| dc.description.abstract | DWI EKKY SEPTIAN NUR. Manajemen Jasa Lanskap Agroforestri
Berkelanjutan pada Desa Parakanlima Kecamatan Cikembar Kabupaten Sukabumi.
Dibimbing oleh KASWANTO dan HADI SUSILO ARIFIN.
Krisis ekologi dipicu oleh meningkatnya kebutuhan akan perluasan lahan
pertanian. Agroforestri merupakan salah satu pendekatan untuk mengurangi
dampak negatif dari konversi hutan menjadi pertanian. Penelitian ini bertujuan
untuk merumuskan rekomendasi strategi manajemen lanskap agroforestri. Metode
yang digunakan meliputi pencocokan kesesuaian lahan berdasarkan kerangka FAO
(1976). Penelitian mengevaluasi jasa lanskap, seperti keanekaragaman jenis
tanaman, karbon terserap dan tersimpan, serta regulasi air, dengan menggunakan
model i-Tree Eco. Efisiensi penggunaan lahan dianalisis melalui perhitungan Land
Equivalency Ratio (LER), sedangkan keberlanjutan sosial diukur menggunakan
instrumen Community Sustainability Assessment (CSA). Seluruh data kemudian
diintegrasikan dalam perumusan strategi melalui pendekatan kerangka ValueRarity-Imitability-Organization (VRIO).
Hasil kesesuaian lahan menunjukkan variasi, dengan 17 komoditas berada
pada kelas cukup sesuai (S2). Faktor pembatas utama meliputi curah hujan tahunan
sebesar 2.672–3.340 mm, drainase agak terhambat, kemiringan lereng 15–40%,
tingkat bahaya erosi sedang hingga berat, pH tanah 5, dan kedalaman efektif 76–
100 cm. Jasa lanskap berupa keragaman jenis tanaman menunjukkan nilai indeks
Shannon-Wiener sebesar 2,5 dengan 38 spesies teridentifikasi. Lanskap
agroforestri juga berkontribusi signifikan terhadap penyerapan karbon sebesar
11,96 ton/tahun (kategori tinggi) dan karbon tersimpan sebesar 97,58 ton/ha
(kategori tinggi). Selain itu, agroforestri mampu menurunkan limpasan permukaan
hingga 246,31 m³/tahun dan menunjukkan efisiensi penggunaan lahan dengan nilai
LER sebesar 1,82. Keberlanjutan sosial berada pada tahap awal pengembangan.
Secara keseluruhan, kerangka VRIO berhasil mengidentifikasi 42 sumber daya
yang dapat dikembangkan menjadi strategi kunci.
Peningkatan efisiensi penggunaan lahan perlu didukung oleh kajian
akademik dan kebijakan lokal, termasuk pemanfaatan infrastruktur, penetapan
zonasi berbasis fungsi ekosistem, serta optimalisasi rantai pasok komoditas
unggulan. Manajemen lanskap berbasis masyarakat perlu diperkuat melalui
kegiatan konservasi, skema perdagangan karbon, pelatihan teknis berkelanjutan,
investasi teknologi tepat guna, serta peningkatan literasi dan manajemen keuangan.
Penguatan peran lembaga adat, forum warga, dan kemitraan lintas sektor seperti
institusi pendidikan, sektor swasta, dan pemerintah perlu diupayakan untuk
membangun jejaring distribusi hasil yang adil dan efisien. Pengembangan platform
kolaboratif lintas sektor yang mengintegrasikan riset, pendidikan, dan inovasi
bisnis berbasis nilai lokal menjadi hal yang krusial untuk mewujudkan lanskap
agroforestri yang tangguh dan berkelanjutan. | |