Show simple item record

dc.contributor.advisorPutri, Eka Intan Kumala
dc.contributor.advisorDjaenudin, Deden
dc.contributor.authorOktasari, Shabrina Ayu
dc.date.accessioned2025-08-15T13:56:42Z
dc.date.available2025-08-15T13:56:42Z
dc.date.issued2025
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/169526
dc.description.abstractDunia memasuki era baru penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) di sektor energi melalui optimalisasi peran teknologi terbarukan. Namun saat ini sektor energi masih didominasi oleh penggunaan bahan bakar fosil. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki ketergantungan tinggi pada bahan bakar fosil. Penggunaan bahan bakar fosil yang tinggi dan tidak efisien dapat menghasilkan emisi GRK seperti nitrogen oksida (N2O), karbon dioksida (CO2) dan metana (CH4). Emisi tersebut berkontribusi terhadap perubahan iklim dan pemanasan global. Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) dipandang sebagai solusi transisi menuju sistem pembangkitan listrik rendah karbon di masa depan karena dapat mengurangi emisi yang dihasilkan, dibandingkan dengan pembangkit listrik berbahan bakar tak terbarukan lainnya. PT XYZ mengoperasikan PLTGU yang berlokasi di Jakarta dan disebut sebagai pembangkit listrik terbesar di Indonesia. PLTGU menjadi bagian dalam PT XYZ yang mulai beroperasi sejak tahun 1979. Pembangkit ini memasok listrik terutama ke wilayah metropolitan Jakarta (Jabodetabek), termasuk infrastruktur penting seperti istana presiden dan gedung legislatif. Kombinasi turbin uap dan turbin gas dalam konfigurasi siklus gabungan (Combined Cycle) menjadikannya penyedia energi yang fleksibel dan efisien. Pemanfaatan Heat Recovery Steam Generator (HRSG) dan Steam Turbine Generator (STG) dalam siklus kombinasi, menjadikan panas sisa dari Gas Turbine Generator (GTG) dimanfaatkan untuk menghasilkan listrik tambahan melalui turbin uap. Sebagian besar penelitian terdahulu hanya menggunakan satu atau dua pendekatan, seperti Life Cycle Assessment (LCA) atau Cost of Illness (COI) secara terpisah. Belum banyak studi yang secara integratif mengombinasikan analisis dengan LCA, pengukuran eko-efisiensi, dan valuasi ekonomi melalui metode COI untuk menilai dampak lingkungan dari PLTGU. Selain itu, metode valuasi ekonomi seperti COI masih belum banyak diterapkan secara mendalam untuk menilai kerugian ekonomi akibat penyakit yang disebabkan oleh emisi. Padahal, pendekatan ini penting untuk menunjukkan biaya eksternal yang harus ditanggung masyarakat akibat pencemaran udara, sebagai dasar perumusan kebijakan lingkungan dan kesehatan. Fokus penelitian pun masih didominasi pada pembangkit listrik berbahan bakar batu bara, sedangkan studi tentang PLTGU, khususnya di konteks perkotaan seperti Jakarta, masih sangat terbatas. Padahal, PLTGU berperan besar dalam transisi penyediaan energi bersih dan berpotensi menghasilkan emisi lokal. Oleh karena itu, penelitian ini memiliki urgensi dalam menganalisis kinerja PLTGU dari aspek ekonomi dan lingkungan. Terdapat tiga tujuan penelitian, yaitu: (1) menilai daur hidup (LCA) untuk menilai dampak lingkungan yang ditimbulkan; (2) menghitung Indeks Eko-Efisiensi untuk mengevaluasi seberapa efisien suatu sistem, produk atau proses memberikan nilai yang meminimalkan dampak lingkungan; dan (3) memvaluasi kerugian ekonomi dari dampak lingkungan yang ditimbulkan dengan menghitung COI. Studi kasus yang dipilih pada penelitian ini adalah Blok 1 (teknologi lama) dan Blok 3 (teknologi baru rendah karbon) di PT XYZ, Jakarta, Indonesia. Hasil LCA menunjukkan bahwa pada tahun 2022, pendirian Blok 3 PLTGU mampu mencapai nilai Global Warming Potential (GWP) yang lebih rendah, yaitu sebesar 6,84E+14 kg CO2 eq dan dampak lingkungan Blok 1 dapat dikurangi pada 6 indikator dampak lingkungan yang dipilih. Hasil Indeks Eko-Efisiensi PLTGU Blok 3 adalah 1,07E+02, lebih rendah dari Blok 1 dan menunjukkan bahwa produksi listrik terjangkau dari segi biaya namun kurang berkelanjutan. Terakhir, berdasarkan COI menunjukkan peningkatan kerugian ekonomi dari Rp162.344.302.981,00 pada tahun 2020 menjadi Rp348.226.876.078,00 pada tahun 2022. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun sektor ketenagalistrikan berupaya untuk mengurangi dampak lingkungan dengan menggunakan teknologi rendah karbon, namun sektor lain justru berkontribusi terhadap meningkatnya kerugian ekonomi akibat sakit yang diderita masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian di atas, diketahui bahwa sebagian besar dampak lingkungan dari PLTGU terjadi pada tahap pembakaran gas alam dan bahan bakar cair lainnya serta kebocoran bahan bakar di turbin gas. Selain itu, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa adanya teknologi rendah karbon pada PLTGU Blok 3 memiliki pengaruh besar terhadap penurunan dampak lingkungan dan peningkatan indeks eko-efisiensi di PT XYZ. Meskipun demikian, kedua hasil tersebut belum menunjukkan dampak signifikan terhadap penurunan COI di kawasan yang berisiko terpapar polusi udara dari PT XYZ (Jakarta Utara dan Jakarta Barat). Ini menunjukkan bahwa diperlukan strategi kolaboratif lintas sektor, tidak hanya sektor ketenagalistrikan untuk memperluas dampak positif terhadap kualitas udara dan kesehatan masyarakat. Strategi kebijakan lintas sektor dapat diimplementasikan secara bertahap dengan kerangka yang sistematis dan integratif yang menggabungkan aspek ekonomi, kesehatan masyarakat, dan kelestarian lingkungan. Pemerintah melalui Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) bersama dengan instansi terkait lainnya dapat menginisiasi kebijakan lintas sektor yang berbasis 3 aspek, yaitu ekonomi, kesehatan masyarakat, dan kelestarian lingkungan. KLH bersama dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dapat menyusun dan menetapkan kebijakan nasional terkait penerapan energi bersih dan efisiensi energi. Badan Kebijakan Fiskal (BKF) di bawah Kementerian Keuangan (Kemenkeu) dapat merancang instrumen ekonomi berbasis lingkungan dalam pengembangan kerangka ekonomi hijau nasional, termasuk penilaian kelayakan insentif dan disinsentif berbasis kinerja eko-efisiensi. Adapun Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dapat mengembangkan kebijakan kesehatan berbasis lingkungan dengan mempertimbangkan faktor pencemaran lingkungan, seperti parameter kualitas udara sebagai faktor risiko kesehatan. PT XYZ sebagai perusahaan pengelola PLTGU memiliki peran strategis dalam menurunkan dampak lingkungan dan meningkatkan eko-efisiensi operasionalnya. Oleh karena itu, perusahaan disarankan untuk memperluas penerapan teknologi rendah karbon secara merata, meningkatkan efisiensi dalam penggunaan sumber daya serta akurasi sistem pemantauan lingkungan secara berkala, dan melaksanakan program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) yang berfokus pada peningkatan kesehatan masyarakat di sekitar wilayah operasional PLTGU. Adapun penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengeksplorasi indikator dampak lingkungan lainnya untuk menguji konsistensi hasil di berbagai ukuran, meningkatkan jumlah sampel untuk membandingkan kinerja PLTGU jangka panjang, dan memperluas batasan lokasi penelitian untuk mendapatkan data kerugian ekonomi yang lebih representatif.
dc.description.sponsorshipBeasiswa Pendidikan Indonesia
dc.language.isoid
dc.publisherIPB Universityid
dc.titleValuasi Ekonomi Dampak Lingkungan dari Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap di PT. XYZ, Jakarta, Indonesiaid
dc.title.alternativeEconomic valuation of environmental impacts of Gas-Steam Power Plant in PT. XYZ, Jakarta, Indonesia
dc.typeTesis
dc.subject.keywordpenilaian daur hidupid
dc.subject.keywordBiaya penyakitid
dc.subject.keywordindeks eko-efisiensiid
dc.subject.keywordPLTGUid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record