Identifikasi Metabolit Biomarker dan Profil Protein Daging Rajungan (Portunus pelagicus) Selama Penyimpanan
Abstract
Rajungan (Portunus pelagicus) merupakan komoditas perikanan bernilai
tinggi di Indonesia yang sangat rentan terhadap penurunan kualitas akibat reaksi
kimia, enzimatik, dan aktivitas mikroba selama penyimpanan. Proses pengukusan
yang sering dilakukan di miniplant menjadi metode penanganan awal untuk
mempertahankan kualitas rajungan sebelum proses lanjutan di pabrik. Untuk
memantau penurunan kualitas selama penyimpanan dingin dan beku, penelitian ini
menggunakan pendektan metabolomik berbasis GC-MS dan karakteristik
fisikokimia meliputi analisis tekstur, konsentrasi protein dengan metode Bradford,
dan profil protein melalui SDS-PAGE untuk mendapatkan pemahaman yang
komprehensif tentang perubahan yang terjadi pada daging rajungan. Pendekatan
komprehensif ini bertujuan unutk mendeteksi dini perubahan metabolit dan
fisikokimia, mencegah kerusakan lebih lanjut, serta memberikan pemahaman
mendalam tentang mekanisme penurunan kualitas daging rajungan yang diproses
di miniplant dan disimpan pada suhu rendah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pengukusan memengaruhi
kestabilan protein dan senyawa metabolit pada daging rajungan jika dibandingkan
dengan kondisi segar. Bagian daging kaki (leg meat) yang dikukus memiliki kadar
protein tertinggi, yaitu sebesar 21,38±0,00% (basis basah). Pengujian tekstur (TPA)
menunjukkan adanya peningkatan pada parameter kekerasan (hardness), kekenyalan
(chewiness), dan kepadatan kunyahan (gumminess) setelah dikukus. Penyimpanan pada
suhu dingin dan beku memberikan pengaruh nyata terhadap mutu daging rajungan
selama masa simpan. Secara umum, konsentrasi protein dari seluruh jenis daging
menurun pada hari ketiga, dengan kisaran antara 1.256,27±195,22 µg/mL hingga
1.517,45±325,64 µg/mL. Namun, kadar protein tertinggi ditemukan pada bagian jumbo
lump setelah penyimpanan beku selama empat minggu, yaitu antara 2.995,29±432,72
µg/mL hingga 3.877,16±53,13 µg/mL. Temuan ini berbeda dengan hasil analisis profil
protein melalui SDS-PAGE, yang menunjukkan bahwa protein tetap stabil selama
penyimpanan chilling hingga tujuh hari, tetapi mulai terdegradasi setelah penyimpanan
beku lebih dari tiga minggu, ditandai oleh reduksi pita tropomiosin. Selain itu, proses
pengukusan meningkatkan asam amino tertentu (treonin, serin, asam, glutamat, alanin,
dan leusin) yang berpotensi menjadi biomarker. Selama penyimpanan, baik dingin
maupun beku, terjadi penurunan mutu yang ditandai dengan perubahan senyawa glisin,
asam fosfat, treonin, valin dan lisin sebagai biomarker potensial untuk memantau
kualitas daging rajungan selama penyimpanan. Blue swimming crab (Portunus pelagicus) is a high value fishery
commodity in Indonesia that is highly vulnerable to quality degradation caused by
chemical, enzymatic, and microbial reactions during storage. Steaming, often
performed in miniplants, is a common handling method to maintain the quality of
swimming crabs before further processing in the factory. To monitor this quality
decline during chilled and frozen storage, this study employs a GC-MS-based
metabolomics approach and physicochemical characteristics including texture
analysis, protein concentration using the Bradford method, and protein profiling
using SDS-PAGE to gain a comprehensive understanding of the changes that occur
in blue swimming crab meat. This comprehensive approach aims to detect early
detection of metabolite and physicochemical changes, prevent further deterioration,
and provide a thorough understanding of the mechanisms of quality degradation in
crab meat processed in miniplants and stored at low temperatures.
The results showed that steaming influenced the stability of proteins and
metabolites in crab meat compared to fresh samples. The steamed leg meat shows
the highest protein content at 21.38±0.00% (wet basis). Texture profile analysis
(TPA) reveals an increase in hardness, chewiness, and gumminess after steaming.
Storage at chilling and freezing temperatures significantly affects the quality of crab
meat throughout the storage time. Overall, protein concentration under chilling
temperature in all meat types decreases by the third day, ranging from
1,256.27±195.22 µg/mL to 1,517.45±325.64 µg/mL. However, the jumbo lump
exhibits the highest protein content after four weeks of frozen storage, ranging from
2,995.29±432.72 µg/mL to 3,877.16±53.13 µg/mL. This observation contrasts with
the protein profile analysis via SDS-PAGE, which shows that proteins remain stable
during chilling storage for up to seven days but start to degrade after more than
three weeks of frozen storage. Furthermore, the steaming process increases specific
amino acids (threonine, serine, glutamic acid, alanine, and leucine), which show
promise as biomarkers. During storage, whether chilled or frozen, leads to a decline
in quality, characterized by changes in compounds like glycine, phosphoric acid,
threonine, valine, and lysine. These compounds serve as potential biomarkes for
monitoring blue swimming crab meat quality during storage.
Collections
- MT - Fisheries [3193]
