PENGELOLAAN EKOSISTEM MANGROVE BERDASARKAN NILAI SIMPANAN KARBON DI TAMAN NASIONAL SEMBILANG, SUMATERA SELATAN
Abstract
Perubahan iklim merupakan peristiwa berubahnya suhu dan cuaca bumi yang
menyebabkan penginkatan muka air laut, curah hujan yang tidak menentu dan
bencana alam. Taman Nasional Sembilang dengan luas ekosistem mangrove
sebesar 88.586 ha berperan penting dalam menjaga kestabilan iklim namun,
pertambahan jumlah penduduk menambah tingkat pemanfaatan dan mengakibatkan
terjadinya kerusakan ekosistem mangrove. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis kondisi vegetasi mangrove, simpanan karbon, tingkat persepsi dan
partisipasi masyarakat dan menyusun strategi pengelolaan ekosistem mangrove
berdasarkan nilai simpanan karbon untuk implementasi mekanisme pembayaran
berbasis kinerja di Taman Nasional Sembilang.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga Mei 2024 di kawasan
Taman Nasional Sembilang. Data yang digunakan pada penelitian ini merupakan
data primer dan sekunder. Data primer terdiri dari data struktur mangrove, diameter
pohon mangrove, serasah daun dan sedimen mangrove yang diperoleh melalui
pengamatan dan pengambilan sampel di tiga stasiun penelitian menggunakan
transek sepanjang 100 m dengan tiga plot pengamatan. Sampel sedimen diperoleh
dengan memasukkan pipa core secara vertikal sedalam 100 cm dan menggunakan
tiga kedalaman yang berbeda. Data sekunder pada penelitian ini diperoleh dari
pengisian kuesioner kepada masyarakat dan wawancara mendalam kepada
kelompok responden ahli.
Hasil pengamatan menemukan tujuh jenis mangrove yaitu mangrove yaitu
Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata, Bruguiera gymnoriza, Bruguiera
sexangular, Avicennia marina, Excoecaria agallocha dan Xylocarpus granatum.
Kerapatan jenis mangrove tertinggi berada di stasiun 3 Sungai Birik dengan
kerapatan sebesar 1344 ind/ha yang berada dalam kategori sedang. Indeks nilai
penting di lokasi penelitian adalah jenis Excoecaria agallocha sebesar 147,76 di
stasiun 1 di Sungai Barong, Rhizophora apiculata untuk stasiun 2 di Sungai
Sembilang dan stasiun 3 di Sungai Birik masing-masing sebesar 97,2% dan 89,5%.
Simpanan karbon serasah daun mangrove menunjukkan rata-rata sebesar 25,92
ton/ha/thn, tegakan mangrove memiliki rata-rata karbon sebesar 90,82 ton/ha dan
simpanan karbon sedimen dengan rata-rata sebesar 431,38 tonC/ha.
Masyarakat di Dusun Sembilang dan Sungai Barong Kecil menunjukkan
tingkat persepsi yang baik terhadap manfaat ekosistem mangrove secara umum,
manfaat mangrove sebagai penyimpan karbon dan terhadap pengelolaan ekosistem
mangrove di kawasan Taman Nasional Sembilang. Masyarakat memiliki tingkat
partisipasi yang cukup baik dan terlibat dalam pelaksanaan kegiatan pelestarian
mangrove. Mempertahankan simpanan karbon memiliki nilai bobot terbesar dan
menjadi alternatif prioritas strategi pengelolaan untuk implementasi pembayaran
berbasis kinerja. Climate change is an event characterized by changes in the Earth’s
temperature and weather patterns, which lead to sea level rise, unpredictable
rainfall, and natural disasters. Sembilang National Park, with a mangrove
ecosystem covering an area of 88.586 ha, plays an important role in maintaining
climate stability. However, population growth has increased the level of resource
utilization and caused degradation of the mangrove ecosystem. This study aims to
analyze the condition of mangrove vegetation, carbon storage, community
perception and participation levels, and to formulate strategies for mangrove
ecosystem management based on carbon stock values for the implementation of a
performance-based payment mechanism in Sembilang National Park.
This research was conducted from February to May 2024 in Sembilang
National Park. The data used in this study consisted of primary and secondary data.
Primary data included mangrove structure, tree diameter, mangrove leaf litter, and
mangrove sediment, which were obtained through field observations and sampling
at three research stations using 100 m transects with three observation plots.
Sediment samples were collected by inserting a core pipe vertically to a depth of
100 cm, with samples taken at three different depth intervals. Secondary data were
obtained through community questionnaires and in-depth interviews with expert
respondent groups.
The observations recorded seven mangrove species, namely Rhizophora
apiculata, Rhizophora mucronata, Bruguiera gymnorhiza, Bruguiera sexangular,
Avicennia marina, Excoecaria agallocha, and Xylocarpus granatum. The highest
mangrove density was found at Station 3 in Sungai Birik with 1,344 ind/ha, which
falls into the medium category. The importance value index (IVI) at the study sites
showed Excoecaria agallocha as dominant at Station 1 (Sungai Barong) with a
value of 147.76, while Rhizophora apiculata was dominant at Station 2 (Sungai
Sembilang) and Station 3 (Sungai Birik) with values of 97.2% and 89.5%,
respectively. The average carbon stock of mangrove leaf litter was 25.92
tons/ha/year, while mangrove stands contained an average of 90.82 tons/ha, and
sediment carbon storage averaged 431.38 tons C/ha.
The communities in Dusun Sembilang and Sungai Barong Kecil
demonstrated good levels of perception regarding the general benefits of mangrove
ecosystems, the role of mangroves as carbon sinks, and mangrove ecosystem
management within Sembilang National Park. The communities also showed
relatively high levels of participation and were actively involved in mangrove
conservation activities. Maintaining carbon stocks was found to have the highest
weighting value and represents the priority alternative strategy for mangrove
ecosystem management to support the implementation of performance-based
payments.
Collections
- MT - Fisheries [3193]
