Pengelolaan Perikanan Cakalang (Katsuwonus pelamis) Pole and Line dengan Pendekatan Ekosistem di Perairan Laut Sawu dan sekitarnya, Kabupaten Flores Timur
Date
2025Author
Suban, Sebastianus Kia
Kamal, Mohammad Mukhlis
Boer, Mennofatria
Metadata
Show full item recordAbstract
Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) merupakan jenis ikan yang memiliki nilai ekonomi penting bagi para nelayan di Kabupaten Flores Timur, yang ditangkap dengan menggunakan metode pole and line di wilayah perairan Laut Sawu dan Laut Flores. Meningkatnya tekanan terhadap sumber daya ikan cakalang diakibatkan oleh peningkatan upaya penangkapan, bertambahnya jarak daerah penangkapan, dan terbatasnya ketersediaan umpan hidup sehingga menjadi tantangan dalam pengelolaannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi status perikanan cakalang di Kabupaten Flores Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan pendekatan EAFM (Ecosystem Approach to Fisheries Management) serta mengembangkan rencana taktis dalam pengelolaannya. Penelitian dilakukan pada bulan September hingga November tahun 2024 di Larantuka Kabupaten Flores Timur yang merupakan sentra dari kegiatan pole and line di daerah ini. Data diperoleh dari pengukuran dan penimbangan sampel ikan cakalang secara langsung di lapangan dan wawancara terstruktur dengan menggunakan kuesioner terhadap sejumlah responden di lapanagan yakni para nelayan (30 nelayan dari kapal yang berbeda), Dinas Perikanan Kabupaten Flores Timur, Kantor Cabang Dinas Perikanan Provinsi Nusa Tenggara Timur di Larantuka, Satuan Kerja Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (SATKER PSDKP) Larantuka, Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan (UPP) Kelas II Larantuka, asosiasi perkumpulan nelayan dan perusahaan pembeli ikan.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini yakni pendekatan EAFM yakni penilaian terhadap enam aspek dalam EAFM, yaitu sumber daya ikan, habitat dan ekosistem, teknik penangkapan, sosial, ekonomi, dan kelembagaan dan membuat keputusan taktis. Hasil evaluasi EAFM perikanan cakalang pole and line di perairan Laut Sawu dan sekitarnya menunjukkan skor agregat keseluruhan domain sebesar 222,5, yang mengindikasikan status sedang. Dari enam domain yang dianalisis, empat domain yakni domain sumber daya ikan, habitat dan ekosistem, sosial dan kelembagaan berada dalam kategori sedang dan dua domain yakni domain teknik penangkapan ikan dan ekonomi yang berstatus baik. Dari 24 indikator secara keseluruhan yang dinilai, ada 4 indikator yang statusnya buruk, 11 berstatus sedang dan 9 berstatus baik. Penelitian ini merekomendasikan pengembangan rencana taktis untuk upaya perbaikan dalam meningkatkan indikator pada domain berkategori sedang agar mencapai status yang lebih baik di masa depan. Langkah perbaikan harus diprioritaskan untuk mitigasi range collapse dengan pemetaan fishing ground dan penyediaan rumpon yang lebih terjangkau, edukasi ukuran ikan layak tangkap, penguatan pengetahuan lokal dalam pengelolaan perikanan dan mengkaji dampak dari isu perubahan iklim pada perairan untuk memastikan keberlanjutan sumber daya secara berkelanjutan. Skipjack tuna (Katsuwonus pelamis) is a fish species of significant economic importance for fishers in East Flores Regency, caught using pole and line methods in the waters of the Sawu Sea and Flores Sea. Increasing pressure on skipjack tuna resources is caused by increased fishing effort, extended fishing distances, and limited availability of live bait, creating management challenges. This research aims to evaluate the status of skipjack fisheries in East Flores Regency, East Nusa Tenggara Province using the Ecosystem Approach to Fisheries Management (EAFM) approach and develop tactical plans for its management. The research was conducted from September to November 2024 in Larantuka, East Flores Regency, which is the center of pole and line activities in this area. Data were obtained from direct field measurements and weighing of skipjack tuna samples and structured interviews using questionnaires with a number of field respondents, namely fishers (30 fishers from different boats), East Flores Regency Fisheries Office, East Nusa Tenggara Provincial Fisheries Office Branch in Larantuka, Marine and Fisheries Resources Surveillance Work Unit (SATKER PSDKP) Larantuka, Class II Port Management Unit (UPP) Office Larantuka, fisher associations and fish purchasing companies.
The analytical method used in this research is the EAFM approach, namely assessment of six aspects in EAFM: fish resources, habitat and ecosystem, fishing techniques, social, economic, and institutional aspects, and making tactical decisions. The results of the EAFM evaluation of skipjack pole and line fisheries in the Sawu Sea and surrounding waters show an overall aggregate score of 222.5, indicating moderate status. Of the six domains analyzed, four domains namely fish resources, habitat and ecosystem, social and institutional domains are in the moderate category and two domains namely fishing techniques and economic domains have good status. Of the 24 indicators assessed overall, there are 4 indicators with poor status, 11 with moderate status and 9 with good status. This research recommends developing tactical plans for improvement efforts to enhance indicators in moderate-category domains to achieve better status in the future. Improvement measures should be prioritized for mitigating range collapse through fishing ground mapping and provision of more affordable fish aggregating devices (FADs), education on appropriate fish size for capture, strengthening local knowledge in fisheries management and assessing the impacts of climate change issues on waters to ensure sustainable resource sustainability.
Collections
- MT - Fisheries [3193]
