Strategi Adaptasi Perusahaan Konsultan Menghadapi Transformasi Digital pada Instansi Pemerintah: Studi Kasus pada PT ANS

Abstract

Pemerintah Indonesia terus mendorong transformasi digital di sektor publik melalui berbagai kebijakan seperti Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE), Satu Data Indonesia, dan pengembangan GovTech. Kebijakan tersebut mendorong seluruh instansi pemerintah untuk mengubah dan memberbaiki cara kerja dan metode layanan mereka. Hal ini menimbulkan tantangan dan tekanan bagi perusahaan konsultan yang terlibat dalam mendampingi transformasi birokrasi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kondisi lingkungan bisnis konsultansi yang terdampak oleh kebijakan transfrmasi digital yang dihadapi oleh PT ANS sebagai salah satu perusahaan konsultan. Tujuan berikutnya adalah menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi kemampuan adaptasi serta merumuskan strategi adaptasi yang tepat bagi PT Ayaskara Nisita Synergy (PT ANS) dalam merespons kebijakan transformasi digital instansi pemerintah. Penelitian menggunakan pendekatan Dynamic Index Environmental Turbulence (DIET) yang digunakan untuk mengukur tingkat ketidakpastian dan perubahan dalam lingkungan bisnis. Pendekatan kombinasi Technology–Organization–Environment (TOE) dan Dynamic Capability Framework digunakan untuk mengidentifikasi faktor eksternal dan internal yang dominan. Metode Analytic Network Process (ANP) digunakan untuk mengolah prioritas strategi berdasarkan keterkaitan antar faktor. Berdasarkan analisis DIET, PT ANS menghadapi tingkat turbulensi yang sangat tinggi di semua dimensi, dengan skor rata-rata keseluruhan mencapai 4,23. Untuk menghadapi tantangan ini, PT ANS harus merumuskan strategi adaptasi yang holistik, dengan fokus pada peningkatan kapabilitas teknologi, manajemen ketidakpastian ekonomi, menghadapi persaingan ketat, adaptasi terhadap tren sosial, dan merespons tren globalisasi. Lima strategi adaptasi dirumuskan, yakni: (1) Optimalisasi Teknologi (R1), (2) Transformasi Internal (R2), (3) Respons terhadap Tren dan Tekanan Pasar (R3), (4) Penguatan Kolaborasi (R4), dan (5) Inovasi Layanan Digital (R5). Hasil ANP menunjukkan bahwa strategi Respons terhadap Tren dan Tekanan Pasar (R3) menjadi prioritas tertinggi dengan bobot 0,245, diikuti oleh R1 (0,213), R5 (0,194), R4 (0,182), dan R2 (0,167). Strategi dengan bobot tertinggi adalah Respons terhadap Tren dan Tekanan Pasar, yang menekankan pentingnya ketanggapan perusahaan terhadap dinamika kebutuhan digital instansi pemerintah. Strategi ini dilanjutkan oleh Optimalisasi Teknologi yang bertujuan meningkatkan daya saing melalui adopsi teknologi yang kompatibel dengan standar SPBE. Inovasi Layanan Digital dan Penguatan Kolaborasi menjadi pilar pelengkap dalam menjawab kebutuhan klien yang semakin digital dan terintegrasi. Transformasi Internal, meskipun memiliki bobot paling rendah, tetap menjadi pondasi penting yang memperkuat struktur organisasi dan kesiapan sumber daya manusia. Temuan penting dari penelitian ini menunjukkan bahwa strategi adaptasi tidak dapat hanya difokuskan pada aspek internal perusahaan, tetapi harus melibatkan sinergi antara respons eksternal dan kesiapan internal. Konsep sinergi strategi eksternal menekankan pentingnya keselarasan strategi perusahaan dengan arah kebijakan pemerintah, tren pasar, serta dinamika kompetitor. Pendekatan ini menghasilkan strategi yang lebih kontekstual, relevan, dan berkelanjutan. Dengan mengadopsi strategi eksternal yang disesuaikan melalui kerangka ANP, PT ANS dapat meningkatkan resiliensi bisnisnya dalam menghadapi perubahan yang disruptif. Implikasi dari penelitian ini mendorong perusahaan konsultan untuk terus membangun kapabilitas dinamis yang adaptif, melakukan kolaborasi strategis lintas sektor, serta menerapkan strategi digital yang selaras dengan kebijakan nasional. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi strategis bagi perusahaan konsultan lain yang menghadapi transformasi serupa, serta menjadi masukan bagi pemerintah dalam merumuskan kebijakan kemitraan digital yang inklusif.

The Indonesian government continues to promote digital transformation in the public sector through various policies such as the Electronic-Based Government System (SPBE), One Data Indonesia, and the development of GovTech. These policies encourage all government agencies to transform and improve their work methods and service delivery methods. This presents challenges and pressures for consulting firms involved in supporting bureaucratic transformation. This research aims to analyze the business environment faced by PT ANS as a consulting firm affected by digital transformation policies, identify key factors influencing its adaptive capacity, and formulate appropriate adaptation strategies in response to these policies. The study adopts the Dynamic Index Environmental Turbulence (DIET) to measure uncertainty and change in the business environment. It integrates the Technology–Organization–Environment (TOE) framework and the Dynamic Capability Framework to identify dominant external and internal factors. The Analytic Network Process (ANP) is used to prioritize strategic alternatives based on interdependencies among these factors. DIET analysis reveals that PT ANS operates in a highly turbulent environment across all dimensions, with an overall score of 4.23. To respond effectively, the company must develop a holistic adaptation strategy focusing on enhancing technological capabilities, managing economic uncertainty, coping with intense competition, adapting to social trends, and responding to globalization. Five adaptation strategies are proposed: (1) Technology Optimization (R1), (2) Internal Transformation (R2), (3) Response to Market Trends and Pressures (R3), (4) Strengthening Collaboration (R4), and (5) Digital Service Innovation (R5). ANP results indicate that the highest priority strategy is R3 (0.245), followed by R1 (0.213), R5 (0.194), R4 (0.182), and R2 (0.167). The most prioritized strategy, Response to Market Trends and Pressures, emphasizes the firm's agility in addressing the digital demands of government agencies. Technology Optimization is ranked second, aiming to enhance competitiveness through alignment with SPBE standards. Digital Service Innovation and Strengthening Collaboration serve as essential complements to fulfill increasingly digital and integrated client needs. Despite being ranked lowest, Internal Transformation remains foundational in reinforcing organizational structure and human resource readiness. A key finding of this research is that adaptation strategies should not be limited to internal measures but must incorporate synergy between external responsiveness and internal readiness. The concept of external strategy synergy highlights the importance of aligning company strategies with government policy directions, market trends, and competitor dynamics. This approach leads to more contextual, relevant, and sustainable strategies. By adopting externally-aligned strategies through the ANP framework, PT ANS can enhance its business resilience in the face of disruptive changes. The research implies that consulting firms must continuously develop dynamic capabilities, engage in cross-sector strategic collaboration, and implement digital strategies aligned with national policy. The findings are expected to serve as strategic references for other consulting firms facing similar transformations and provide input for inclusive digital partnership policymaking by the government.