Pemodelan Kesesuaian Habitat Kalong Besar (Pteropus vampyrus Linnaeus, 1758) di Kota dan Kabupaten Bogor
Date
2025Author
Ilham, Miranda Octaviana
Rinaldi, Dones
Setiawan, Yudi
Metadata
Show full item recordAbstract
Berkat wilayah jelajahnya yang luas, kalong besar berperan penting sebagai
spesies penyebar biji. Namun, perburuan yang masif dan konversi lahan
mengancam populasi spesies ini. Meskipun status konservasinya genting dan peran
ekologisnya penting, informasi mengenai kesesuaian habitat yang spesifik bagi
spesies ini masih kurang dieksplorasi. Penelitian ini bertujuan untuk membangun
model kesesuaian habitat dan menyelidiki faktor lingkungan yang memengaruhinya
untuk populasi kalong besar di Bogor, Jawa Barat menggunakan pendekatan
maximum entropy (MaxEnt). Model kesesuaian habitat dibangun dengan data dari
tahun 2012 hingga 2024. Pola yang ditunjukkan oleh model kesesuaian habitat dan
kurva respons menunjukkan preferensi kalong besar terhadap area urban
dibandingkan area alami. Temuan ini diduga mengindikasikan usaha kalong besar
dalam menghindari potensi predasi oleh burung pemangsa yang secara umum
mengokupasi area alami. Walau penelitian ini berhasil memberikan wawasan baru
mengenai model kesesuaian habitat kalong besar di Bogor, hasil penelitian
menunjukkan bahwa penambahan lebih banyak titik perjumpaan serta
mempertimbangkan keberadaan burung pemangsa sebagai faktor yang berpengaruh
akan menghasilkan model kesesuaian habitat yang lebih solid dan dapat diandalkan. Due to its vast home range, large flying fox acts as an important seed
disperser. However, massive hunting and land conversion threatens population of
this species. Despite large flying fox’s urgent conservation status and important
ecological role, its specific habitat suitability remains understudied. This research
aims to construct a habitat suitability model (HSM) and investigate related
influencing environmental factors for large flying fox population in Bogor, West
Java using maximum entropy (MaxEnt) approach. The HSM was built with data
from 2012 to 2024. Patterns from the HSM and response curves indicate large
flying fox’s preference for urban areas over natural areas. This is presumably due
to the species’ effort to avoid potential predation by birds of prey which generally
occupy natural areas. While this study provides preliminary insights about the large
flying fox’s HSM in Bogor, the findings imply that adding more occurrence data
and considering birds of prey presence as an influencing factor will result in a more
robust and reliable HSM.
