| dc.description.abstract | Ikan jelawat (Leptobarbus hoevenii) merupakan ikan endemik sekaligus ekonomis yang perlu ditingkatkan produktivitasnya melalui kegiatan budi daya. Ketersediaan benih, pertumbuhan ikan yang lambat, mudah stres dan sensitivitas yang tinggi terhadap perubahan kualitas air menjadi kendala dalam usaha budi daya ikan jelawat. Ketersediaan benih ikan jelawat terkendala oleh adanya fluktuasi pH pada media pendederan larva dan sistem resirkulasi (recirculating aquaculture system, RAS) menjadi solusi. Cangkang kerang darah (Anadara granosa) merupakan bahan filter alternatif yang dapat digunakan pada RAS karena mengandung mineral kapur yang dapat meredam fluktuasi pH. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis finansial dan produktivitas ikan jelawat dengan padat tebar berbeda pada sistem resirkulasi dengan menggunakan filter cangkang kerang.
Penelitian dilaksanakan di Unit Pelaksana Teknis Benih Ikan, Dinas Perikanan Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap faktorial dengan dua faktor yaitu padat tebar (15, 25, dan 35 ekor/L) dan persentase cangkang kerang (0, 50, dan 100%) sehingga terdapat 9 kombinasi yaitu 15–00 (padat tebar 15 ekor/L, persentase cangkang kerang 0%), 15–50 (padat tebar 15 ekor/L, persentase cangkang kerang 50%), 15–100 (padat tebar 15 ekor/L, persentase cangkang kerang 100%), 25–00 (padat tebar 25 ekor/L, persentase cangkang kerang 0%), 25–50 (padat tebar 25 ekor/L, persentase cangkang kerang 50%), 25–100 (padat tebar 25 ekor/L, persentase cangkang kerang 100%), 35–00 (padat tebar 35 ekor/L, persentase cangkang kerang 0%), 35–50 (padat tebar 35 ekor/L, persentase cangkang kerang 50%), dan 35–100 (padat tebar 35 ekor/L, persentase cangkang kerang 100%). Setiap kombinasi perlakuan tersebut diulang tiga kali, sehingga terdapat 27 unit percobaan. Komponen bahan filter RAS terdiri atas dacron/kapas sintetis (filter mekanis), arang aktif serta zeolit, dan/atau cangkang kerang (filter kimia), serta bioball (filter biologis). Penelitian diawali dengan pemeliharaan induk, seleksi induk matang gonad, pemijahan secara intensif, penetasan telur, dan pemeliharaan larva di wadah perlakuan selama 4 minggu. Larva berukuran 0,7±0,08 cm ditebar ke dalam wadah percobaan sesuai perlakuan. Wadah percobaan berupa akuarium berukuran 60 × 40 × 40 cm. Larva diberi pakan berupa artemia secara ad libitum tiga kali sehari. Larva dipelihara selama 4 minggu dan dilakukan sampling setiap minggu. Suhu, pH dan oksigen terlarut (dissolved oxygen, DO) media pemeliharaan larva diukur setiap hari, sedangkan total ammonia nitrogen (TAN) dan alkalinitas diukur setiap minggu bersamaan dengan sampling larva.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kelangsungan hidup larva ikan jelawat terbaik ada pada perlakuan padat tebar 15 dan 25 ekor/L (P < 0,001). Kinerja produksi terbaik dengan nilai laju pertumbuhan bobot spesifik tertinggi, koefisien keragaman serta konversi pakan terendah terjadi pada perlakuan 15–100 (P < 0,001) dengan nilai masing-masing (11,50±0,07)%/hari, (11,90±2,68)%, dan 1,18. Sebaliknya, kinerja produksi yang paling rendah dengan nilai laju pertumbuhan bobot spesifik terendah, koefisien keragaman serta nilai rasio konversi pakan tertinggi ada pada perlakuan 35–00 yakni (10,57±0,08)%/hari, (18,35±3,50)%, dan 1,85±0,03. Tidak ditemukan perbedaan siginifikan pada laju pertumbuhan panjang spesifik. Penerimaan produksi didasarkan pada tingkat kelangsungan hidup dan pada perlakuan 15 dan 25 ekor/L bernilai sama tinggi. Luaran energi dan modal yang digunakan pada perlakuan 25 ekor/L adalah paling rendah sehingga produktivitas yang diperoleh bernilai tinggi.
Nilai suhu, pH, dan DO media pemeliharaan larva berada pada kisaran optimal yakni 26–28 ?; 7,16–7,75; dan 6,2–7,4 mg/L. Kandungan amonia yang tertinggi terdapat pada perlakuan 35–50 dan 35–100 yakni = 0,0091 mg/L namun masih dalam kisaran optimal. Nilai alkalinitas tertinggi ada pada perlakuan 25–100 yakni 88,00–94,70 mg/L CaCO3. Korelasi padat tebar larva jelawat dan nilai amonia media pemeliharaan adalah kuat (R2 = 0,59). Hubungan antara persentase cangkang kerang dengan nilai alkalinitas media pendederan ikan jelawat adalah sangat kuat (R2 = 0,97). Berdasarkan analisis usaha, seluruh perlakuan memberi keuntungan. Perlakuan 25–100 memberikan nilai rasio penerimaan dengan biaya yang paling besar (1,40) dan periode pengembalian modal yang tercepat yakni kurang dari 7 tahun (P < 0,001). Analisis finansial menunjukkan bahwa perlakuan 25–100 adalah yang paling layak untuk dijalankan dengan nilai NPV, IRR, dan BCR masing-masing adalah Rp67.901.013, 25,07, dan 2,05 (P < 0,001). Total penerimaan yang terdiri atas faktor jumlah produksi dan harga benih menjadi variabel yang sensitif terhadap keberlanjutan usaha. | |