Kapasitas Infiltrasi Pada Dua Sistem Pengolahan Tanah di Perkebunan Nanas PT Great Giant Pineapple
Date
2025Author
Ramadhani, Namira Novia
Hidayat, Yayat
Baskoro, Dwi Putro Tejo
Metadata
Show full item recordAbstract
Pengolahan tanah secara intensif dapat menurunkan kapasitas infiltrasi akibat
terbentuknya lapisan padat (tapak bajak) di bawah permukaan tanah. Sejak tahun
2010, PT Great Giant Pineapple (GGP) telah menerapkan sistem bajak dalam (40
60 cm) untuk memecah lapisan tersebut. Namun penerapan bajak dalam pada
beberapa lokasi justru menyebabkan pemadatan dan terangkatnya lapisan krokos
ke permukaan. Oleh karena itu, sistem bajak dangkal (0–20 cm) kembali dikaji
sebagai alternatif. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi pola dan kapasitas
infiltrasi konstan pada dua sistem pengolahan tanah di perkebunan nanas PT GGP
Lampung. Penelitian dilaksanakan di lahan Research and Development (R&D) PT
GGP dengan rancangan split plot. Hasil menunjukkan kapasitas infiltrasi konstan
nyata lebih tinggi pada lahan dengan pembajakan dalam dibandingkan pada lahan
dengan pembajakan dangkal, terutama pada bulan ke-1 setelah pengolahan.
Sementara pada bulan ke-3 dan ke-5 perbedaannya menjadi lebih kecil. Kapasitas
infiltrasi awal mempunyai kecenderungan yang sama dengan kapasitas infiltrasi
konstan akibat perlakuan pembajakan. Perlakuan bajak dalam memiliki tanah
dengan bobot isi lebih tinggi serta ruang pori total dan pori drainase lebih rendah.
Namun, pembajakan yang lebih dalam tetap mendukung kapasitas infiltrasi konstan
yang tinggi karena zona peresapan air yang lebih dalam. Sebaliknya, pada
perlakuan bajak dangkal, keberadaan lapisan keras genetik dan tapak bajak yang
tidak hancur membuat zona peresapan air lebih dangkal sehingga menyebabkan
pergerakan air terhambat. Temuan ini menjadi dasar dalam memilih sistem
pengolahan tanah yang tepat untuk mendukung keberlanjutan produksi nanas di PT
GGP. ntensive soil tillage can decrease infiltration capacity due to the formation of
a compacted layer (plow pan) beneath the soil surface. Since 2010, PT Great Giant
Pineapple (GGP) has implemented a deep tillage system (40–60 cm) to break up
this layer. However, deep tillage in some locations has actually caused compaction
and brought the plinthite layer to the surface. Therefore, a shallow tillage system
(0–20 cm) is being re-evaluated as an alternative. This study aims to identify the
pattern and constant infiltration capacity of two soil tillage systems in PT GGP
Lampung's pineapple plantation. The study was conducted on PT GGP's Research
and Development (R&D) land using a split plot design. The results show that the
constant infiltration capacity is significantly higher on land with deep tillage than
on land with shallow tillage, especially in the first month after tillage. Meanwhile,
in the third and fifth months, the difference became smaller. The initial infiltration
capacity had the same trend as the constant infiltration capacity due to the plowing
treatment. The deep tillage treatment resulted in soil with higher bulk density and
lower total pore space and drainage pores. However, deeper plowing still supported
high constant infiltration capacity due to a deeper water infiltration zone.
Conversely, in shallow tillage treatment, the presence of an undisturbed hard
genetic layer and plow pan made the water infiltration zone shallower, thereby
inhibiting water movement. These findings form the basis for selecting the
appropriate soil tillage system to support sustainable pineapple production at PT
GGP.
