| dc.description.abstract | Digitalisasi dalam sektor keuangan telah mengubah paradigma penilaian kelayakan kredit (credit underwriting) pada perusahaan multifinance. PT. XYZ mengimplementasikan proses penilaian kelayakan kredit secara digital pada bulan April 2021 yang bertujuan untuk mengeliminasi intervensi manusia dalam pengambilan keputusan kredit. Perubahan ini menimbulkan pertanyaan mengenai dampaknya terhadap risiko kredit, khususnya First Payment Default (FPD) yang merupakan indikator awal gagal bayar.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode regresi logistik untuk menganalisis 533 data pengajuan kredit pada dua periode: Januari- April 2021 (dengan intervensi manusia) dan Juni-September 2021 (tanpa intervensi manusia). Variabel yang dianalisis meliputi tenor pinjaman, skor digital, tingkat bunga, pendapatan bulanan, dan credit expert sebagai variabel independen, serta FPD sebagai variabel dependen. Analisis menggunakan SPSS versi 25 dengan uji Wald, Hosmer-Lemeshow test, dan Chi-square.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya skor digital yang berpengaruh signifikan terhadap FPD (p=0,009) dengan odds ratio 1,852, artinya setiap peningkatan satu unit skor digital meningkatkan kemungkinan FPD sebesar 85,2%. Variabel lainnya tidak signifikan. Model memiliki Area Under Curve (AUC) sebesar 0,738 dan uji Chi-square mengkonfirmasi tidak ada perbedaan signifikan antara penilaian dengan dan tanpa intervensi manusia (p=0,148). Tingkat FPD keseluruhan adalah 3,6%.
Temuan ini mendukung teori digitalisasi dalam manajemen risiko kredit, menunjukkan bahwa sistem automated underwriting dapat menggantikan penilaian manual tanpa mengorbankan kualitas keputusan. Implementasi Know Your Customer (KYC) yang ketat berperan penting dalam memitigasi risiko. Eliminasi intervensi manusia memberikan efisiensi biaya signifikan tanpa meningkatkan risiko kredit secara material. | |