Sebaran spasial, habitat, dan keragaman morfogenetik lamun Halophila major (Zollinger) Miquel (1856) di perairan pesisir Indonesia
Date
2025Author
Darus, Robba Fahrisy
Bengen, Dietriech Geoffrey
Zamani, Neviaty Putri
Ismet, Meutia Samira
Metadata
Show full item recordAbstract
Penelitian tentang sebaran spasial, habitat, keragaman morfologi, genetik, dan konektivitas H. major penting untuk dikaji dan dibuktikan secara ilmiah. Hal ini dikarenakan sebaran lamun H. major di Indonesia seluruhnya berada di wilayah Indonesia Timur, yang mana kualitas perairannya dalam kondisi baik. Penelitian ini dilakukan selama 3 tahun sejak Bulan Januari 2021 hingga Bulan Desember 2023. Tahapan penelitian ini dibagi menjadi tiga tahapan yaitu koleksi sampel, analisis, dan interpretasi data. Sampel H. major dikoleksi dari 14 lokasi antara lain Pantai Nongsa, Pulau Dompak, Pantai Teluk Bakau, Pantai Dolphin, Pantai Terora, Pantai Sekotong, Teluk Bumbang, Pulau Bungin, Pantai Teluk Malala, Pulau Tayando, Pantai Weduar, Pantai Marandanweser, Pantai Yensawai, dan Pantai Arefi.
Konfirmasi analisis filogenetik menjawab dengan tegas bahwa H. major berbeda jenis dan sinonim dari H. ovalis karena pohon filogenetiknya membentuk kelompok yang berbeda. Morfometrik dan produktivitas lamun H. major bervariasi pada tingkat inter-populasinya. Masing-masing lokasi memiliki kisaran nilai morfometrik dan produktivitas yang berbeda untuk setiap karakternya. Variasi morfometrik ini dapat disebabkan oleh adaptasi lamun H. major terhadap lingkungan. Salinitas, pH, suhu, dan posfat merupakan faktor lingkungan yang berkontribusi mempengaruhi variasi morfometrik dan produktivitas H. major. Karakter morfologi H. major memiliki sifat plastis, yang mana menyesuaikan dengan lingkungan sekitar dari lamun ini tumbuh atau hidup.
Keragaman genetik lamun H. major di Indonesia tinggi untuk intra-populasinya, sedangkan keragaman genetik pada level inter-populasi sangat rendah. Dengan demikian, H. major yang ditemukan di Indonesia adalah sama, artinya tidak ada perbedaan yang signifikan antar populasi. Hasil pohon filogenetik menunjukkan bahwa tidak terjadi pengelompokan spesifik untuk masing-masing populasi H. major di Indonesia. Menariknya, analisis konektivitas mempertegas bahwa spesies H. major bersifat spesifik untuk intra populasi. Hal ini dapat dilihat dari ketiga marka genetik (ITS, matK, dan rbcL) menunjukkan dominasi haplotipe spesifik (1 indvidu). Sebaran haplotipe spesies H. major memberikan pemahaman bahwa populasi Raja Ampat memiliki jumlah haplotipe tertinggi. Kondisi ini dapat dijadikan sebagai lokasi pusat keragaman genetik untuk lamun spesies H. major. Temuan ini merekomendasikan untuk melakukan pelestarian kawasan di Raja Ampat sebagai pusat kergaman genetik. Selain itu, transplantasi atau perbanyakan jenis H. major dapat menggunakan individu dari populasi Raja Ampat, karena kergaman genetik yang tinggi memiliki kemampuan adaptasi yang baik terhadap kondisi lingkungan. Marka ITS adalah marka genetik yang masih mampu dengan baik mengidentfikasi jenis H. major, meskipun secara nilai konsistensi dan retensi lebih baik marka rbcL untuk penelitian ini. Dengan demikian, eksplorasi marka gen spesifik yang laju mutasi dan variasi nukleotidanya rendah sangat diperlukan, dengan tujuan untuk meperjelas hubungan kekerabatan dan hubungan antar populasi.
Collections
- DT - Fisheries [766]
