| dc.description.abstract | Kerentanan wilayah pesisir sangat dipengaruhi oleh karakteristik ekologis,
sehingga penilaiannya menjadi krusial dalam perencanaan dan pengelolaan wilayah
pesisir. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis nilai kerentanan pesisir pada
dua wilayah ekologi yang berbeda serta mengevaluasi kontribusi beberapa faktor
utama yang memengaruhi tingkat kerentanan, yaitu wilayah Semarang sebagai
wilayah urban dan wilayah pesisir Karimunjawa sebagai kawasan konservasi pada
tahun 2014 dan 2024. Analisis dilakukan dengan pendekatan Coastal Vulnerability
Index (CVI) berbasis enam indikator: geomorfologi pesisir, kemiringan pantai,
jarak vegetasi, perubahan garis pantai, kenaikan muka air laut, dan tutupan lahan,
dengan data penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografis (SIG). Hasil
menunjukkan perbedaan signifikan antara kedua wilayah. Di Semarang, 44% area
masuk dalam kategori kerentanan tinggi hingga sangat tinggi pada tahun 2024,
meningkat 22% dari tahun 2014. Sementara di Karimunjawa, 100% area tetap
berada dalam kategori kerentanan rendah selama periode observasi. Peningkatan
nilai kerentanan di wilayah urban terutama dipicu oleh perubahan tutupan lahan dan
degradasi vegetasi pelindung. Jarak vegetasi di Semarang pada kedua tahun amatan
menunjukkan angka dibawah 50 m, sedangkan di Karimunjawa menunjukkan
angka >600 m. Temuan ini menunjukkan bahwa CVI dapat menjadi alat kuantitatif
yang efektif bagi pengambil keputusan untuk memprioritaskan intervensi spasial
dan memperkuat ketahanan pesisir terhadap perubahan lingkungan yang semakin
kompleks. | |