransi tanaman
transgenik terhadap cekaman Al. Parameter morfologi diukur menggunakan
software Fiji-ImageJ dengan plugin SmartRoot untuk mengukur panjang akar total.
Data morfologi pengujian toleransi dianalisis dengan Two-way ANOVA
menggunakan software R Studio. Jika terdapat beda nyata, maka dilakukan uji
lanjut dengan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada a = 0,05.
ii
Introduksi gen OsGERLP melalui mediasi A. tumefaciens telah dilakukan dan
menghasilkan tanaman putatif transgenik dengan efisiensi transformasi dan
regenerasi masing-masing sebesar 72,62 dan 17,24% pada eksplan daun serta 71,3
dan 87,65% pada eksplan ruas batang. DNA total dari 7 klon tanaman putatif
transgenik yang telah berhasil diisolasi, dianalisis integritas DNA dengan
melakukan amplifikasi gen aktin (houskeeping gene). Hasil amplifikasi dengan gen
aktin menggunakan primer Act-F dan Act-R menghasilkan amplikon berkisar 400
bp yang menandakan bahwa DNA yang diisolasi memiliki integrasi yang baik ddan
layak untuk dijadikan template reaksi polymerase chain reaction (PCR). Analisis
integrasi gen pada tanaman transgenik menunjukkan bahwa semua klon transgenik
mengandung gen OsGERLP di bawah kendali promoter 35SCaMV, yang ditandai
dengan terbentuknya amplikon berukuran 1500 bp.
Pengujian toleransi klon transgenik terhadap cekaman Al secara in vitro
menunjukkan bahwa klon transgenik memiliki toleransi yang lebih tinggi
dibandingkan dengan tanaman non-transgenik. Hasil pengamatan morfologi
menunjukkan bahwa klon transgenik menunjukkan performa yang lebih baik pada
semua parameter yang diamati, meliputi tinggi tanaman, panjang akar total, jumlah
akar, bobot segar pucuk dan akar, serta bobot kering pucuk dan akar. Dua klon
transgenic, CP2OsG2 dan CP2OsG3, memiliki toleransi yang paling baik terhadap
cekaman Al dibandingkan klon lainnya. Kedua klon tersebut berpotensi untuk
dikembangkan menjadi varietas kentang toleran cekaman Al yang dapat
beradaptasi pada tanah masam.
Kata kunci: Agrobacterium tumefaciens, cekaman Al, gen OsGERLP, kentang
kultivar IPB CP2, transformasi genetik Potato is the fourth major carbohydrate food commodity after rice, wheat and corn
in the world. The demand for potato tubers is increasing as the population grows
and the quality of human life improves. Potato growing areas in Indonesia are
mainly in the highlands with increasingly limited land due to competition with other
horticultural commodities. One alternative solution to this problem is to expand the
planting area to marginal lands such as tea plantation conversion lands. However,
these lands are acidic and have high dissolved aluminum (Al) content which is toxic
to plants. Potato tuber productivity is directly affected by soil properties, including
soil acidity and Al toxicity. One way to overcome these problems is to utilize acid
and Al tolerant cultivars.
Genetic engineering serves as an alternative approach to improve plant
characteristics by introducing genes into plant cells through mediation of
Agrobacterium tumefaciens bacteria that carry the desired genes. Previous research
has identified the Oryza sativa Gene Encoding Ribosomal like L32 Protein
(OsGERLP) from local rice Hawara Bunar as a regulator gene for Al tolerance and
potentially useful for developing Al-tolerant plants. This gene has been tested on
rice and tobacco plants, producing transgenic plants that grow better and are tolerant
to acidic soils and Al stress.
Potato cultivar IPB CP2 is one of the industrial potato cultivars (french fries)
developed by the IPB Biotechnology Center. The tolerance of this potato to Al
stress is not yet known, thus requiring enhancement of the tolerance capability of
IPB CP2 cultivar to Al stress through genetic engineering with the OsGERLP gene.
It is expected that the resulting transgenic plants can be used in developing new
potato cultivars that can adapt to marginal lands such as acidic soils with high Al
content. This research aims to conduct genetic engineering of potato plants cultivar
IPB CP2 introduced with the OsGERLP gene through A. tumefaciens mediation.
The stages of this research include: 1) in vitro multiplication of potato plants,
2) culture of A. tumefaciens bacteria, 3) Genetic transformation mediated by A.
tumefaciens, 4) analysis of genomic DNA integrity and OsGERLP gene integration,
5) selection, regeneration, and shoot multiplication, 6) testing of transgenic plant
tolerance to al stress. Morphological parameters were measured using Fiji-ImageJ
software with the SmartRoot plugin to measure total root length. Morphological
data from tolerance testing were analyzed using Two-way ANOVA with R Studio
software. When significant differences were found, post-hoc tests were conducted
using Duncan Multiple Range Test (DMRT) at a = 0.05.
Introduction of the OsGERLP gene through A. tumefaciens mediation was
successfully conducted and produced putative transgenic plants with transformation
and regeneration efficiencies of 72.62 and 17.24% respectively for leaf explants,
and 71.3 and 87.65% for stem node explants. Total DNA from 7 clones of putative
transgenic plants that were successfully isolated was analyzed for DNA integrity
by amplifying the actin gene (housekeeping gene). Amplification results with the
ii
actin gene using Act-F and Act-R primers produced amplicons of approximately
400 bp, indicating that the isolated DNA had good integrity and was suitable as a
template for polymerase chain reaction (PCR). Gene integration analysis in
transgenic plants showed that all transgenic clones contained the OsGERLP gene
under the control of the 35SCaMV promoter, indicated by the formation of
amplicons sized 1500 bp.
In vitro testing the Al-tolerance of transgenic clones showed that transgenic
clones had higher tolerance compared to non-transgenic plants. Morphological
observations showed that transgenic clones demonstrated better performance in all
observed parameters, including plant height, total root length, root number, fresh
weight of shoots and roots, as well as dry weight of shoots and roots. Two
transgenic clones, CP2OsG2 and CP2OsG3, have the best tolerance to Al stress
compared to other clones. Both clones have the potential to be developed into Al
stress tolerant potato varieties that can adapt to acid soils.
Keywords: Agrobacterium tumefaciens, Al stress, genetic transformation,
OsGERLP gene, potato cultivar IPB CP2
