Keanekaragaman Lumut Terestrial dan Asosiasinya dengan Mikoriza Arbuskula di Kawasan Hutan Batang Toru

Abstract

Lumut diketahui menjalin simbiosis mutualistik dengan cendawan mikoriza arbuskula yang berperan meningkatkan penyerapan hara esensial seperti fosfor dan berpotensi menciptakan mikrohabitat yang mendukung organisme lain. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi spesies lumut dan mendeteksi keberadaan asosiasinya dengan mikoriza arbuskula di Kawasan Hutan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive pada dua hutan sekunder dengan karakteristik ekologi berbeda, yaitu Partudungan dan Baringin. Parameter lingkungan yang diukur meliputi kelembaban tanah dan udara, pH tanah, suhu udara, ketinggian tempat, dan intensitas cahaya. Spesimen lumut yang dijumpai diidentifikasi morfologinya. Struktur mikoriza pada lumut diamati setelah diwarnai dengan biru tripan. Hutan Baringin memiliki kelembaban udara dan intensitas cahaya yang lebih tinggi kisarannya daripada Partudungan. Sebanyak sepuluh spesies lumut berhasil diidentifikasi, terdiri dari tiga spesies lumut hati (Marchantiophyta) dan tujuh spesies lumut daun (Bryophyta). Pallavicinia lyellii, Acromastigum sp., dan Syrrhopodon sp. hanya ditemukan di Baringin. Lumut umumnya ditemukan tumbuh pada substrat kayu lapuk. Struktur mikoriza arbuskula yang terdeteksi meliputi arbuskula, hifa, spora, dan vesikula, dengan sebaran terbanyak pada daun dan rizoid lumut. Keberadaan struktur ini teramati pada tujuh dari sepeluh spesies lumut yang diteliti.

Bryophytes are known to establish mutualistic symbiosis with arbuscular mycorrhizal fungi, which enhance the uptake of essential nutrients such as phosphorus and potentially create microhabitats that support other organisms. This research aimed to identify bryophytes species and detect their association with arbuscular mycorrhizal fungi in the Batang Toru Forest, South Tapanuli. Sample collections were carried out by purposive sampling in the two secondary forests having different ecological characteristics, namely Partudungan and Baringin. Environmental parameters measured include soil and air humidity, soil pH, air temperature, elevation, and light intensity. The bryophytes specimens were identified based on their morphology. The structures of the mycorrhiza within the bryophytes were observed after it were stained by trypan blue. The Baringin forest have air humidity and light intensity higher range than that of the Partudungan. A total of ten bryophytes species were identified, consisting of three species of liverworts (Marchantiophyta) and seven species of mosses (Bryophyta). Pallavicinia lyellii, Acromastigum sp., and Syrrhopodon sp. exclusively recorded in Baringin. Bryophytes is generally found growing on decayed wood substrates. Arbuscular mycorrhizal structures observed were arbuscules, hyphae, spores and vesicles, predominantly occuring in the leaves and rhizoids. Theses structure were observed in seven of the ten species examined.