Rancang Bangun dan Uji Kinerja Sistem Pengukuran Gangguan Kebauan Lingkungan
Date
2025Author
Putri, Camelia Yuliani
Yuwono, Arief Sabdo
Rustami, Erus
Metadata
Show full item recordAbstract
Gangguan kebauan lingkungan menjadi salah satu dampak yang terjadi
karena adanya perubahan kualitas udara. Bau dapat mengubah persepsi masyarakat
terhadap kondisi lingkungan hidup. Regulasi terkait gangguan kebauan lingkungan
di Indonesia adalah KepMen LH No. 50 Tahun 1996 dan PP No. 22 Tahun 2021.
Pengukuran tingkat gangguan kebauan lingkungan dapat dilakukan menggunakan
metode panel dengan jumlah minimal panelis sebanyak 8 orang. Informasi terkait
metode panel di Indonesia masih sangat terbatas dan perlu dikembangkan lebih
lanjut. Penelitian bertujuan merancang sistem skrining panelis gangguan kebauan
lingkungan. Rekrutmen panelis dilakukan terhadap 32 orang yang terdiri dari 18
perempuan dan 14 laki-laki. Jenis kelamin dan umur tidak berpengaruh signifikan
terhadap penilaian kesan bau panelis. Skrining panelis dilakukan dengan
memberikan 5 stimulus bau menggunakan Olfacto-Screen sebanyak 3 kali ulangan
dalam kecepatan angin 1 m/det. Konsentrasi gas bau diukur menggunakan detektor
NH3 dan H2S yang terkalibrasi. Persepsi bau panelis dan konsentrasi gas bau
dihubungkan dengan grafik logaritmik. Konsistensi penilaian panelis bergantung
pada koefisien determinasi (R2) yang dihasilkan dari grafik logaritmik hubungan
antara persepsi bau panelis dan konsentrasi gas bau. Skema kelulusan skrining
panelis disusun untuk mempermudah penyelenggara dalam mengeliminasi panelis.
Uji kinerja Olfacto-Screen dan sistem skrining panelis gangguan kebauan
lingkungan telah dilakukan bersama PT Unilab Perdana Jakarta dan Surabaya. Environmental odour nuisance is one of the impacts caused by changes in
air quality. Odours can alter people's perceptions of environmental conditions.
Regulations related to environmental odour nuisance in Indonesia are Minister of
Environment Decree No. 50 of 1996 and Government Regulation No. 22 of 2021.
The level of environmental odour nuisance can be measured using a panel method
with a minimum of 8 panellists. Information on panel methods in Indonesia is still
minimal and needs further development. The study aims to design a panellist
screening system for environmental odour disturbances. Panellists were recruited
from 32 people, consisting of 18 women and 14 men. Gender and age did not
significantly affect the panellists' odour perception. Panellist screening was
conducted by presenting five odour stimuli using Olfacto-Screen, repeated 3 times
at a wind speed of 1 m/s. Odour gas concentrations were measured using calibrated
NH3 and H2S detectors. Panellists' odour perceptions and odour gas concentrations
were correlated using a logarithmic graph. The consistency of panellist assessments
depends on the coefficient of determination (R²) derived from the logarithmic graph
of the relationship between panellist odour perception and odour gas concentration.
The organisers developed a panellist screening qualification scheme to facilitate the
elimination of panellists. Performance testing of the Olfacto-Screen and the
environmental odour disturbance panellist screening system was conducted in
collaboration with PT Unilab Perdana Jakarta and Surabaya.
Collections
- MT - Agriculture Technology [2415]
