Analisis Kerentanan Banjir Rob di Wilayah Pesisir Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah

Abstract

Banjir rob merupakan bencana yang sering melanda wilayah pesisir akibat kombinasi antara kenaikan muka air laut dan deformasi tanah. Penelitian ini bertujuan untuk memetakan sebaran kerentanan banjir rob serta prediksinya di wilayah pesisir Kabupaten Pemalang pada tahun 2024 dan 2038. Analisis dilakukan menggunakan citra Sentinel-1A untuk mendeteksi deformasi tanah dengan menggunakan metode Differential Interferometry Synthetic Aperture Radar (DInSAR, Sentinel-2A untuk klasifikasi penggunaan lahan, data Sea Level Anomaly (SLA) untuk melihat tren kenaikan muka laut, Digital Elevation Model Nasional Indonesia (DEMNAS) untuk elevasi, pasang surut untuk menentukan pasang tertinggi serta curah hujan dan angin sebagai data parameter pendukung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa laju deformasi tanah mencapai -12 cm/thn, pasang tertinggi sebesar 0,391 m, laju kenaikan muka air laut sebesar 4,08 mm/thn, Kecepatan angin 0,0–3,0 m/s bertiup dari barat dan timur-tenggara, dan curah hujan 114,2 mm pada bulan April. Luas wilayah terdampak banjir rob di Kabupaten Pemalang pada tahun 2024 diperkirakan mencapai 1.948,67 ha, sedangkan pada tahun 2038 meningkat menjadi 3.455,12 ha. Jenis tutupan lahan yang paling terdampak pada kedua tahun tersebut adalah tambak, karena lokasinya yang paling dekat dengan garis pantai

Coastal flooding (tidal flood) was a disaster that frequently struck coastal areas as a result of the combination between sea level rise and land deformation. This study aimed to map the distribution of tidal flood vulnerability and its prediction in the coastal area of Pemalang Regency for the years 2024 and 2038. The analysis was conducted using Sentinel-1A imagery to detect land deformation through the Differential Interferometry Synthetic Aperture Radar (DInSAR) method, Sentinel-2A for land use classification, Sea Level Anomaly (SLA) data to analyze sea level rise trends, the Indonesian National Digital Elevation Model (DEMNAS) for elevation, tidal data to determine the highest tide, as well as rainfall and wind data as supporting parameters. The results showed that the rate of land deformation reached –12 cm/year, the highest tide was 0.391 m, the rate of sea level rise was 4.08 mm/year, wind speed ranged from 0.0 to 3.0 m/s blowing from the west and east-southeast, and rainfall reached 114.2 mm in April. The area affected by tidal flooding in Pemalang Regency was estimated at 1,948.67 ha in 2024, and increased to 3,455.12 ha in 2038. The most affected land cover type in both years was aquaculture ponds, due to their proximity to the shoreline.