Penilaian Spasial Sumberdaya Rajungan (Portunus pelagicus) di Wilayah Pesisir Lampung Timur
Abstract
Rajungan (Portunus pelagicus) merupakan komoditas perikanan bernilai ekonomi tinggi dan menjadi sumber penghidupan utama masyarakat pesisir Lampung Timur. Tingginya tekanan penangkapan yang tidak merata di seluruh zona perairan mengancam kelestarian stok dan berpotensi menurunkan populasi. Spesies ini memiliki segregasi habitat berdasarkan ukuran dan tahap hidup, sehingga terdapat perbedaan struktur populasi dan valuasi ekonomi antar kedalaman. Kondisi tersebut menuntut adanya strategi pengelolaan berbasis penilaian spasial. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan merumuskan strategi pengelolaan perikanan rajungan yang efektif dan berkelanjutan berbasis penilaian spasial di wilayah pesisir Lampung Timur.
Penelitian dilakukan pada Agustus dan November 2024 di wilayah pesisir Lampung Timur, yang dibagi menjadi tiga kedalaman: <5 m (kawasan konservasi), 5–10 m, dan >10 m, mengacu pada Zairion et al. (2015). Pengumpulan data primer meliputi pengukuran aspek biologi dan morfometrik rajungan, serta wawancara semi-terstruktur dengan nelayan. Data sekunder digunakan untuk parameter populasi dan distribusi larva (Zairion 2015; Kembaren et al. 2018). Analisis dilakukan menggunakan InVEST Fisheries Model untuk mensimulasikan valuasi ekonomi berdasarkan parameter biologis.
Kedalaman 5–10 m teridentifikasi sebagai area transisi utama dengan tingkat migrasi sebesar 54% dan tekanan penangkapan tertinggi (E = 0,76), disusul <5 m (0,73), dan >10 m (0,50). Estimasi Spawning Potential Ratio (SPR) menunjukkan kondisi fully exploited pada zona >10 m (35%), sementara zona <5 m (18%) dan 5-10 m (14%) berada dalam kondisi overfishing. Parameter biologis dalam model mencakup survival rate. maturity, dan vulnerability fishing, dan weight. Rekrutmen dihitung dengan model Beverton-Holt, dengan total initial recruitment sekitar 803.000 g telur dari total populasi. Modifikasi faktor spasial dalam InVEST Fisheries Model meliputi migrasi, durasi hidup, bobot tubuh, kematangan, dan kerentanan terhadap penangkapan, yang memengaruhi distribusi biomassa dan estimasi nilai ekonomi. Simulasi menghasilkan valuasi ekonomi harian sebesar Rp26,47 juta, dengan kontribusi terbesar dari zona 5–10 m (51,56%), diikuti >10 m (27,52%), dan <5 m (21%) yang mencerminkan jasa penyedia (direct use values).
Tingginya tekanan penangkapan di pesisir Lampung Timur, termasuk di kawasan suaka perikanan membutuhkan strategi untuk pemulihan stok. Berdasarkan integrasi parameter valuasi ekonomi, SPR, sebaran juvenil, dan tekanan penangkapan, skenario terbaik yang diperoleh adalah perluasan zona inti hingga 70% dari total kawasan suaka perikanan. Strategi ini diproyeksikan menurunkan tekanan penangkapan hingga 49% dan meningkatkan valuasi ekonomi menjadi Rp 33,44 juta per hari, dengan hasil tangkapan 489,5 kg/hari.
Collections
- MT - Fisheries [3193]
