Show simple item record

dc.contributor.advisorDiatin, Iis
dc.contributor.advisorBudiardi, Tatag
dc.contributor.authorHASRIAH, RAHMAT
dc.date.accessioned2025-08-19T10:06:23Z
dc.date.available2025-08-19T10:06:23Z
dc.date.issued2025
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/169840
dc.description.abstractRumput laut termasuk dalam komoditas utama ekspor hasil perikanan dan merupakan sumber devisa. Produksi rumput laut Indonesia menjadi terbesar kedua di dunia dengan potensi luas lahan budidaya yang mencapai 12 juta hektar. Kabupaten Muna menjadi salah satu daerah yang memiliki potensi lahan untuk budidaya rumput laut. Muna merupakan salah satu daerah kepulauan yang menjadi tempat tinggal masyarakat pesisir dengan mata pencaharian perikanan budidaya dan perikanan tangkap. Pekerjaan utama masyarakat pesisir di Kabupaten Muna sebagai nelayan dan pembudidaya rumput laut, sehingga Kabupaten Muna menjadi sentral penghasil rumput laut di Sulawesi Tenggara. Potensi ini perlu diiringi dengan perhitungan produktivitas yang disesuaikan dengan kondisi lokasi dan varietas rumput laut. Pemilihan varietas dan lokasi yang tepat menjadi bagian penting dari keberhasilan budidaya. Pada sisi yang lain, Gulma dan penyakit yang sering terjadi pada lokasi tertentu membuat sebagian pembudidaya tidak melanjutkan proses produksi. Kondisi lokasi (ekologi setempat) sangat menentukan kualitas air selama budidaya rumput laut sehingga hasilnya sangat bervariasi dari satu lokasi ke lokasi yang lain. Lokasi budidaya yang cocok untuk varietas hijau umumnya dekat dengan garis pantai. Namun, menurut informasi dari pembudidaya varietas hijau juga mampu beradaptasi di lokasi yang jauh dari garis pantai. Sebaliknya, varietas merah menurut pembudidaya lebih cocok di lokasi yang jauh. Manajemen lokasi dan varietas diduga mampu meningkatkan volume produksi yang dapat meningkatkan keuntungan bagi pembudidaya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pertumbuhan mutlak bobot, kandungan karagenan, rendemen, kualitas air, nilai tambah, dan analisis finansial. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - Agusutus 2024. Proses pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan di Desa Kawite Wite Kecamatan Kabawo Kabupaten Muna sebagai sumber bibit dan tempat budidaya. Analisis laboratorium sampel akan dilakukan di Laboratorium Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Halu Oleo Kendari. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap faktorial. Faktor yang diuji adalah varietas hijau (H) dan merah (M) pada jarak 50, 75, dan 100 m dari garis pantai. Metode budidaya rumput laut yang digunakan ialah metode longline. Ukuran petak budidaya adalah 50 m × 6 m dengan rangka berupa tali utama, jangkar, dan pelampung besar untuk mempertahankan konstruksi budidaya. Bibit rumput laut yang digunakan berasal dari lokasi setempat dengan memilih bibit yang sesuai standar nasional Indonesia yaitu bibit yang masih muda dan sehat. Bibit rumput laut kemudian disesuaiakan dengan bobot awal 20 g untuk semua varietas. Jarak antar bibit 10 cm dan panjang tali 50 m. Jumlah tali yang digunakan sebanyak 18 tali sehingga jumlah bibit adalah 500 bibit per tali. Pengontrolan selama masa budidaya akan dilakukan dengan membersihkan kotoran pada tali berupa lumut atau epifit yang akan dilakukan setiap 10 hari sekali sampai 40 hari budidaya. Laju pertumbuhan mutlak setelah 40 hari budidaya yaitu 2,683±0,002 g hari-1 (H50); 2,488±0,003 g hari-1 (H75); 3,567±0,007 g hari-1 (H100); 2,029±0,004 g hari-1 (M50); 3,550±0,004 g hari-1 (M75); 4,017±0,004 g hari-1 (M100). Monitoring budidaya juga melibatkan pembudidaya setempat untuk mengatasi kendala teknis di lapangan. Laju pertumbuhan mutlak menunjukkan perlakuan M100 (varietas merah pada lokasi 3) menghasilkan laju pertumbuhan mutlak tertinggi namun tidak berbeda nyata dengan H100 dan M75. Karagenan tertinggi varietas merah berada pada lokasi 2 yaitu 29,40%. Salinitas berada pada kisaran 27–30 ppt, dengan suhu air antara 28–29°C. Kadar nitrat berkisar antara 0,126–0,158 mg L-1, dan fosfat antara 0,043–0,076 mg L-1. Kecepatan arus antara 0,044-0,208 cm s-1. Kecerahan berkisar antara 1,25-3,0 m dan pH antara 7,05-7,89. Secara umum, parameter kualitas berada pada kisaran optimal kecuali pada salinitas dan kecerahan lokasi 1. Selain itu, fosfat pada semua perlakuan masih berada di bawah nilai optimal. Nilai tambah dihitung berdasarkan total produk jadi atau rumput laut kering yang dihasilkan. Produk jadi tertinggi diperoleh pada perlakuan varietas hijau lokasi 3 (H100) dan varietas merah lokasi 3 (M100). Secara keseluruhan nilai tambah tertinggi ditemukan pada perlakuan H100 yaitu mencapai Rp20.250 kg-1 dengan keuntungan sebesar Rp19.167 kg-1. Margin pembudidaya juga memperoleh nilai tertinggi pada perlakuan H100. Analisis finansial terbaik pada budidaya rumput laut ini diperoleh pada perlakuan varietas hijau lokasi 3 (H100) dengan net present value Rp30.981.278; net benefit/cost 5,07; internal rate of return 120,90%; dan payback period 5,19 tahun. Manajemen produksi pada budidaya rumput laut memperoleh nilai kinerja produksi dan usaha terbaik melalui penerapan budidaya rumput laut dengan menggunakan varietas hijau di lokasi 3. Performa pertumbuhan mengalami penurunan seiring dengan berjalannya waktu pemeliharaan.
dc.description.sponsorship
dc.language.isoid
dc.publisherIPB Universityid
dc.titleProduktivitas dan Nilai Tambah Budidaya Rumput Laut (Kappaphycus alvarezii) di Desa Kawite Wite, Kabupaten Munaid
dc.title.alternative
dc.typeTesis
dc.subject.keywordKaragenanid
dc.subject.keywordlaju pertumbuhanid
dc.subject.keywordrumput lautid
dc.subject.keywordvarietas hijau dan merahid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record