Biodiversity Tourism Model for High Conservation Value Area of Oil Palm Plantation
Date
2025Author
Yusrini, Lenny
Sunkar, Arzyana
Santosa, Yanto
Rachmawati, Eva
Metadata
Show full item recordAbstract
Sustainable development, as reflected in the agenda of the Sustainable Development Goals (SDGs), emphasizes the importance of balancing environmental protection, economic growth, and social well-being. One tangible opportunity to realize these principles lies in the high conservation value (HCV) areas scattered across oil palm plantation landscapes in Indonesia. These areas harbor unique biodiversity richness, yet remain underutilized as potential conservation-based tourism destinations. In this context, the goals of biodiversity protection (SDG 15), local economic empowerment (SDG 8), and rural development through sustainable tourism (SDG 11 and SDG 12) are becoming increasingly relevant.
Oil palm plantations in Indonesia encompass HCV areas that hold distinctive and unique biodiversity richness. Currently, these areas have primarily been utilized for ecological and conservation purposes, particularly to fulfill the requirements of the Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) and the Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) certification schemes. However, HCV areas have rarely been seriously considered as potential resources for developing ecotourism attractions. In fact, the presence of endemic species and natural landscapes within HCV zones offers strong potential to be developed into biodiversity tourism destinations that support conservation efforts. As many of these areas are located in remote regions far from urban centers, tourism development in HCV areas also presents an opportunity to create alternative destinations for local communities while providing added economic value.
However, there is currently no established framework of parameters and indicators that can be used to assess the potential and suitability of HCV areas as biodiversity tourism destinations. Without proper identification of key elements such as biodiversity components, tourism appeal, and the socio-economic readiness of local communities, tourism development in these areas may become unfocused or even counterproductive to conservation goals. Therefore, a comprehensive and context-specific identification of parameters and indicators is essential to ensure that the management of HCV areas as tourism destinations is measurable, sustainable, and evidence-based.
This study aims to (1) develop parameters and indicators for biodiversity tourism, (2) build a biodiversity tourism model for HCV areas within oil palm plantations, and (3) understand local stakeholders' perceptions regarding biodiversity tourism. To achieve the first objective, a systematic literature review was conducted, complemented by thematic analysis and content validation using the content validity index (CVI) method to formulate relevant parameters and indicators in the context of biodiversity tourism. The second objective was addressed by developing a suitability index using a pairwise comparison chart (PCC), analyzed through the simple additive weighting (SAW) method, with indicator weights derived from stakeholder questionnaires and further examined.
The resulting model was tested using structural equation modeling (SEM) with confirmatory factor analysis (CFA). Meanwhile, to achieve the third objective, data were collected through semi-structured interviews and quantitative surveys with key stakeholders, including tourists, local communities, tourism industry actors, plantation managers, and local government authorities. These perception data were analyzed thematically and statistically to explore their support, concerns, and expectations regarding the biodiversity tourism in HCV areas.
The results of the study indicate that the development of biodiversity tourism in HCV areas should be based on three main parameter groups: biodiversity, tourism, and sustainability. These parameters include specific indicators such as the presence of endemic and protected species, uniqueness of the landscape, accessibility, and active involvement of local communities in conservation efforts. The formulated parameters and indicators serve as the foundation for constructing a suitability index to assess the potential of HCV areas for biodiversity tourism development.
The suitability index developed in this study classified HCV areas into distinct levels of feasibility based on a combination of ecological, social, and economic factors. The results of the model testing show that all indicators significantly contribute to tourism suitability and can be reliably used as a decision-making tool. Areas with high biodiversity value, supported by basic infrastructure and strong community partnerships, demonstrated a very high level of suitability as biodiversity tourism destinations.
This study also produced a model that illustrates the interrelationships among key variables in the management of tourism within HCV areas, including tourist visitation, biodiversity quality, community participation, and economic impact. The model highlights that an increase in tourist numbers, if not properly managed, may lead to environmental degradation. Conversely, when managed collaboratively and sustainably, tourism can reinforce conservation efforts and enhance the well-being of surrounding communities. This model is not only theoretical in nature but also practical, as it can serve as a strategic planning tool for various stakeholders involved in biodiversity tourism development.
The novelty of this study includes the development of biodiversity parameters and indicators for biodiversity-based tourism purposes, the formulation of a biodiversity-based tourism suitability index for HCV areas, and the design of a biodiversity tourism model tailored to the oil palm plantation landscape. The implications of this research are significant for policy formulation in the fields of plantation management, tourism, and conservation, positioning HCV areas not merely as conservation obligations, but as strategic assets for the development of responsible and sustainable tourism. Pembangunan berkelanjutan yang tercermin dalam agenda Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) menekankan pentingnya keseimbangan antara perlindungan lingkungan, pertumbuhan ekonomi, and kesejahteraan sosial. Salah satu peluang nyata untuk mewujudkan prinsip tersebut terdapat di kawasan nilai konservasi tinggi (NKT) yang tersebar di dalam lanskap perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Kawasan-kawasan ini menyimpan kekayaan biodiversitas yang khas namun belum dimanfaatkan secara optimal sebagai destinasi wisata yang berbasis konservasi. Dalam konteks ini, perlindungan keanekaragaman hayati (SDG 15), penguatan ekonomi lokal (SDG 8), serta pembangunan wilayah terpencil melalui pariwisata berkelanjutan (SDG 11 and SDG 12) menjadi semakin relevan.
Perkebunan kelapa sawit di Indonesia memiliki kawasan NKT yang menyimpan kekayaan keanekaragaman hayati yang unik and berciri khas. Selama ini, kawasan NKT dimanfaatkan terutama untuk tujuan ekologis and konservasi dalam rangka pemenuhan kewajiban Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) and Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO). Keberadaan NKT belum pernah secara serius dipertimbangkan sebagai sumber daya potensial dalam pengembangan daya tarik ekowisata. Padahal, keberadaan spesies endemik and lanskap alami dalam NKT dapat menjadi kekuatan untuk dikembangkan sebagai destinasi wisata keanekaragaman hayati yang mendukung upaya konservasi. Lebih jauh, karena sebagian besar NKT berada di daerah yang jauh dari pusat keramaian, pengembangan pariwisata di kawasan ini juga berpotensi menjadi alternatif destinasi bagi masyarakat setempat, sekaligus memberikan nilai tambah ekonomi.
Namun demikian, saat ini belum tersedia kerangka parameter and indikator yang dapat digunakan untuk menilai potensi serta kelayakan NKT sebagai destinasi wisata keanekaragaman hayati. Tanpa identifikasi yang tepat terhadap elemen-elemen biodiversitas, daya tarik wisata, and kesiapan sosial-ekonomi masyarakat, pengembangan wisata di kawasan ini dapat menjadi tidak terarah atau bahkan kontraproduktif terhadap tujuan konservasi. Oleh karena itu, diperlukan identifikasi parameter and indikator yang komprehensif and kontekstual agar pengelolaan NKT sebagai destinasi wisata dapat dilakukan secara terukur, berkelanjutan, and berbasis data.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) menyusun parameter and indikator wisata keanekaragaman hayati, (2) membangun model wisata keanekaragaman hayati yang sesuai untuk diterapkan di kawasan NKT perkebunan kelapa sawit, serta (3) memahami persepsi pemangku kepentingan setempat terkait wisata keanekaragaman hayati. Untuk mencapai tujuan pertama, dilakukan studi literatur sistematis yang dilengkapi dengan analisis isi and validasi melalui metode Conten Validity Index (CVI) untuk merumuskan parameter and indikator yang relevan dalam konteks wisata keanekaragaman hayati. Tujuan kedua dilaksanakan dengan menyusun indeks kesesuaian menggunakan pendekatan pairwise comparison chart and dianalisa dengan menggunakan metode simple additive weighting, di mana
bobot indikator diperoleh dari kuisioner pemangku kepentingan, and dianalisis lebih lanjut. Model yang dibangun diuji melalui structural equation modeling dengan confirmatory factor analysis. Sementara itu, untuk menjawab tujuan ketiga, dilakukan pengumpulan data melalui wawancara semi-terstruktur and survei kuantitatif kepada pemangku kepentingan utama, yakni wisatawan, masyarakat lokal, pelaku industri wisata, pengelola perkebunan, and pemerintah daerah. Data persepsi tersebut dianalisis secara tematik and statistik untuk mengungkap dukungan, kekhawatiran, serta harapan mereka terhadap pengembangan wisata keanekaragaman hayati di kawasan NKT.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengembangan wisata keanekaragaman hayati di kawasan NKT perlu didasarkan pada tiga kelompok parameter, yaitu keanekaragaman hayati, pariwisata, and keberlanjutan. Parameter-parameter tersebut mencakup indikator spesifik seperti keberadaan spesies endemik and dilindungi, keunikan lanskap, aksesibilitas, serta keterlibatan aktif masyarakat lokal dalam konservasi. Parameter and indikator yang telah dirumuskan ini menjadi dasar dalam penyusunan indeks kesesuaian kawasan NKT untuk pengembangan pariwisata.
Indeks kesesuaian yang dikembangkan dalam penelitian ini berhasil mengklasifikasikan kawasan NKT ke dalam tingkat kelayakan tertentu berdasarkan kombinasi faktor ekologis, sosial, and ekonominya. Hasil pengujian menggunakan menunjukkan bahwa seluruh indikator memiliki kontribusi signifikan terhadap kelayakan wisata and dapat diandalkan sebagai alat pengambilan keputusan. Kawasan yang memiliki nilai keanekaragaman hayati tinggi, didukung dengan infrastruktur dasar and kemitraan masyarakat, menunjukkan tingkat kesesuaian yang sangat baik sebagai destinasi wisata keanekaragaman hayati.
Lebih lanjut, penelitian ini juga menghasilkan model yang menggambarkan hubungan antara variabel-variabel utama dalam pengelolaan wisata di kawasan NKT, seperti jumlah kunjungan wisatawan, kualitas keanekaragaman hayati, partisipasi masyarakat, and dampak ekonomi. Model ini menegaskan bahwa peningkatan kunjungan wisata tanpa pengelolaan yang memadai dapat menyebabkan degradasi lingkungan, namun sebaliknya, jika dikelola secara kolaboratif and berkelanjutan, wisata justru dapat memperkuat konservasi and meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar. Model ini tidak hanya bersifat teoritis, tetapi juga praktis, karena dapat digunakan sebagai alat bantu dalam perencanaan strategis oleh berbagai pemangku kepentingan.
Temuan baru dari penelitian ini meliputi pengembangan parameter and indikator keanekaragaman hayati untuk kepentingan pariwisata, penyusunan indeks kesesuaian wisata berbasis biodiversitas di kawasan NKT, serta perancangan model wisata keanekaragaman hayati yang kontekstual untuk lanskap perkebunan kelapa sawit. Implikasi dari penelitian ini penting bagi perumusan kebijakan di biandg perkebunan, pariwisata, and konservasi, agar kawasan NKT tidak hanya diposisikan sebagai kewajiban konservasi, tetapi juga sebagai aset strategis untuk pengembangan pariwisata yang bertanggung jawab and berkelanjutan.
Collections
- DT - Forestry [358]
