Agregasi Spasial Ikan Tongkol Komo (Euthynnus affinis) di Wilayah Pengelolaan Perikanan 713 dengan Maximum Entropy Model

Abstract

Ikan tongkol komo (Euthynnus affinis) di WPPNRI 713 berstatus fully exploited, sehingga menimbulkan kekhawatiran terhadap keberlanjutan stok dan memerlukan pengelolaan spasial tepat untuk menentukan area penangkapan potensial. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung produktivitas tangkapan, memetakan parameter oseanografi, serta memodelkan sebaran ikan tongkol komo dengan model maximum entropy (MaxEnt). Metode penelitian yang digunakan adalah analisis deskriptif komparatif CPUE, analisis spasial deskriptif, dan analisis menggunakan Maxent. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai CPUE tertinggi tercatat pada bulan September sebesar 1.200 kg/trip. Distribusi suhu 27 30?°C, klorofil-a 0,2–1?mg/m³, salinitas 32–34?PSU, tinggi paras laut 0,5–0,83?m, mix layer depth 5–35?m, dan batimetri 5.204?m. Model MaxEnt menunjukkan akurasi sangat baik (AUC 0,86–0,91), dengan CHL dan SPL sebagai parameter paling berpengaruh. Area kesesuaian tertinggi teridentifikasi pada musim barat dan peralihan II, Informasi ini mendukung penyusunan strategi penangkapan musiman dan pengelolaan tongkol yang berkelanjutan di WPPNRI 713.

Mackerel tuna (Euthynnus affinis) in Fisheries Management Area (FMA) 713 is fully exploited, raising concerns about stock sustainability and requiring accurate spatial management to identify potential fishing areas. This study aimed to estimate catch productivity, map oceanographic parameters, and model the distribution of mackerel tuna using the Maximum Entropy model (MaxEnt). The research methods included analysis of CPUE, spatial analysis, and modeling using the MaxEnt model. The results show that the highest CPUE was recorded in September at 1,200 kg/trip. In addition, sea surface temperature range from 27 to 30 °C, chlorophyll-a from 0.2 to 1 mg/m³, salinity from 32 to34 PSU, sea level height from 0.5 to 0.83 m, mixed layer depth from 5 to 35 m, and bathymetry reached 5,204 m. The MaxEnt model demonstrated high accuracy (AUC 0.86 0.91), with CHL and SST as the most influential parameters. The highest suitability areas were identified during the west monsoon and the second transitional season. This information supports the development of seasonal fishing strategies and sustainable management of little tuna in FMA 713.